Wednesday, May 15, 2019

1 RAJA-RAJA 21:17-19


TIAP KEJAHATAN DIHUKUM
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 22 MEI 2019

A. PENGANTAR
Penting untuk mengenal tokoh-tokoh dalam kisah Kebun Anggur Nabot ini supaya kita dapat mengerti kisah ini lebih mendalam. Paling tidak 4 tokoh yakni:
Pertama, Raja Ahab. Nama "ahab" dari bahasa Ibrani: אַחְאָב  (baca: 'akh'av) yang artinya, 'saudara lelaki ayah'. Ahab, Putra dan pengganti Omri, pendiri satu dinasti, yang memerintah sebagai raja ke-7 Israel (utara) selama 22 tahun, ± pada thn 874-852 sM dengan ibukota pemerintahan adalag Samaria (1 Raja 16:28 dab). Selama kurun pemerintahannya, Ahab sebenamya beruntung dengan kehadiran Elia sebagai nabi ilahi. Tapi Ahab dipengaruhi istrinya, Izebel, yang ia izinkan membangun kuil tempat menyembah ilah yang bernama בעל (baca: ba'al) dari Tirus, di Samaria, dengan mezbah untuk orang kafir, patung Asyera dan pelayan-pelayan (1 Raja 16:32).

Kedua, Izebel. Nama "Izebel" dari bahasa Ibrani: איזבל (baca: 'izebel), yang berarti Baal adalah suami dari. Izebel adalah putri dari Etbaal, raja-imam Tirus dan Sidon. Dia kawin dengan Ahab karena faktor politis yakni, menguatkan persekutuan Tirus dengan Israel. Wataknya keras dan bersifat menguasai, menuruti kehendak sendiri dan bersifat memaksa. Dia penyembah fanatik dewa Melkart, yaitu Baal orang Tirus. Nabi dewa ini pada zaman pemerintahan Ahab berjumlah 450 orang, ditambah lagi dengan 400 nabi dewi Asyera (1 Raja 18:19). Dialah yang memberi pengaruh yang cukup kuat sehingga Ahab, suaminya, jatuh dalam dosa.

Ketiga, Nabot. Nama ini dari bahasa Ibrani נָבוֹת (baca: Na-bowth) yang berarti “buah-buahan”.  Ia berasal dari Yizreel yang dalam bahasa Ibarani יזרעאל (baca: Yizre'el), berarti "Allah menabur". Kota ini adalah kota kuno di Israel yang termasuk ke dalam wilayah Suku Isakhar, dan kemudian termasuk wilayah Kerajaan Israel Utara.

Keempat, Elia. Ia adalah Nabi Israel pada abad 9 sM. Namanya dari  bahasa Ibrani אֵלִיָּהוּ (baca: 'eliyahu) yang berarti 'Allahku adalah YHVH. Pelayanan kenabiannya mengambil tempat di kerajaan Utara selama pemerintahan dinasti Omri. Elia sebaya dengan raja Ahab dan Ahazia (anak Ahab penggantinya sebagai raja utara).



B. PENJELASAN NATS
Kisah ini bermula dari keinginan Ahab untuk memiliki kebun anggur milik Nabot. Alasan Ahab ingin memiliki kebun anggur itu adalah alasan praktis yakni posisi kebun anggur itu berbatasan dengan lahan istana kerajaan (ay.1) sehingga adalah baik untuk dimanfaatkan sebagai kebun sayur. Perhatikanlah bahwa sudah pasti Ahab memiliki kebun anggur maupun kebun sayur yang “maha” luas, sebab ia adalah seorang raja bukan? Sehingga adalah aneh jika kemudia terkesan prinsip praktis dan ekomomis menjadi alasan Ahab. Sesungguhnya SERAKAH  adalah istilah yang tepat untuk diberikan kepada Ahab.

Tentu saja Nabot menolak keinginan raja tersebut. Mengapa Nabot menolak? Ada alasan utama bagi Nabot yakni alasan teologis. Ia berkata: “kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!” (ay.3). Mengapa disebut alasan teologis, sebab jawaban Nabot ini adalah cara ia menjalankan perintah TUHAN, Allah Israel. Sebab kepada Israel telah diperintahkan untuk tidak memindah tangankan warisan tanah yang TUHAN berikan kepada tiap suku, di tiap klan suku pada tiap keluarga Israel (Bil.271-11).

