Thursday, May 2, 2019

Kejadian 18:16-33


BERSYAFAAT BAGI SESAMA
Bahan Khotbah Ibadah Persekutuan Kaum Perempuan
Kamis, 02 MEI 2019

A. PENDAHULUAN
Perikop ini berkisah tentang doa syafaat Abraham untuk Sodom dan Gomora yang akan dihancurkan oleh Tuhan, Dua kota ini terkenal dengan prilaku jahat mereka di hadapan Tuhan. Berbagai prilaku amoral dan sex menyimpang terjadi di sana. Tidak heran jika istilah sodomi (prilaku sex menyimpang) diambil dari nama kota ini (lihat prilaku itu pada 19:5).

Menariknya, Abraham berdoa dengan cara melakukan tawar menawar dengan Tuhan agar dua kota ini, terutama Sodom tempat Lot (ponakan Abram) tinggal tidak dibinasakan

B. GALIAN PERIKOP (Tafsiran)
Perhatikanlah bahwa TUHAN mempertimbangkan informasi ini apakah perlu disampaikan kepada Abraham atau tidak (ay.17-19). Saat itu Abraham sedan berjalan-jalan dengan malaikat Tuhan (Lih: ay.1, 16) dan memandang ke arah Sodom. Jika TUHAN memperhitungkan Abraham soal rencana pemusnahan masal itu, maka hal ini perlu dipertanyakan? Siapakah Abraham sehingga Allah perlu menimbang lagi? Jawabannya kita temukan pada ayat 17-19 bahwa hubungan Abraham dengan Allah sangat dekat. Ia adalah pribadi yang benar di mata Tuhan. Itulah alasannya.

Selanjutnya, maripula memperhatikan isi doa syafaat Abraham pada ay.24-32 dan bagaimana reaksi TUHAN menjawab doa tersebut. Ada beberapa hal yang menarik:
1.      Tidak mungkin Abraham dengan PD melakukannya jika ia tidak memiliki hubungan special dengan Tuhan. Kedekatan yang amat sangat dengan Allah-nya membuat Abraham dapat dengan berani menyampaikan permintaan panjang dengan tawar menawar yang ketat dengan Tuhan.
2.      Syafaat bukan berdoa untuk diri sendiri atau menyampaikan sesuatu untuk kepentingan diri. Syafaat adalah permintaan khusus kepada Allah demi kepentingan orang lain dalam hal ini warga Sodom dan terutama Lot dan keluarganya. Seharusnya Abraham tidak perlu berbeban, sebab bukankah hal peristiwa mengerikan itu bukan terjadi pada dirinya? Tapi Abraham tidak egois. Ia tetap memohon belas kasihan Tuhan untuk Sodom.

3.      Ada bernegosiasi mengenai jumlah yang percaya agar Sodom tidak dimusnakan. Dimulai dengan angka 50orang, 45orang, 40orang, 30orang, 20orang, dan terakhir 10orang. Ternyata apapun yang disampaikan Abraham, Tuhan tetap menyetujuinya. Lalu mengapa tetap dimusnakan? Sebab jumlah 10 orang tidak bisa dipenuhi oleh orang-orang sodom. Ternyata yang percaya kepada Allah  hanyalah 4 orang yakni Lot, istrinya dan kedua anak perempuannya. Bahkan istri Lot justru tidak taat pada perintah sehingga ikut dimusnakan (19:15-26).

Kita mendapat kesimpulan menarik bahwa TUHAN tidak menyangkali kesediaannya untuk membatalkan hukuman bagi Sodom. Sebab jumlah kuota yang percaya tidak terpenuhi.

4.      Hal yang menggelitik selanjutnya adalah mengapa Abrahan tidak menyebut 3orang yang percaya saat negosiasi itu? Andaikata ia menyebut angka itu, bukankah Sodom batal dihukum? Silakan perhatikan ayat 33 setelah tawar menawar pada titik jumlah 10orang! Apa yang dilakukan TUHAN? Ayat 33 menyebut: “lalu pergilah Tuhan…”. Ternyata Abraham tidak mendapat kesempatan untuk menurunkan jumlah dan hanya mentok pada jumlah 10orang. Kok bisa?

Kita menemukan akhirnya alasan menarik ini. Bahwa memang benar Abraham bisa bernegosiasi bahwa tawar menawar dengan Allah dalam doa itu, tetapi batas akhir kuota ditentukan oleh Tuhan. Lihatlah, bahwa hal ini sangat penting untuk direnungkan! Kita diberikan hak khusus untuk meminta apapun kepada Tuhan dan menawar apapun kepada Allah. Tetapi batas akhirnya selalu ada! Putusan akhir juga datang dari kehendak Allah yang berdaulat.

5.      Akhirnya, kita pun diajak pada apa yang dilakukan Abraham. Pada ayat 33 akhir, disebutkan bahwa Abraham kemudian kembali ke tempat tinggalnya. Artinya abraham tidak lagi ngotot memaksa kehendaknya kepada Allah. Tangung-jawab Abraham adalah mendoakan dengan gigih dan tidak menyerah. Pada batas tertentu, ia menyadari statusnya yang hanya sebagai pendoa. Putusan akhir ada pada kedaulatan Allah.

