Wednesday, April 3, 2019

1 TAWARIKH 25:1-7


MELAYANI BERSAMA KELUARGA
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 10 APRIL 2019

A. PENGANTAR
Pusat peribadahan orang Israel adalah Bait Allah. Tetapi dalam bacaan kita, pada zman Raja Daud, Bait Allah belum dibangun (masih dalam perencanaan pembangunan (22:1-19). Kendatipun demikian, persiapan ibadah bagi Tuhan tetap dilakukan dengan dilakukan secara tetap sesuai dengan yang TUHAN tetapkan. Hal ini terlihat dalam 1 Taw.6:31-47, ketika ibadah dilakukan di depan kemah pertemuan (yang terdapat tabut perjanjian) atau biasa disebut kemah suci. Tabut Perjanjian tetap berada di kemah suci di Yerusalem hingga kemudian dipindahkan ke dalam Bait Suci pada jaman Raja Salomo ketika selesai membangun “rumah bagi TUHAN” itu.

B. PENJELASAN NATS
Bacaan kita saat ini berisi kisah tentang bagaimana Daud menyiapakn segala sesuatu untuk pembangunan Bait Suci. Segala sesuatu dimaksud bukan saja bahan bangunannya (22:1-19), bukan juga hanya petugas-petugas di dalamnya yakni kaum lewi yang jumlahnya ribuan orang dengan tugas khusus sebagai penjaga pintu gerbang, pemain musik dan penyanyi (23:1-6), tetapi juga para pelayan khusus dalam Bait Suci yakni para Imam keturunan Harun (24:1-19). Khusus 1 Tawarikh 25:1-7, Daud menyiapkan kelompok orang yang bertanggung-jawab pada jalannya ibadah secara khsusus mengkoordinir jalannya ibadah (nyanyian pujian, iringan musik, dan penyampaian firman berupa nubuatan-nubutan). Berikut ini beberapa hal penting yang menjadi perhatian kita ketika merenungkan Firman Tuhan ini, yakni:

1.      Daud menunjuk mereka yang sesuai talentanya (ay.1)
Walaupun tidak disebutkan bahwa anak-anak Asaf, Yedutun dan Heman ini adalah para penyanyi andal, namun secara logika tidak mungkin Daud mempercayakan mereka mengerjakan tugas khusus sebagai penyanyi, pemusik dan bernubuat, jika tidak memiliki talenta dan karunia khusus tersebut. Kita dapat melacak keluarga ini berdasarkan kepala keluarga mereka yakni ketiga orang yang disebutkan pada ayat 1:
  1. Asaf
Dalam bahasa Ibrani nama Asaf (אָסָף = 'ASAF), artinya penghimpun. Ia adalah seorang ahli musik keturunan suku Lewi dari bani Gerson pada zaman Raja Daud, seperti yang dicatat dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Ia menulis 12 mazmur dalam Kitab Mazmur, yaitu Mazmur 50, 73 sampai 83. Anak keturunannya juga merupakan imam penyanyi dan bernubuat dalam Bait Allah (dalam 1 Tawarikh 25:1-31; 2 Tawarikh 5:12; 20:14; 29:13; 35:15; Ezra 2:41; 3:10; Nehemia 7:44; 11:17; 12:27-47). Ia ditunjuk oleh kepala orang Lewi sebagai penyanyi utama, dengan memakai ceracap, ketika tabut dibawa ke Yerusalem (1 Tawarikh 15:17, 19). Daud mengangkatnya sebagai kepala paduan suara dalam kebaktian (16:4, 5).

Menurut beberapa catatan Alkitab, kita menemukan bahwa 'Bani Asaf' tetap menjadi keluarga pemusik yg senior hingga orang Yahudi kembali ke negerinya (1 Tawarikh 25; 2 Tawarikh 20:14; 35:15; Ezra 3:10; Nehemia 11:17, 22; 12:35), terutama sebagai penyanyi dan pemukul ceracap. Asaf sendiri terkenal sebagai pelihat (nabi), dan diakui sebagai penulis mazmur-mazmur yg digunakan ketika Hizkia memulihkan ibadah di Bait Allah (2 Tawarikh 29:30: bnd judul Mazmur 1; 73-83; bnd juga 2 Tawarikh 20:14 dab).

  1. Heman
Dalam bahasa Ibrani nama Heman (הֵימָן = ‘heman), berarti setia. Ia adalah orang Kehat dari bani Lewi, anak dari Yoel, yang merupakan salah seorang pemimpin nyanyian di rumah Tuhan yg ditetapkan oleh Daud (1 Tawarikh 6:33; 15:17, 19; 16:41, 42; 25:1, 4, 6; 2 Tawarikh 5:12; 35:15). Ia juga merupakan penggubah Mazmur 88.

  1. Yedutun
Nama Yedutun (Ibrani: יְדוּתוּן - YEDUTUN, memuji). Dia adalah seorang Lewi yang diangkat Daud untuk memimpin ibadah musik di Bait Allah bersama Heman dan Asaf (1 Tawarikh 25: 1, 3, 6 dab). Namanya yg lain, adalah Etan (1 Tawarikh 6:44, dab) yang sejak semulah adalah penyanyi utama di Kemah Suci. Namanya juga mucul pada Mazmur 39 yang ditulis khusus oleh Daud.