Kisah selanjutnya dapat ditebak. Nabot di bunuh dengan cara fitnah tentang “Nabot telah mengutuk Allah dan raja” (ay.13). Permainan keji ini diprakarsai oleh akal bulus Izeebel (ay.8-11). Untuk diketahui bahwa hukuman bagi mereka yang mengutuk (menghujat) nama Allah adalah hukuman mati (Im.24:10-11). Izeebel mengetahui hal ini dan menggunakan senjata Firman Allah untuk memuluskan rencana licik dan jahatnya itu. Nabot akhirnya dihukum mati dan kemudian kebun anggurnya menjadi milik Raja. Sungguh tragis bukan?

Apakah reaksi TUHAN, Allah Israel yang Maha Adil? Jawabannya kita temukan pada bacaan kita yakni 1Raj.21:17-19. Elia di utus TUHAN untuk menyampaikan murka Allah Israel terhadap Istana Ahab. Raja Ahab akan mendapatkan hukumannya yakni: “di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu” (ay.19). Bahkan bukan hanya kepada Ahab saja hukuman itu diberikan, melainkan kepada Izeebel istrinya-pun hukuman mengerikan telah menanti (ay.23). Hukuman dan murka Allah berlanjut dikalangan Istana yakni kepada seluruh keluarga Ahab (ay.21-24). Perhatikanlah hanya demi sebuah kebun anggur, Ahab dan Istrinya membunuh Nabot. Keserakahan mereka dan tindakan jahat yang tidak manusiawi itu tidak akan lolos dari hukuman Tuhan. Karena tanah dan kebun anggur itu, keturunan Ahab menjalani hukuman dari Tuhan.

Hal menarik adalah bagaimana dengan berani Elia menyampaikan perintah TUHAN itu. Siapapun pasti gentar mendatangi istana raja yang keji tersebut. Apalagi sudah pernah terjadi peristiwa bahwa para nabi dibantai oleh Izeebel permaisuri Ahab (18:4). Tetapi tidak bagi Elia!! Ia bahkan dengan berani beradu argumentasi dengan Ahab di Istana raja itu dan dengan tegas menyatakan hukuman itu. Silakan bayangkan percakapan tanpa gentar dilakukan Elia di hadapan raja dan permaisurinya itu pada ayat 20-21 (yang sayangnya tidak dibacakan pada bacaan hari ini). Wow… Elia berani menyuarakan suara kenabian tanpa takut dan gentar. Kebenaran harus tetap disampaikan walaupun beresiko besar. Itulah Elia.

C. REFLEKSI
Beberapa catatan untuk menajdi bahan perenungan kita saat ini:
1.    Keserakahan adalah suatu sifat yang dibentuk dari rasa tidak puas atas apa yang dimiliki. Orang yang tidak pernah merasa cukup dan puas dengan yang ia miliki terkategori sebagai pribadi yang tidak tahu bersykur. Inilah yang terjadi pada Ahab! Keinginan memiliki kebun anggur Nabot bukan karena ia tidak memiliki kebun anggur. Semua ia jenis kekayaan sudah pasti ia miliki karena ia adalah seorang raja. Ahab tidak puas, ia tidak tahu bersyukur.

Jangan menjadi seperti Ahab. Syukuri apa yang kita miliki. Bersyukur kepada Allah sebab apa yang kita peroleh adalah dari TUHAN.

2.  Akibat dari keserakahan adalah tindakan menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan. Inilah yang juga dilakukan Ahab melalui istrinya Izeebel. Deni memperoleh kebun anggur itu, Nabot dibunuh dengan cara yang keji.  
Berhati-hatilah… jangan mengingini apapun yang dimiliki oleh sesamamu. Perintah pada salah satu dari 10 hukum ini adalah cara Tuhan untuk menjauhkan kita dari keinginan yang tidak benar terhadap apa yang menjadi hak milik orang lain. Jangan mendatangkan dosa demi memuaskan keinginan hati memiliki yang bukan hak kita.

3.    Jadilah seperti Elia. Ia adalah nabi yang luar biasa. Tidak gentar pada siapapun termasuk kepada raja demi menyatakan kebenaran Allah. Suara kenabian harus disampaikan. Kehendak dan perintah Allah harus dinyatakan. Itulah Elia.

