Wednesday, April 10, 2019

YOHANES 12:1-8


YESUS DIURAPI MARIA
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
14 APRIL 2019

P E N D A H U L U A N
Kisah ini terjadi enam hari sebelum Paskah di Betania, yakni tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan (ay.1). Nama Betania berasal dari bahasa Ibrani (בֵּית־תְּאֵנָה = Beit-Te'enah). Beit: "rumah"; Te'enah: "pohon ara") artinya "rumah dari (pohon) ara". Origenes ketika menafsir Yoh.6:40, lebih suka membaca ayat ini sebagai 'Betabara' (Yunani: βηθαβαρα – bêthabara ). Menurut dia etimologi 'Betabara' ialah “rumah persediaan”, yang dihubungkannya dengan 'persediaan' Yohanes Pembaptis. Ini bisa bermakna lokasi sebagai tempat Yohanes menyiapkan diri membuka jalan bagi Tuhan; bisa juga bermakna tempat persediaan untuk melaksakan tanggung jawab sebagai pelayan.  

EXEGESE TEKS (Uraian Perikop)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diuraikan dalam perikop ini sehubungan dengan peristiwa Yesus diurapi oleh Maria:

A.     Siapa yang mengadakan pesta jamuan makan
Cukup kuat dugaan, karena keterangan diberikan berhubunga dengan kebangkitan Lazarus, maka pesta jamuan makan itu dilakukan dalam rangka syukuran atas peristiwa itu. Posisi lokasi jamuan makan sudah pasti di rumah Lazarus. Hal ini terlihat ketika Marta disebut melayani dan Lazarus turut makan (ay.2). lasimnya, tuan rumah akan menemani tamu untuk makan, dengan demikian tuan dan nyonya rumah jamuan itu adalah Lazarus dan saudara-saudara perempuannya.

Dalam tradisi Yahudi cara makan di pesta jamuan tidak sama dengan kondisi umumnya di dunia modern. Jaman modern tiap orang akan duduk di kursi dan hidangan diletakkan di meja makan. Berbeda dengan tradisi Yahudi, posisi duduk setara dengan tempat makanan diletakkan. Mungkin setara dengan istilah lesehan dewasa ini. Jika telah selesai makan dan masuk percakapan yang santai, beberapa orang di meja makan besar itu akan setengah berparing dan menyandarkan badannya di salah satu siku tangannya. Pada posisi inilah kaki Yesus tidak berada di bawah dan tertutup jubah, sehingga Maria dengan leluasa meminyaki kakiNya.

B.     Setengah kati minyak narwastu
Minyak narwastu terkategori sebagai minyak pengharum yang berkualitas baik dan mahal harganya. Biasanya jenis minyak ini dipakai untuk mahar perkawinan. Banyak wanita-wanita yang tidak menikah memakai minyak wangi jenis ini dalam tabung-tabung di leher mereka. Hal ini sangat mungkin dilakukan oleh Maria yang dalam catatan Alkitab tidakmenyebut bahwa ia telah menikah.

Jumlah meminyak narwastu yang dituangkan Maria adalah setengah kati. 1 kati = 136,06ml. Dengan demikian jumlah minyak narwastu yang dipakai Maria untuk mengurapi Yesus adalah sebesar 68,03ml atau setengah kati. Sedikit bukan? Sekarang berapa harga minyak narwastu 68,03ml itu menurut Yudas? Ternyata jumlah minyak narwastu yang dipakai Maria, menurut Yudas, senilai 300 dinar (ay.5). Dinar adalah mata uang Romawi yang pada masa kini sulit untuk dipadankan. Para penafsir sepakat bahwa 1 dinar itu setara dengan upah sehari pekerja harian berdasarkan rujukan Matius 20:2.

Menurut peraturan pemerintah kota palembang, Upah Minimum Kota (UMK) Palembang adalah Rp.2.917.260 juta/ bulan. Maka upah harian untuk kota palembang adalah Rp.2.917.260 : 26 (hari kerja) = Rp.104.187,-. Dengan demikian harga minyak narwastu yang sedikit itu (68,03ml saja) adalah senilai dengan Rp.104.187 x 300 dinar = Rp.31.256.100,-. Sekitar 31juta harga minyak itu. Fantastik sekali…    

C.     Yudas dan “kalkulator” tanpa hati
Saya menyebut “kalkulator” tanpa hati, karena Yudas menghitung berdasarkan apa yang dilihatnya, dan bukan apa yang dirasakan oleh Maria dalam hatinya. Mengapa merujuk perasaan Maria? Tuhan Yesus mengetahui segalanya termasuk isi hati Maria. Maka tindakan Maria yang meminyaki Tuhan Yesus itu sangat mudah diketahui maksud dan tujuannya oleh Yesus. Tuhan Yesus menyebut soal ayat 7 mengenai “hari penguburanku”.  Dapat dipastikan bahwa apa yang dilakukan Maria menunjuk pengetahuannya bahwa Guru yang ia cintai ini kurang dari seminggu akan menuju kematian. Dari mana Maria tahu? Jika merujuk injil Matius, berita kematian Tuhan Yesus sudah beberapa kali Ia sampaikan kepada para murid. Dari situlah mari tahu sekaligus paham namun tidak oleh Yudas maupun murid yang lain.