Artinya, soal dikabulkan atau tidak, Abraham tidak peduli. Yang ia peduli ada kondisi Sodom dan Lot. Yang ia peduli adalah bagaimana berusaha untuk tetap mendukung dalam doa. Doa dan topangan doa adalah fokus Abraham dan bukan pada pengabulannya. Sebab itu adalah teritori Allah/


C. RELEVANSI DAN APLIKASI (Penerapan)
Ternyata sangat penting bagi kita untuk bersyafaat kepada Allah bagi kepentingan orang lain. Ternyata adalah penting untuk menopang seseorang dalam doa. Doa suami bagi istri, doa istri bagi suami, doa orang tua bagi anak-anak. Itu disebut dengan bersyafaat yakni berdoa untuk kepentingan orang lain dan bukan kepentingan egois kita. Ada sebuah kisah tentang kuasa doa syafaat yang barangkali dapat menginsiprasi kita untuk tidak berhenti berdoa bagi orang lain:

Seorang Wanita Yang Suaminya Pengangguran Membagikan Kisah Penantiannya… Saya ingin berbagi satu cerita yang indah dengan Anda. Saya bertemu Yane Pe Benito ketika saya memberi khotbah di perusahaannya. Yane adalah seorang wanita yang menyenangkan yang memiliki kisah yang mengagumkan untuk diceritakan, saya memutuskan untuk menceritakannya pada dunia.

Dua tahun lalu, suami Yane, Beni, tanpa peringatan, kehilangan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan rasa sakit dua kali lipat karena pekerjaannya sebenarnya sangat menjanjikan. Selama 6 tahun, Beni sangat menikmati pekerjaannya di sebuah perusahaan distribusi multinasional untuk produk perawatan kulit. Namun karena perubahan struktur organisasi yang terjadi dalam perusahaan tersebut (yang sering terjadi di banyak perusahaan belakangan ini), ia di-PHK.

Yane memutuskan untuk memberitahu berita menyedihkan itu pada kedua anaknya yang masih kecil, Gabriel (6 tahun) dan Marga (4 tahun). Ia memilih dengan hati-hati kata-kata yang akan dipakai untuk menjelaskan hal tersebut. "Anak-anak, kita harus menjaga lebih baik barang-barang kita…dan tidak memboroskan uang kita karena…ayah tidak punya pekerjaan lagi”.

Beberapa bulan pertama semua berjalan baik; Beni menerima rata-rata dua panggilan interview setiap minggu. Namun beberapa bulan menjadi setahun – dan terus berlanjut, panggilan interview semakin sedikit dan jarang. Selama hampir dua tahun suaminya menganggur, Yane melalui kegelisahannya sendiri. Sebagai seorang ibu dari dua anak usia sekolah, ia melihat tabungan mereka yang semakin menipis. (Sebagai ukuran, ia pindah dari pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 8 tahun, ke pekerjaan yang lebih tinggi bayarannya.)

Yane mulai bertanya pada Tuhan:
"Tuhan, saya tidak mengerti apa lagi yang Engkau sedang ajarkan pada kami! Bagaimana lagi kami harus berdoa? Apa lagi yang harus kami doakan?"

Itulah saat ketika Yane menyadari bahwa doa mereka harus lebih spesifik. Maka ia mengumpulkan kedua anaknya dan berkata, "Mari berdoa bagi ayah, agar ia dapat menemukan suatu pekerjaan yang baik dengan seorang atasan yang baik – seseorang yang seperti atasannya di perusahaan yang dulu."

Dan itu menjadi doa spesifik keluarga tersebut. "Tuhan, tolong ayah untuk mendapatkan seorang atasan yang baik seperti atasannya dulu, dalam nama Yesus”. Suatu hari, sekitar setahun lalu dari hari ini, Yane pulang dari kerja dan melihat kedua anak dan suaminya sedang berdempetan sambil membungkuk. "Ada apa ini?" tanyanya. Ia mendengar anak-anaknya berbisik dengan gembiranya, "Tunjukkan pada ibu sekarang!"Beni menyodorkan sebuah amplop coklat padanya.

Yane pikir itu adalah sesuatu dari sekolah anak-anak. Tapi bukan. Dengan perlahan ia menarik keluar secarik kertas dari amplop itu, ia membaca nama perusahaan…kemudian jabatan suaminya…dan gajinya… Sampai di sini, ia mengangguk puas. Namun ketika ia sampai ke bagian bawah kertas tersebut, ia kaget setengah mati. Karena ada sebuah tanda tangan. Tanda tangan milik atasan favorit Beni!

Diiringi tatapan heran anak-anaknya, Yane mulai menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan. Ia sangat sulit untuk mempercayai ini! Seperti seorang anak, ia melompat-lompat kesenangan, dan disambut gembira oleh kedua anaknya yang ikut melompat dan tertawa bersamanya.

Gabriel bertanya pada ibunya, "Ibu, mengapa engkau menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan?" Yane melihat kesempatan bagus untuk menjelaskan, "Ibu menangis karena ibu begitu bahagia. Ingatkah bagaimana kamu berdoa untuk seorang atasan yang baik bagi ayah? Lihatlah nama ini," ia menunjuk kertas yang masih ia pegang. "Kita hanya meminta seorang atasan yang seperti atasan ayah yang dulu. Tapi, Tuhan memberi ayah seorang atasan yang persis sama! Ia menjawab doa-doa kita!"

Janganlah kita berhenti berdoa bagi orang lain. Sebab sangat mungkin doa kita untuk mereka akan menjadi mujizat bagi pergumulan mereka. Amin.

------------0000-----------

No comments:

Post a Comment