Berapa banyak orang yang lebih senang berada di zona nyaman? Yang penting saya aman-aman saja, tidak usah sibuk dengan urusan orang lain. Berapa banyak orang yang bersedia untuk menerima konsekuensi terburuk asalkan kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan? Kita dipanggil seperti Elia untuk berani bersuara dan menegur sesuatu yang salah. Sebab jika kejahatan terdengar begitu lantang bersuara akhir-akhir ini dan seakan kebenaran dikalahkan, kadangkala hal itu disebabkan karena orang benar tidak mau bersuara dan menyampaikan kebenaran tersebut.


Thursday, May 9, 2019

1 RAJA-RAJA 10:26-29


HARTA DAN KEKAYAAN SALOMO
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 15 MEI 2019

A. PENGANTAR
Siapakah Salomo? Pasti banyak orang mengenal nama ini. Nama Salomo dalam bah. Ibrani, שְׁלֹמֹה (baca: Shelomoh), artinya, damai-Nya atau kesempurnaan-Nya. Ia adalah Raja ke-3 Israel (± 971-931 sM), yang sekaligus adalah raja Israel pertama berdasarkan garis keturunan. Ia adalah putera raja Daud dari Batsyeba (2Sam.12:24). Namanya kemudian disebut Yedija. Nama ini adalah nama yang diberikan kepada Salomo oleh TUHAN melalui nabi Natan (2Sam.12:25). Nama Yedija dari Bah. Ibrani ידידיה (baca: Yedid'yah) yang berasal daru dua suku kata, yakni: pertama, kata ידיד (baca: Yedid) yang berarti kekasih; kedua, kata יה (baca: Yah) yang berarti Yahwe. Maka arti nama Yedija itu adalah kekasih TUHAN.



B. PENJELASAN NATS
Perikop bacaan kita ini berkisah tentang bagaimana kehidupan Salomo dan pemerintahannya. Ia adalah raja yang sangat disegani oleh raja manapun termasuk Firaun raja Mesir yang rela memberikan putrinya kepada Salomo (3:1), juga Filistin yang memberikan upeti kepadanya (4:21) Ia juga dikenal sebagai raja yang kaya-raya dengan harta benda yang sangat banyak (ay.22-26). Pada perikop kita pasal 10:14-29 mendaftar jenis dan jumlah harta kekayaan yang dimiliki oleh Raja Salomo.

Perhatikan saja jumlah emas per tahun yang dibawa kepada Salomo yakni enamratus enampuluh enam talenta (ay.14). Dalam hal ukuran berat, 1 talenta (Yun: τάλαντον) itu setara dengan 80 pon atau 36kg. Maka jumlah emas raja Salomo per tahun adalah 36x666= 23.976kg atau hampi 24ton emas per tahun di luar pemberian saudagar atau raja arab dan bupati lainnya (ay.15). Silakan juga bayangkan berbagai harta kekayaan yang lain pada ay.16-25 yang dimiliki Salomo: perisai dari emas, perkakas minuman dari emas dan perak, kapal-kapal, dan termasuk kereta berkuda, jenis2 kuda terbaik (ay.26-29).

Bagaimana sehingga prestasi dan kekayaan Salomo itu dapat diukir oleh Salomo? Jawabannya kita temukan pada bacaan minggu lalu (1Raj.4:29-34) yakni pada ay.29 bacaan tersebut dinyatakan “Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang sangat besar”. Rupanya di balik keberhasilan dan kebesaran Salomo, di balik segala kekayaan dan kehormatan itu, Hikmat dari TUHAN menjadi unsur utama dan penting. Karena Hikmat dari TUHAN-lah sehingga Salomo mampu menggapai segala hal yang ada pada dirinya itu. Hikmat adalah unsur penting dari keberhasilan Salomo tersebut.

