Wednesday, February 13, 2019

HAKIM-HAKIM 6:11-24


BERSEDIAKAH ANDA DI UTUS TUHAN?
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 20 FEBRUARI 2019


A. PENGANTAR
Seorang Hakim adalah pemimpin dari satu-dua suku pada masa perang melawan bangsa-bangsa musuh orang-orang Israel. Kewibawaannya tergantung kepada kharisma-nya, jadi tidak dihubungkan dengan suatu dinasti. Penduduk asli (Kanaan) mempunyai kebudayaan yang lebih tinggi. Suku-suku Israel sering diperbudak dan ditindas. Tidak mengherankan bahwa orang-orang Israel tertarik oleh agama penduduk asli. Sebab agama mereka sendiri, agama nenek moyang dan Musa, sederhana sekali dan cocok dengan keadaan suku-suku di gurun. Akibatnya ialah: suku-suku Israel mudah saja mencampurkan agama nenek-moyangnya dengan agama penduduk negeri Palestina yang memuja dewa-dewi.

Pada zaman yang dikisahkan dalam Kitab Hakim-Hakim, keadaan orang Israel kacau-balau. Suku-suku dan kelompok-kelompok Israel baru saja memasuki tanah pertanian dan mulai menetap, kerap di samping penduduk asli. Tidak ada pemimpin atau pemerintah pusat. Masing-masing suku dan kelompok mencari jalannya dan berjuang sendiri. Suku-suku sederhana itu kerap tidak dapat mempertahankan diri terhadap penduduk asli yang menyerbu.


B. PENJELASAN NATS
Dalam kisah pada bacaan kita, orang Midian merupakan kelompok penindas dan perampok yang keji. Banyak orang Israel yang menjadi terlunta-lunta karena perampasan tersebut. Mereka hidup penuh dengan penderitaan dan kemelaratan, justru di tanah mereka sendiri.

Itulah sebabnya pada ayat.7 umat Israel berseru kepada Raja mereka, yakni TUHAN (Yahwe) Allah Israel karena kekejaman orang-orang Midian itu. Jawaban TUHAN, dinyatakan melalui kehadiran malaikat TUHAN di rumah Gideon. Waktu itu Gideon sedang menggirik gandum di tempat pemerasan anggur (ay.11). Ini tempat yang tidak lazim. Mengapa? Biasanya pengirikan gandum di lakukan di tempat yang ketinggian dan terbuka, di mana angin bertiup. Dengan itu sekam gandum dengan mudah terpisah dari biji gandumnya. Tetapi kalau ini yang dilakukan Gideon, maka ia akan mudah kelihatan oleh para perampas/perampok “sembako”. Karena itu, Gideon mengirik gandum di tempat pemerasan anggur, yang memang berada di tempat tertutup.

Inti percakapan TUHAN melalui malaikatNya dengan Gideon adalah mengutus Gideon untuk menghalau musuh-musuh Israel (ay. 14-15). Namun sebelumnya terjadi dialog yang menarik antara TUHAN dengan Gideon di awal pengutusan tersebut. Mari kita lihat isi dialog yang demikian hidup itu:
TUHAN      : (berbicara pada Gideon) “TUHAN menyertai engkau, yah pahlawan yang gagah berani”
GIDEON     : (Gideon menjawab) “Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian.”

Sekarang menjadi jelas… suara Gideon mewakili suara umat Israel kebanyakan waktu itu, yakni mereka berdiri DI ATAS KEBENARAN SENDIRI dan menjadi Hakim bagi TUHAN. Mereka menggugat janji TUHAN yang tidak ditepati; mereka mempertanyakan KUASA TUHAN yang tidak menjangkau mereka; dan lebih parah lagi mereka mempertanyakan KESETIAAN TUHAN atas umatNya.