Dengan memberhatikan secara khusus tiga nama ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa mereka yang ditunjuk adalah mereka yang telah diketahi Daud komitmen pelayanan, skill atau kemampuan bahwa talenta dan karunia yang dimiliki. Berdasarkan itu pula-lah maka anak-anak merea juga ditetapkan Daud untuk terlibat di dalamnya.

2.      Berbagi panggung untuk kemuliaan Tuhan (ay.2-7)
Perhatikan jumlah total anak-anak dari 3 orang ini yakni Asaf (4 anak), Yedutun (6 anak) dan Heman (14 anak). Jumlah total bersama dengan bapak mereka adalah 27 orang. Merekalah yang dipercayakan khusus bertanggung-jawab pada jalannya ibadah (ay.7), yakni hanya tiga keluarga. Selanjutnya, perhatikan bunyi ayat 7 bacaan kita! Di bagian itu kita menemukan bahwa jumlah total adalah 288 orang. Dari mana asal mereka? Bukankah hanya 27 orang yang dipilih? Bukankah hanya 27 orang yang punya talenta bermusik, bernyanyi dan bernubuat? Ternyata pada ayat 7 disebutkan bahwa terdapat orang-orang lain (yakni saudara2 mereka) yang dilatih bernyanyi untuk kemudian dditugaskan bersama untuk membuat ibadah berjalan dengan baik.

Ke-27 orang yakni Asaf, Yedutun dan Heman bersama masing-masing anak-anak mereka bersedia berbagi panggung supaya TUHAN tetap dimuliakan. Caranya adalah mereka mentrasfer ilmu dan kemampuan mereka kepada lebih dari 200 orang yang lain, agar mereka dapat dilibatkan untuk melayani Tuhan. Ini merupakan tindakan yang bijak sekaligus rendah hati. Disebut bijak, sebab mereka sadar tidak akan mampu dengan jumlah kecil (27 orang) melaksanakan tugas jika Bait Allah sudah selesai dibangun. Mereka membutuhkan orang lain, dengan cara melakukan kaderisasi dan menyiapkan mereka yang lain berdasarkan standart mutu yang baik. Disebut rendah hati karena mereka tidak pelit berbagi kemampuan, sekalius berbagi “panggung” dengan orang lain, supaya yang lain diberikan kesempatan untuk melayani TUHAN, Allah Israel.

3.      Kepala Keluarga adalah Pemimpin dan Pemberi Teladan (ay.2,3)
Jika membaca dengan teliti ayat 2,3 kita menemukan bahwa para ayah (Asaf dan Yedutun) menjadi pemimpin kelompok untuk anak-anak mereka. Para bapak-bapak inilah yang maju da kemudian memimpin musikdan paduan suara tersebut ketika diperdengarkan. Sebagai pemimpinmereka sekaligus diberikankarunia untuk bernubuat. Saya membayangkan, bahwa ketika musik dan pujian dilakukan dengan dipimpin oleh Asaf ataupun Yedutun, kedua orang ini kemudian atas iringan musik dan pujian mulai menyampaikan Firman Allah atau bernubuat (ay.3). Sesuatu yang indah untuk dibayangkan.   


C. REFLEKSI
Beberapa hal sangat tepat untuk direnungkan berdasarkan Firman Tuhan ini, yakni:

1.      Tiap orang memiliki talenta, karunia, skill dan kemampuan yang tidak sama sebagaimana ada orang Lewi yang menjadi penjaga, pemain musik, pengatir ibadah, penyanyi dan imam. Demikian juga seharusnya tiap orang menyadari dan mengembangkan tiap talenta itu untuk dipakai bagi hormat dan kemuliaan nama Tuhan.

2.      Tidak kebetulan jika pada bacaan kita, mereka yang ditunjuk melayani dimulai dari keluarga. Setiap anggota keluarga dilibatkan dalam pelayanan. Siapa yang cukup berperan? Kepala keluarga atau sang bapak keluarga. Adalah suatu kebahagiaan jika seisi rumah dalam keluarga kita menyadari bahwa melayani Tuhan itu suatu anugerah sehingga bersedia terlibat dalam pelayanan.

Saatnya kepala keluarga ataupun orangtua mendorong anak-anaknya untuk terlibat dalam pelayanan ketika terlebih dahulu menggali potensi mereka yang sudah Tuhan anugerahkan. Tentunya ini harus dimulai dari kepala keluarga ataupun orangtua yang memberikan contoh atau teladan. Bagaimana mungkin mereka aktif beribadah atau melayani, jika di rumah tidak ada yang memberi teladan itu?

3.      Jangan hanya menyimpan kemmapuan diri untuk diri sendiri. 27 orang dalam bacaan kita berubah menjadi 288 orang karena jumlah kecil yang mahir itu bersedua melatih lebih dari 200 orang. Kita diajak untuk berbagi kemampuan dan talenta supaya dapat “berbagi panggung” dengan orang lain untuk kemudian semakin banyak orang melayani Tuhan.

Contoh sederhana misalnya, gereja mesti bersedia mengeluarkan uang ekstra untuk program pelatihan musik gereja, pelatihan oprator sound sistem, peatihan operator multimedia, pembinaan berkelanjutan bagi pelayan PA/PT dan para presbiter (termasuk buku-buku teologi), sehingga pelayanan menjadi maksimal untuk kemuliaan Allah. Bagaimana mungkin kita menuntut keahlian yang baik dari para pelayan dan petugas ibadah jika kita tidak menyiapkan mereka dengan baik? Paling tidak memberikan pembekalan sesuai fungsi tugas masing-masing.