Saturday, March 16, 2019

Yesaya 49:1-6

DUTA KARYA ALLAH                                                                       IHM PRAPASKAH V
Yesaya 49:1-6                                                                                    Minggu, 17 Maret 2019

Oleh: Pdt. Cindy Tumbelaka, MA

Pengantar
                Bacaan ini termasuk dalam kitab Yesaya bagian kedua (ps. 40-66), yang ditulis menjelang bangsa Israel ‘dipulangkan’ dari pembuangan di Babel.  Khusus pasal 49 – 55, kitab ini berbicara tentang Hamba Tuhan, termasuk pasal 49:1-7 (Hamba Tuhan sebagai terang).  SGDK:  Nyanyian Hamba TUHAN dalam pasal 49 ini juga dianggap sebagai nya-nyian … yang kedua setelah Yesaya 41.  Dalam Yesaya 41:8 dikemukakan bahwa Hamba TUHAN itu adalah Israel sedangkan jika hamba TUHAN dalam Yesaya 49 dikaitkan de-ngan rencana pemulangan Israel dari Babel maka hamba TUHAN ini bukan orang Israel tetapi (yang) dipakai untuk karya pembebasan, yaitu Koresh, raja Persia (Yes 45:1-8, SGDK).

Pemahaman Teks
Ay. 1-4  Ay. 1-2 memperlihatkan ‘kesamaan’ Koresh dengan orang Israel yang dipanggil TUHAN untuk menyelamatkan Israel, yaitu … sejak dari kandungan telah me-nyebut namaku sejak dari perut ibuku (bnd. Yer 1:5) baru diikuti oleh proses per-siapan dan pembentukan TUHAN (ay. 2).  Hal ini memperlihatkan bahwa pemi-lihan dan pemanggilan TUHAN atas orang yang akan dipakai untuk maksud pe-nyelamatan bukanlah pemilihan dadakan (sudah terjadi masalah, baru sang ‘pe-nyelamat’ dipilih).  Pemilihan dan pemanggilan TUHAN sudah direncanakan-Nya jauh sebelum berbagai peristiwa sejarah itu terjadi.  Demikian juga halnya de-ngan persiapan dan pembentukan yang dilakukan TUHAN pada ay. 2.  TUHAN menjaga orang pilihan-Nya sedemikian rupa, menyelamatkannya dari perang de-mi perang (ay. 4) sambil membentuknya menjadi ‘senjata ampuh’ supaya pada saatnya, orang itu siap melakukan rencana TUHAN.
Ay. 5      Disebutkan di sini tugas hamba TUHAN yaitu untuk mengembalikan Yakub kepa-da-Nya dan supaya Israel dikumpulkan-Nya kepada-Nya.  Berdasarkan catatan sejarah bahwa Koresh, raja Persia-lah yang mengembalikan/ memulangkan bangsa Israel (Ezr 1:1) maka ayat ini semakin menguatkan penokohan Koresh, ra-ja Persia sebagai yang dimaksud hamba TUHAN.  Walaupun Koresh bukanlah seorang Israel namun perbuatannya yang mengembalikan bangsa Israel ke Yeru-salem membuatnya dipermuliakan di mata TUHAN.
Ay. 6      Yang menarik adalah ketika TUHAN bermaksud tidak hanya menjadikan Koresh, hamba-Nya karena memulangkan bangsa Israel melainkan (akan) membuatnya menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada TUHAN sampai ke ujung bumi.  Ini berarti ‘kontrak kerja’ TUHAN dengan Koresh tidak terbatas hanya sampai kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem tetapi masih akan terus berlanjut pada perkara-perkara lain yang bahkan melibatkan bangsa-bangsa yang lain lagi (yang tidak tertulis dalam Alkitab karena tidak ada lagi kaitannya dengan sejarah Israel).