Sayang sekali, baik Gideon maupun umat TUHAN tidak mengoresi diri mereka. Semua yang terjadi dan ditimpakan kepada mereka justru karena kedurhakaan mereka kepada TUHAN Allah mereka yang telah setia dan memelihara mereka. Ternyata lebih mudah bagi umat TUHAN menyoroti Allah mereka dari pada diri mereka sendiri. Lebih mudah untuk mencari kesalahan pihak lain dari pada menemukan kedurhakaan sendiri.

Setelah dialog itu terjadi, maka sekarang TUHAN masuk ke tahap yang lebih tinggi, yakni PENGUTUSAN. Gideon diutus TUHAN untuk melepaskan Israel dari cengkraman orang Midian. Dan lagi-lagi, Gideon menjawab dengan berbagai alasan ketidak-sediaannya untuk panggilan itu. Menurutnya ia berasal dari suku dan kaum terkecil, dan kemudian dari segi pengalaman dan usia iapun masih muda.

Bukankah alasan-alasan seperti ini amat sering muncul dan dipakai dari dulu hingga sekarang untuk menjawab panggilan TUHAN? Hal yang menjadi batu sandungan dalam panggilan selalu dua hal di atas, yakni jati diri (latar belakang dan identitas) dan Kemampuan atau skill seseorang.



C. RELEVANSI DAN APLIKASI
1.  Dewasa ini banyak orang percaya menempatkan TUHAN sebagai seorang “pekerja” untuk dirinya sendiri. TUHAN hanya jadi pribadi yang “harus selalu bisa melaksanakan mau kita” dan bukan sebaliknya, TUHAN-lah yang mengerjakan kehendakNya dalam hidup ini.

     Efeknya dapat ditebak, bahwa ketika TUHAN “tidak melaksanakan” mau kita, akhirnya DIA dijauhi dan kesetiaanNya dipertanyakan. Bukankah adalah lebih baik untuk mempertanyakan diri sendiri dan mengoreksi diri kita, bahwa amat mungkin semua hal buruk yang kita alami justru karena kesalahan dan dosa kita. Jangan menjadi seperti Israel ataupun Gideon, kita harus tahu dan bukan pura-pura tidak tahu kesalahan dan justru sebaliknya balik menyalakan TUHAN.

2.  Banyak orang berpikir, bahwa hukuman tanda TUHAN tidak mengasihi lagi. Buktinya, karena Israel berkhianat maka TUHAN menghukum. Pemahaman ini sangatlah keliru, karena TUHAN tidak pernah menghukum umat perjanjian, murni karena alasan membenci. Acap kali TUHAN melakukan itu karena mengasihi umatNya agar tidak terjerumus.

     Bandingkan misalnya Wahyu 3:19 “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” Jadi, ukuran cemeti dan nhajaran itu, ditimpakan karena justru TUHAN mengasihi umatNya agar mereka dapat bertobat. Jadi, jika kita menghadapi model “cemeti” seperti ini, janganlah paling utama kita justru langsung menghakimi TUHAN, namun haruslah yang pertama kita mengoreksi diri sendiri untuk mencari kesalahan dan kealpaan. Setelah itu, mari bertobat untuk menemui kemuliaan TUHAN Allah yang mengasihi kita.

3      Sudah menjadi rahasia umum, bahwa seseorang mengukur dirinya atau seseorang mengukur orang lain hanya melalui dua hal, yakni Siapa dia/siapa aku (identitas dan latar belakang)  dan atau bisa apa dia/aku (kemampuan atau skill). Hal inipun tejadi ketika berada diwilayah panggilan untuk melayaniNya. Persoalan penting bukan identitas diri dan atau Skil/kemampuan, namnun yang utama adalah ketaatan kepadaNya dan Penyertaan TUHAN atas diri kita. Bagaimanapun juga Gideon akhirnya pergi menjawab panggilan itu, setelah ia menyadari bahwa TUHAN lah yang memerintahkan dan TUHAN sendiri akan menyertai. Kiranya kita dimampukan melakukan hal yang seperti itu. Amin.