Mengapa Tuhan memberikan Salomo hikmat tersebut? Jawabannya kita temukan pada pasl 3:4-15. Bahwa Tuhan memberikan Salomo hikmatNya karena Salomo meminta hal itu padaNya. Tetapi hal ini perlu diluruskan!! Bukan karena Salomo meminta Hikmat pada Tuhan sehingga ia beroleh hikmat. Tetapi karena Salomo “mengingini dengan sangat” Hikmat itu melebihi umur panjang, kekayaan atau nyawanya sekalipun (3:11). Perhatikanlah, bahwa ada opsi pilihan yang bisa Salomo minta dengan bebasa yang diberikan keleluasan itu oleh Tuhan (3:5). Siapapun jika ditawarkan mintalah apa saja pasti menyampaikan berbagai hal demi kepuasan diri dan keinginan hati. Salomo tidak meminta untuk diri sendiri. Melainkan memohon hati yang paham menimbang (3:9). Ia meminta hikmat untuk menjalankan perintah TUHAN yakni memerintah Israel dan Yehuda. Itulah Alasan mengapa Tuhan memberikan apa yang ia minta itu yakni hikmat tersebut.

Maka tidak heran, dengan HIKMAT Tuhan yang ada padanya, Salomo mampu memimpin negeri dan menjalan pemerintahan dengan hikmat dari Tuhan. Bukan itu saja, karena permintaannya adalah untuk Tuhan dan kemuliaanNya ketika memerintah sebagai raja, maka Salomo mendapat bonus dari Tuhan, yakni kekayaan dan kemuliaan seperti pada bacaan kita, sebagaimanan yang Tuhan janjikan (3:13).   

Tetapi dibalik kisah sukses dan daftar kekayaan Salomo ini, ada hal menarik untuk dibahas yakni mengenai bagaimana Salomo memperoleh begitu banyak kuda sebagai salah satu harta kekayaannya. Pada ayat 28-29 disebutkan bahwa : 28Kuda untuk Salomo didatangkan dari Misraim dan dari Kewe; saudagar-saudagar raja membelinya dari Kewe dengan harga pasar. 29Sebuah kereta yang didatangkan dari Misraim berharga sampai enam ratus syikal perak, dan seekor kuda sampai seratus lima puluh syikal; dan begitu juga melalui mereka dikeluarkan semuanya itu kepada semua raja orang Het dan kepada raja-raja Aram.

Kuda dan kereta untuk Salomo di datangkan dari Misraim. Di manakah letak Misraim itu? Misraim berasal dari bahasa Ibrani: מִצְרַיִם / מִצְרָיִם (Mitzráyim atau Miṣrāyim ) dan dari bahasa Arab: مصر, (Misr) yang menunjuk pada tanah Mesir. Karena menggunakan akhiran ganda -āyim yang bermakna jamak, mungkin mengacu pada "dua Mesir": Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Mengapa penting untuk fokus pada redasksi Mesir sebagai tempat kuda Salomo berasal? Perhatikan bunyi perintah Tuhan dalam Ul.17:15-16 sebelum Israel memiliki raja dan masih mengembara di padang gurun:
“…maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Allahmu, yang harus kauangkat atasmu. …Hanya, janganlah ia memelihara banyak kuda dan janganlah ia mengembalikan bangsa ini ke Mesir untuk mendapat banyak kuda, sebab TUHAN telah berfirman kepadamu: Janganlah sekali-kali kamu kembali melalui jalan ini lagi.”

Walau masih perlu dikaji, namun diduga cukup kuat bahwa Salomo melanggar perintah ini. Dua perintah sekaligus dilanggar oleh Salomo, yakni tentang seorang raja jangan memelihara banyak kuda dan jangan balik ke Mesir hanya untuk mendapatkan banyak kuda. Jika demikian maka Salomo terkategori melanggar perintah Allah. Bahkan pada perikop berikutnya, kita disajikan kisah bagaimana Salomo jatuh dalam dosa melalui berpologami dan kemudian menyembah para dewa di tempat asal perempuan-perempuan Salomo itu.

C. REFLEKSI
Sehebat apapun hikmat yang diberikan Tuhan kepada Salomo, tetapi jika ia melanggar perintah Tuhan, maka hal itu memberikan indikasi kuat bahwa ia tidak lagi takut Tuhan, padahal sumber dari hikmat adalah takut Tuhan.

Kejatuhan lebih jauh Salomo ke dalam dosa adalah ketika ia gagal memberikan prioritas utama “matanya” untuk fokus kepada Allah sumber segala kekayaan dan harta benda serta kenikmatan hidup. Ia lebih fokus pada harta dan bagaimana menikmati hidupnya itu. Sebagaimana bacaan Alkitab pada hari Minggu yang lalu (Matius 6:19-24), bagian ini dengan tegas diperingatkan oleh Tuhan Yesus. Tidak salah menjadi kaya. Sebab kekayaan adalah anugerah dari Allah. Namun apabila salah fokus, yakni titik perhatian hanya pada kekayaan dan bukan pada sumber pemberi kekayaan, maka kehancuran akan terjadi. Karena dosa Salomo (perzinahan fisik = perempuan2 disekitarnya dan perzinahan rohani = penyembahan berhala), Israel dikemudian hari terpecah menjadi Utara dan Selatan.