Renungan dan Penerapan
                Bacaan ini menjadi ‘sesuatu’ ketika memunculkan gagasan tentang ‘orang lain’ yang dipilih, dipanggil, dipersiapkan dan dibentuk TUHAN untuk menyelamatkan umat-Nya, Israel.  Tentu, pertanyaan awal yang bermunculan adalah mengapa harus dari ‘luar’ umat-Nya?  Apakah tidak ada satupun dari umat yang dimampukan-Nya untuk tugas ini?  Jika masalah terjadi di dalam keluarga dan jemaat, kita pun akan pertama-tama mencari siapa anggota yang paling mumpuni untuk menyelesaikan masalah sebelum melibatkan pihak luar.  Tidak hanya itu, isu melibatkan pihak ‘asing’ pun merebak sebagai kritik ter-hadap calon presiden dan wakil yang tidak memberdayakan anak bangsa dalam pemba-ngunan negeri.  Akhirnya, keterlibatan pihak asing dianggap sebagai teguran keras yang menyadarkan bahwa di antara kita sendiri tidak ada yang cukup mumpuni untuk menye-lesaikan masalah.
                Dari sudut pandang yang lain, bacaan ini memperlihatkan bahwa pemilihan TU-HAN atas pihak asing bukan karena tidak ada dari kita yang tidak mampu menyelesaikan masalah tetapi memang keterlibatan pihak asing itu sudah ditentukan oleh TUHAN sejak semula, bahkan jauh dari sebelum kita terpuruk dalam masalah.  Di luar persekutuan umat-Nya, TUHAN sudah memilih, memanggil, mempersiapkan dan membentuk orang-orang yang akan dipakai untuk misi penyelamatan, bahkan dari sebelum orang itu me-nyadarinya.  Hal ini membuka mata kita terhadap orang-orang yang tidak seiman namun sangat menolong, mis: aparat keamanan, aparat pemerintah, pendidik, tim medis, supir kendaraan umum, dll.  Tidak hanya menolong kita dalam kehidupan sehari-hari, TUHAN pun menentukan mereka untuk menjadi ‘terang’ bagi orang-orang di sekitar mereka (yang mungkin tidak pernah kita tahu).  Pertanyaannya:  bagaimana sikap kita terhadap mereka?  Apa yang dapat kita lakukan kepada mereka?
Ada banyak orang Kristen yang kecenderungannya mengutamakan yang seiman secara naïf: hanya aktif terlibat dalam persekutuan Kristen/ memilih tempat tinggal yang tetangganya mayoritas Kristen/ memberi perlakuan istimewa terhadap pelanggan yang Kristen/ memilih toko langganan milik orang Kristen/ memilih orang Kristen untuk men-duduki jabatan tertentu/ ramah terhadap orang yang terlihat Kristen melalui aksesoris yang dikenakan/ … .  Memang, Paulus menasihati kita untuk mendahulukan saudara seiman (Gal 6:10) namun pada kenyataannya, TUHAN telah memilih dan mempersiapkan orang-orang yang tidak seiman menjadi penolong bahkan penyelamat kita.  Kenyataan ini seharusnya membuka mata kita bahwa pergaulan hanya dengan orang-orang seiman tidaklah cukup membuat kita melihat karya keselamatan TUHAN dalam hidup.  Kita harus jujur mengakui bahwa mereka yang tidak seiman pun turut andil dalam ‘menyelamatkan’ kehidupan kita sehari-hari.
Keterlibatan orang yang tidak seiman dalam keselamatan kita sehari-hari, bukan karena tidak ada saudara seiman yang mampu menolong kita tetapi karena sejak semula TUHAN sudah menentukan bahwa hubungan (= kerja sama) kita dengan mereka itu harus terjadi.  Kita memang sengaja dikondisikan TUHAN untuk membutuhkan orang lain, di luar persekutuan Kristen supaya kita sendiri sadar bahwa pengendalian TUHAN atas dunia tidak sesempit pergaulan dan pembatasan yang kita buat.