Friday, November 22, 2019

RUT 4:11-14


SELALU ADA BOAS UNTUK RUT
BAHAN KHOTBAH IBADAH HARI MINGGU
24 NOVEMBER 2019
PENDAHULUAN
Kisah ini bermula ketika di Israel mengalami kelaparan. Kuat kemungkian disebabkan hukuman dari Tuhan, ketika berbagai dosa Israel di jaman Hakim-Hakim itu (bd. Hakim-Hakim 6:1). Disebutlah seorang bernama Elimelekh (arti: Allah adalah Raja) membawa Naomi (arti: orang yang meyenangkan) istrinya, dan kedua anaknya laki-laki yang bernama Mahlon (arti: memiliki sifat lemah) dan Kilyon (arti: Merindukan) menuju ke Moab untuk mencari kehidupan di sana. Menurut 1:1-5 anak-anak Naomi menikahi perempuan Moab sebagai Istri mereka masing-masing. Kilyon menikahi Opra; dan Mahlon menikahi Rut.

Kisah Elimelekh yang pergi menuju Moab adalah kisah “lari dari hukuman” dan “membelakangi” TUHAN, Allah Israel. Demi menghindari hukuman bencana kelaparan, mereka mencari kehidupan di negeri penyembah berhala dan bahkan mengawinkan anak-anak mereka dengan “orang asing”. Tindakan inipun melanggar Taurat. Bermaksud untuk mengubah nasib, ternyata keadaan yang terjadi justru terbalik. Seluruh laki-laki dalam keluarga itu akhirnya meninggal di tanah rantau (1:3,5).

Kisah berlanjut ketika Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem yang ditemani oleh Rut anak menantunya, dan kemudian menjalani kehidupan yang serba kekurangan. Di Betlehem kita menemukan kisah menarik tentang perjuangan Rut untuk menghidupi dirinya dan mertuanya, lalu kemudian bertemu dengan Boas (2:1-3:18). Boas sangat berbaik hati untuk menolong mereka berdua yang berakhir dengan mengawini Rut.

TAFSIRAN / TELAAH PERIKOP
Pada bacaan kita kali ini yakni 4:11-14 kita menemukan ending yang menarik dari kisah Rut ini, yakni ia kemudian dinikahi oleh Boas. Bagaimana kisah ini mesti dipahami? Ada baiknya kita membaca mulai dari ayat 1 pasal 4 ini untuk menemukan beberapa pokok pikiran yang menarik:
1.       Siapakah Rut?
Dari awal kisah, kita hanya disuguhkan bahwa Rut adalah seorang bangsa Moab dan menantu dari Naomi yang menikah dengan Kilyon. Mari kita mengenal Rut lebih jauh. Nama Rut dari bahasa Ibrani: רוּת (baca: RUT) yang bisa berarti "tindakan melihat," atau "pantas dilihat". Ia disebut berkebangsaan Moab.

Tahukah saudara bahwa bangsa Moab masih memiliki hubungan kekerabatan dengan bangsa Israel? Menurut Kej.19:30-37, Moab adalah anak laki-laki dari Lot hasil hubungan sedarah dengan puterinya. Sedangkan bangsa Israel berasal dari turunan Yakub, yang adalah cucu dari Abraham. Abraham dan Lot masih ada pertalian darah yakni antara paman dan ponakan (Kej.11:27). Dengan demikian Israel dan Moab berasal dari jalur turunan yang sama yakni dari Terah (ayah Abraham). Dikemudian hari Moab dibedakan statusnya dengan Israel oleh Tuhan dan dianggap sebagai yang tidak layak dihadapan Allah dan tidak berhak menjadi anggota jemaah karena mereka menyembah berhala dan menolak menolong Israel ketika menjadi pengembara di gurun (bd. Ul,23:3-6). Moab selanjutnya disebut bangsa asing oleh Israel.