Tindakan Maria setara dengan mengingatkan pada penguburan Tuhan Yesus, semakin dipertegas dalam pasal 19:40 yakni ketika jenazah tuhan Yesus dirempahi (rempah2 dimaksud adalah termasuk menggunakan minyak Narwastu). Yudas berhitung soal harga, tetapi di mata Yesus, Maria berhitung dengan takaran kasih. Tidak ada alasan lain yang bisa kita temukan jika melihat nilai minyak itu, dan menggunakan rambutnya untuk menyeka kaki Yesus, selain tindakan itu adalah tindakan Kasih. Maria mengasih Yesus dengan tindakan. Di sisi lain, Yudas menunjuk “kepedulian” palsu kepada orang miskin (ay.5) padahal hati busuknya sedang menyiapkan penghianatan kepada Guru yang katanya ia kasihi. Bhakan injil Yohanes membeberkan siapa Yudas dan prilaku jahat dan tamaknya soal uang (ay.6).

Yudas terlihat murni bahkan lebih murni dari minyak Narswastu ketika ia berbicara soal menolong orang miskin. Di sisi lain, Maria terlihat wanita pemboros yang menghamburkan minyak mahal pada tindkan yang tidak berguna. Ternyata, Yudaslah yang munafik, dan Marialah yang terkonfirmasi sebagi perempuan yang tulus, penuh perhatian dan kasih kepada Gurunya.


APLIKASI DAN RELEFANSI
Hari ini kita memasuki minggu 1 Pra-Paskah. Itu berarti 7 hari lagi kita akan memperingati kebangkitan Tuhan Yesus, dan atau 5 hari lagi peringatan peristiwa agung yakni kematian Tuhan Yesus Kristus. Motif Yudas dan Maria sudah dibeberkan di atas. Bagaimana dengan motif Tuhan Yesus? Mengapa Ia bersedia disalibkan? Bukankah di mata orang Yahudi dan Romawi, penyaliban atau salib adalah kebodohan dan kehinaan? Mengapa Yesus mau melakukan tindakan bodoh dan memalukan itu? Apa motifnya? Ternyata motifnya sederhana, yakni “karena begitu besar kasih Allah bagi dunia ini…” (bd. Yoh.3:16). Kasih itulah motif Yesus melakukannya.

Kasih yang dimaksud adalah kasih tanpa syarat. Yakni, kendatipun duni membenciNya, Ia relah mengorbankan diriNya bagi dunia. Karena tanpa syarat, maka itu disebut ketulusan. Pada tingkat yang lebih tinggi, Tuhan Yesus tidak hanya bicara tentang kasih melainkan lebih dari itu: Ia melakukan tindakan kasih. Kasih bukan hanya dimulut saja (seperti Yudas) melainkan dinyatakan dengan tindakan nyata. Demikian pula Maria yang mengasihi Yesus dengan mengorbankan nilai mahal minyak Narwastu dan merendahkan dirinya lewat menjadikan rambutnya sebagai alat menyeka kaki Yesus. Padahal bukankah rambut wanita adalah adalah suatu kehormatan (bd. 1Kor.11:14). Maria mengasih Yesus dengan tindakan nyata ang disertai pengorbanan dan kerendahan hati.

Lonceng tidak akan disebut lonceng jika tidak didentangkankan; lagu tidak disebut lagu jika tidak dinyanyikan. Demikian jugalah kasih. Kasih hanya disebut kasih jika ditunjukkan dengan perbuatan nyata. Kasih tanpa tindakan bagaikan lonceng yang tidak didentangkan atau lagu yang tidak dinyanyikan. Jangan menjadi Yudas masa kini yang terlihat peduli padahal sesungghunya serakah dan munafik. Kekudusan hidup harusnya terlihat dalam tindakan nyata. Niat baik haru pula disertai ketulusan hati.

Demikianlah Tuhan Yesus melakukanNya. Ia mengasihi kita walaupun belum tentu kita mengasihiNya dengan sungguh; Ia berkorban bagi para murid walaupun Ia tahu Yudas akan mengkhianatinya dan Petrus akan menyangkalinya.