Berhati-hatilah, sebab jika fokus bukan pada Allah dan ketaatan kepadaNya, maka kehancuran hidup pasti terjadi. Kurang apakah Salomo di hadapan Tuhan? Bagaimanakah ia diberkati hingga dapat menyelesaikan rumah Tuhan yakni Bait Suci yang megah itu? Salomo tidak tertandingi soal hikmat yang Tuhan beri. Namun ketika kesuksesan mulai bertumpuk dan kekayaan tidak terhitung ia peroleh karena Tuhan, Salomo mulai melupakan Tuhan dan bertahap melanggar perintah dan kehendaknya.

Keberhasilan berawal dari kesetiaan pada Tuhan. Tetapi jangan lupa juga bahwa kehancuran bermula dari melanggar kehendak Allah.





Wednesday, May 8, 2019

MATIUS 6:19-24


MENGUMPULKAN HARTA DI SORGA
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
12 Mei 2019

P E N D A H U L U A N
Bagian yang kita baca dan renungkan ini merupakan ucapan Yesus di atas bukit yang biasa dikenal dengan Khotbah di Bukit. Injil Matius mendokumentasikan isi Khotbah ini ke dalam 3 pasal yakni pasal 5-7 dengan berbagai tema khotbah. Salah satunya mengenai “harta” dan bagaimana mengumpulkannya.  

Harta adalah topik menarik untuk dibahas oleh siapapun sebab harta adalah hal yang paling dicari dan diingini oleh siapapun. Namun, ketika membaca teks ini, kita mendapat kesan bahwa memiliki harta dan atau menjadi kaya di bumi dilarang oleh Tuhan Yesus. Menjadi kaya adalah hal tabu bagi orang Kristen. Benarkah demikian? Perikop ini perlu digali secara dalam untuk mendapatkan pemahaman yang tepat.


EXEGESE TEKS (Uraian Perikop)
Benarkah Tuhan Yesus melarang untuk mengumpulkan atau menumpuk harta di bumi? Mari perhatikan dengan saksama bacaan kita saat ini. Beberapa hal penting perlu dijelaskan.
1.      Harta apa yang dimaksud
Kesan pertama ketika membaca teks ini adalah bahwa Yesus sedang berbicara tentang kekayaan atau harta benda sebagai fokus utama. Pemahaman ini tidak sepenuhnya keliru sebab memang Tuhan Yesus berbicara tentang mengumpulkan harta. Namun jika kita membaca perikop sebelumnya, yang juga adalah rangkaian khotbah di bukit, maka menjadi jelas bahwa bagian ini tidak terpisahkan dengan perikop hal berpuasa. Bagian ini menjadi terpisah karena “dipisahkan” oleh Lembaga ALkitab untuk kepentingan pemilahan topik.

Perhatikanlah bahwa ketika berbicara tentang puasa, Tuhan Yesus menyinggung soal “mendapat upah” dari berpuasa (ay.16). Upah atau μισθός (misthos) dalam bahasa Yunani berarti sesuatu yang diperoleh sebagai bayaran dari kerja yang dilakukan. Menariknya tentang “upah” ini terletak pada pemahaman orang Yahudi terutama golongan Farisi bahwa “kekayaan atau harta benda merupakan upah karena melakukan hukum Taurat”[1]. Sehingga menurut kebanyakan orang, melakukan suatu kebaikan dan kebenaran menurut hukum agama adalah memperoleh harta kekayaan yang bertumpuk. Dengan kata lain, fokus mereka tentang harta adalah yang bersifat duniawi bukan yang bersifat rohani.