Maka kita simpulkan: karena Ruta berkebangsaan Moab, maka ia dianggap sebagai orang asing di negeri Israel. Dengan kata lain, Rut adalah seorang goyim. Istilah goyim berasal dari bahasa Ibarni גֹּויִם (baca: goyim) yang berarti “bangsa-bangsa asing” di luar Israel. Selanjutnya ketika dia berkata: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahkukepada Naomi (1:16), itu berarti bahwa Rut beralih keyakinan. Dalam tradisi Israel, seorang non Yahudi yang beralih keyakinan dan kemudian menyembah TUHAN, Allah Israel disebut sebagai kaum proselit. Istilah ini sejajar dengan istilah mualaf yang ditujukan kepada seorang non muslim yang menjadi muslim. Hal itu berarti, Rut adalah seorang Goyim yang Proselit (bangsa asing yang menyembah Yahwe).

Alkitab dengan terang memberi predikat baru bagi Rut, yakni ia disebut sebagai “seorang perempuan baik-baik” (3:11). Istilah ini muncul dari terjemahan menarik dalam bahasa Ibrani yakni: אֵֽשֶׁת־חַיִל (baca:-'Eshet Khayil), yang berarti istri / perempuan yang cakap (a woman of valor). Perhatikanlah bahwa seorang goyim yang proselit ini kemudian mendapat julukan sebagai perempuan yang cakap atau istri yang cakap. Raja Salomo kemudian mengabadikan buyut dari buyutnya ini dalam suatu syair terkenal pada Amsal 31:10 “Istri yang cakap, siapakah yang akan mendapatkannya?”. Silakan bayangkan, seorang asing yang proselit ini mendapat gelar tinggi dan dikenang oleh raja sebesar Raja Salomo. Ya, itulah Rut yang sesungguhnya.

2.       Siapakah Boas ?
Nama Boas dari bahasa Ibrani: בֹּעַז (baca: BO'AZ) yang berarti: keuletan atau kekuatan. Ia adalah seorang petani yang kaya. Menurut 2:1, Boas disebut sebagai seorang yang kaya raya. Istilah ini sebenarnya merupakan gelar dari Boas, yang sayangnya kurang ditekankan dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia. Istilah seorang yang kaya raya berasal dari istilah Ibrani אִישׁ גִּבֹּור חַיִל (baca: Ish Gibor Khayil). Ish= seorang, Gibor= besar, kaya, terhormat; Khayil= cakap, pahlawan, perkasa. Maka secara etimologi, kita menemukan gelar yang luar biasa dari Boas, yakni terhormat (karena kekayaan dan kebesarannya) sekaligus dianggap pahlawan yang perkasa oleh kaumnya.

Selanjutnya apakah hubungan antara Naomi dan Boas? Menurut pasal 2:1, disebutkan bahwa Boas adalah sanak (keluarga) dari pihak suami Namomi (Elimelekh). Apabila merujuk 3:10-11, Rut disapa oleh Boas dengan sebutan “anakku”, maka kita dapat berasumsi bahwa Elimelekh dan Boas memiliki “kepangkatan” yang sama dalam jalur keluarga yakni sebagai orangtua (paman) dari Mahlon dan Kilyon. Paling tidak, Boas adalah sepupuh jauh dari Elimelekh.

3.       Mengapa Boas dan Rut menikah
Menurut pasal 4:13 bacaan kita, Boas mengambil Rut sebagai istrinya. Pernikahan antara Boas dan Rut ini disebut dengan pernikahan Levirat. Istilah ini berasal dari bahasa latin: levir yang berarti Ipar: dalam hal ini  saudara laki-laki dari suami. Hukum ini mengatur bahwa “jika suami meninggal tanpa anak, maka adiknya diharapkan akan menikahi istrinya. Anak-anak yg lahir dari pernikahan ini dianggap anak dari suami pertama. Dalam tradisi Yahudi, hukum levirat ini disebut dengan יִבוּם (baca: Yibum) yang berasal dari istilah יָבָם (baca: Yabam) yang berarti husband's brother” (saudara dari suami). Menurut Ulangan 25:5, diatur hukum Levirat :

"Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya; saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar…

Dengan demikian, Boas mengawini Rut dalam konteks hukum Yibum atau Levirat tersebut sebagai kewajiban untuk menjalankan perintah Allah dalam hukum taurat. Kendatipun demikian ada beberapa hal yang perlu dijelaskan pada bacaan kita mengenai perkawinan mereka itu:
  1. Naomi sangat memahami tentang hukum Levirat. Itulah sebabnya sejak pertemuan perdana antara Rut dan Boas, Naomi dengan sengaja mengenalkan siapa sesungguhnya Boas kepada Rut, yakni orang yang baik hati, masih kerabat dan memiliki kewajiban untuk menebus. Istilah menebus atau qaal dalam bahasa Ibrani ini, harus dilakukan oleh yang memiliki hubungan darah dengan yang akan ditebus (suami yang meninggal). Barang yang ditebus adalah hak warisan yang ditinggalkan oleh yang meninggal dengan jumlah tebusan yang tinggi (bd. 4:3,4).

Bukan saja menebus harta warisan, namun juga wajib untuk melangsungkan keturunan dari yang meningal (dalam hal ini Elimelekh). Karena kedua anak Elimelek telah meninggal dan Naomi terlalu tua untuk melahirkan, maka Rut adalah pilihan untuk dinikahi (ay.5). Menikahi Rut setara dengan menikahi istri (Naomi) dari saudara yang meninggal (Elimelekh). Itulah sebabnya anak Rut disebut sebagai anak Naomi (ay.14-16).  

  1. Sebenarnya, Boas tidak memiliki keinginan untuk mengawini Rut. Ide awal justru datang dari Naomi yang sengaja meminta Rut agar memohon Boas menebusnya (3:1-4). Boas tahu bahwa ada kerabat (sipenebus) yang lebih dekat dan yang lebih punya kewajiban qaal (menebus) dibanding Boas.  Hal ini terlihat dalam percakapan Boas dan Rut pada pasal 3:10-13. Bahkan Boas sangat tahu etika dan meminta Rut tidur dan segera bangun agak pagi agar tidak diketahui orang bahwa ada perempuan di tempat itu (3:14-15).

Namun tergerak oleh belas kasihan dan supaya harta kekayaan Elimelekh dapat kembali kepada Naomi dan demi kelanjutan keturunan saudaranya itu, Boas kemudian membuat rencana cadangan dengan penuh ketulusan dan melibatkan Tuhan (3:12-13). Boas menjanjikan sesuatu yang sangat penting bagi Rut, yakni kelanjutan hidup dan masa depanya.

Maka benarlah, ketika “si penebus yang sebenarnya” untuk Rut keberatan mengawini Rut, sebagai kewajiban kedua setelah menebus harta warisan (4:6-10), maka Boas menepati janjinya. Disaksikan oleh sepuluh orang tua-tua dan orang banyak, Boas menyatakan sikap bersedia melaksanakan hukum Levirat tersebut (ay.11) dan kemudian mengawini Rut (ay.13).

4.       Rancangan Tuhan Tidak Terselami
Perhatikanlah, bawa menurut catatan ayat 14 dan bahkan hingga akhir perikop, anak dari Rut ternyata harus diakui sebagai anak dari Naomi. Dengan demikain turunan Elimelekh tetap berlangsung. Anak itu kemudian diberi nama Obed yang berarti pelayan.

Hal yang menarik dari ending kitab Rut ini adalah penulis kitab Rut menyebut nama Daud (ay.17-22) yang belum dilahirkan di jaman Rut. Seakan mau memberi penekanan penting bagi pembaca, bahwa justru melalui kehadiran Rut dan pengorbanan Boas, bangsa Israel akan memiliki seorang Raja besar yang hebat dan dikasihi Allah.