Sebagai pebanding, sialakan perhatian topik Hal Berdoa pada ayat 5 dan 6. Bahwa setiap orang yang berdoa akan mendapat upah (ay.5), namun yang berdoa dengan benar maka memperoleh: “Bapamu… akan membalasnya kepadamu” (ay.6). Istilah membalasnya (give back) dari bahasa Yunani ἀποδώσει (apodosei) yang berarti “membayar dengan nilai yang sama atau setimpal”. Apa yang dibayar setimpal itu? Tentunya sesuatu yang diberi kepada Allah. Apa itu? Jawabnya Doa. Apa itu doa? Dari kata προσεύχῃ (proseuchomai) yang berarti membawa kehadapan Allah. Apakah yang dibawah kehadapan Allah ketika berdoa? Tentunya membawa diri kita menjumpai Allah. Maka mereka yang memberi diri untuk menjumpai Allah akan dibalas secara setimpal oleh Allah. Apakah itu? Allah akan membawa dirinya menjumpai kita (alias membalas secara setimpal). Dengan demikian kita menyimpulkan bahwa upah yang dimaksud bukan hanya hal bendawi melainkan (dalam konteks Khotbah di bukit) sesuatu yang sangat rohani dan spiritual. Harta yang dimaksud adalah harta rohani dan bukan harta bendawi. Itulah yang menjadi fokus Yesus pada bacaan kita ketika ia berbicara tentang cara menyimpan harta.

2.      Apakah dilarang mengumpulkan harta kekayaan? (ay.19-21)
Pertanyaan ini muncul karena kesan yang diperoleh ketika membaca ayat 19 dan 20 ini adalah “Tuhan Yesus melarang menumpuk harta kekayaan atau menjadi kaya:. Benarkah demikian? Kesan semacam ini jelas keliru. Alkitab tidak pernah melarang kepemilikan harta. Perintah ke-10 yang menyebut “Jangan mengingini harta milik sesamamu” bertujuan untuk melindungi harta pribadi masing-masing orang. Nasihat untuk belajar kepada semut yang menyiapkan perbekalan di saat susah (Ams 6:6-8; 30:25) menyiratkan bahwa kerja keras, tabungan, dan asuransi pada dirinya sendiri tidaklah salah. Allah tidak anti terhadap kekayaan. Dengan kata lain, teks ini tidak berbicara tentang larangan menjadi kaya atau menyimpan harta kekayaan.

Tiga ayat pertama pada perikop ini justru berbicara tentang ketamakan dan bukan tentang larangan menjadi kaya. Ada satu kata yang LALAI diterjemahkan oleh LAI yang justru sangat penting artinya, yakni:
(LAI Terj. Baru)     Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi
(Mat 6:19 BGT)     Μὴ θησαυρίζετε ὑμῖν θησαυροὺς ἐπὶ τῆς γῆς,
(Terj perkata)         Me (janganlah) thesaurizete (kamu mengumpulkan)
                              Humin (bagimu sendiri) thesaurous (harta) epi (di)
                              tes ges (bumi)

Kata yang hilang di terjemahan LAI adalah ὑμῖν (humin) yang berarti bagi dirimu sendiri. Sehingga secara sederhana, maka larangan pada ayat 19 adalah: “Dilarang mengumpulkan harta hanya untuk kepentingan diri sendiri”. Jika diperlebar lagi maknanya maka kita menemukan hal positif yakni, kumpulkan harta dengan tujuan bukan hanya bagi diri sendiri melainkan juga untuk orang lain dan terutama untuk Kerajaan Sorga (upah rohani, harta rohani).

Mengapa larangan itu menjadi penting? Sebab jika kekayaan itu dikumpulkan hanya untuk diri sendiri, otomatis fokus diri ada pada harta dan bukan pada sesama termasuk bukan pada Tuhan dan kerajaan Sorga. Dampaknya adalah hati kita hanya tertuju pada harta benda dan bukan pada Allah sebagai sumber dari harta dan kekayaan tersebut. Tidak heran jika dengan tegas, Tuhan Yesus berkata: “di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (ayat 21).


3.      Jangan salah fokus (ay.22-23)
Tuhan Yesus menggunakan metafora “mata” ketika berbicara tentang harta. Ia berkata:mata adalah pelita tubuh”. Mata memiliki fungsi untuk melihat atau memandang. Metafora ini menunjuk pada bagaimana melihat harta itu. Jika maata adalah pelita tubuh itu padam, otomatis fokusnya hanya pada harta duniawi demi kepentingan diri sendiri  dan akibatnya adalah kesia-siaan atau kegelapan.