Jika silsilah ini dilanjutkan maka kita akan menemukan pada Injil Matius 1:5-16 bahwa dari kehidupan Rut dan Boas-lah Tuhan merancangkan suatu rancangan besar yang tidak bisa dipikirkan akal. Lebih dari 1000 tahun, Tuhan menyiapkan melalui Rut untuk hadirnya Juruselamat yakni Yesus Kristus Tuhan. Peristiwa Elimelekh yang cari selamat dari hukuman kelaparan dan meninggalkan Israel, justru dengan “paksa” Tuhan pulangkan “darah elimelekh” kembali ke Betlehem melalui Naomi dan Rut agar kehadiran raja Daud dapat diwujudkan yang selanjutnya memungkinkan kelahiran Yesus Kristus pada target akhir.

Rut yang hanya seorang Goyim dengan status proselit, justru dipakai Tuhan untuk rancangan maha agungNya. Siapapun tidak akan menyangkah bahwa penderitaan Rut dan Naomi, pengorbanan perempuan Moab penyembah berhala ini, justru berakhir indah dalam rancangan Tuhan. Maka benarlah bahwa rancangan Tuhan tidak terselami.

APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Hari ini kita belajar pertama-tama bukan tentang sepak terjang Rut, melaikan tentang ketulusan dan pengorbanan seorang kaya, terhomat, perkasa dengan status pahlawan, yang bernama Boas. Ia dengan rela dan sukacita mengambil tangung-jawab yang bukan tanggung jawab utama untuk menebus harta warisan Elimelekh dan kemudian melanjutkan keturunan Elimelekh melalui Rut. Siapa yang menyangkah bahw dari ketulusan dan pengorbanan Boas, ada rencana Tuhan yang maha besar bagi dunia.

Kita diajak dan diajar untuk meneladani Boas. Kepeduliannya dan rela berkorbannya perlu untuk menjadi gaya hidup orang percaya. Jangan hanya mau menjadi Rut yang mengalami kisah HAPPY ENDING saja. Kita pun dipanggil menjadi Boas untuk Rut yang lain, agar derita hidup yang dialami para “Rut-Rut yang lain ini” di manapun berada, mengecap nikmatnya happy ending mereka. Ya… jika kita meyakni bahwa selalu ada Boas untuk Rut yang Tuhan akan kirim, maka bergegaslah, sebab barangkali kitalah yang ditunjuk menjadi Boas itu.

2.       Tidak ada seorangpun yang dapat memahami dalamnya rencana Tuhan dalam hidup ini, sebagaimana peristiwa Rut yang kemudian menghadirkan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Maka, kita juga perlu untuk merenungkan bahwa jika hal yang besar untuk merancangkan keselamatan dunia, TUHAN tidak pernah gagal, maka bagaimana mungkin kita ragu untuk meyakini bahwa Allah tidak pernah gagal untuk merancangkan hal “indah pada waktunya” dalam hidup kita ini?

Mungkin ada di antara kita yang terpuruk dalam beratnya titian hidup dan sulit memahami kuasa dan kemampuan Tuhan untuk membawamu menemui kelegaan. Kepada saudaralah Firman ini mau disampaikan bahwa kita tidak dapat menyelami pkiran Allah yang merancangkan hidup kita. Hanya saja jangan pernah kehilangan iman dan kemampuan untuk berharap. Sebab Tuhan sangat sanggup membawa kita menemukan kelegaan sebagaimana Ia mampu membawa Rut mencapai kelegaan itu. Bukan itu saja! Jika ia mampu merancangkan hal besar yakni keselamatan dunia melalui Rut yang kecil, maka percayalah Dia pun sanggup melakukan hal yang serupa untuk hidup saudara, yakni rancangan damai sejahtera, walau sekarang belum dapat kita mengerti. Amin.

No comments:

Post a Comment