Tidak salah menjadi kaya atau memperoleh banyak harta. Tapi harusnya jangan salah fokus. Mata kita termasuk hati tidak terfokus pada harta duniawi sebab ngengat akan merusaknya. Justru Tuhan Yesus mengajak untuk fokus pada harta sorgawi, yakni kehidupan kekal yang dijanjikan. Jika harta duniawi menjadi fokus, maka semua cara termasuk kejahatan dan ketidak-adilan akan dilakukan demi karta kekayaan. Jika fokusnya adalah kepada Allah dan KerajaanNya, yakni harta sorgawi, maka tindakan kebenaran, keadilan, ketulusan bahkan kepedulian menjadi fokus “mata” kita. karenanya kita perlu memberi tanda awas agar tidak salah fokus.

4.      Jebakan harta (ay.24)
Bagian terakhir dari bacaan kita akhirnya menjadi jelas, tentang apa fokus pengajaran Yesus mengenai harta. Harta yang dimaksud adalah harta rohani, yakni Allah sendiri. Lawan dari harta rohani adalah harta bendawi yg jadi fokus utama sehingga berubah menjadi dewa atau ilah untuk disembah. Mengapa disembah? Karena terfokus padanya dan tergantung padanya. Pilihannya ada dua dan hanya satu yang bisa dipilih yakni Allah atau mamon.  

Allah adalah pemilik tunggal kehidupan kita. Ia yang menciptakan kita. Ia yang menebus kita dari dosa-dosa kita. Seluruh hidup kita – tenaga, fokus, hati, dan waktu – harus ditujukan pada Allah saja dan bukan pada harta. Apa yang kita pikirkan setiap hari adalah bagaimana menyenangkan hati tuan kita dsan bukan bagaimana menjadi berharta banyak. Nilai hidup kita ditentukan oleh seberapa besar pemgabdian kita pada Allah dan bukan kepada harta. Jika harta menajdi fokus kita, hati-hati kita telah memasuk wilayah “JEBAKAN HARTA” yaitu menjadi penyembah MAMON dan bukan Allah.



APLIKASI DAN RELEFANSI




[1] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius – Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2003), hlm. 76

Thursday, May 2, 2019

Kejadian 18:16-33


BERSYAFAAT BAGI SESAMA
Bahan Khotbah Ibadah Persekutuan Kaum Perempuan
Kamis, 02 MEI 2019

A. PENDAHULUAN
Perikop ini berkisah tentang doa syafaat Abraham untuk Sodom dan Gomora yang akan dihancurkan oleh Tuhan, Dua kota ini terkenal dengan prilaku jahat mereka di hadapan Tuhan. Berbagai prilaku amoral dan sex menyimpang terjadi di sana. Tidak heran jika istilah sodomi (prilaku sex menyimpang) diambil dari nama kota ini (lihat prilaku itu pada 19:5).

Menariknya, Abraham berdoa dengan cara melakukan tawar menawar dengan Tuhan agar dua kota ini, terutama Sodom tempat Lot (ponakan Abram) tinggal tidak dibinasakan

B. GALIAN PERIKOP (Tafsiran)
Perhatikanlah bahwa TUHAN mempertimbangkan informasi ini apakah perlu disampaikan kepada Abraham atau tidak (ay.17-19). Saat itu Abraham sedan berjalan-jalan dengan malaikat Tuhan (Lih: ay.1, 16) dan memandang ke arah Sodom. Jika TUHAN memperhitungkan Abraham soal rencana pemusnahan masal itu, maka hal ini perlu dipertanyakan? Siapakah Abraham sehingga Allah perlu menimbang lagi? Jawabannya kita temukan pada ayat 17-19 bahwa hubungan Abraham dengan Allah sangat dekat. Ia adalah pribadi yang benar di mata Tuhan. Itulah alasannya.

Selanjutnya, maripula memperhatikan isi doa syafaat Abraham pada ay.24-32 dan bagaimana reaksi TUHAN menjawab doa tersebut. Ada beberapa hal yang menarik:
1.      Tidak mungkin Abraham dengan PD melakukannya jika ia tidak memiliki hubungan special dengan Tuhan. Kedekatan yang amat sangat dengan Allah-nya membuat Abraham dapat dengan berani menyampaikan permintaan panjang dengan tawar menawar yang ketat dengan Tuhan.
2.      Syafaat bukan berdoa untuk diri sendiri atau menyampaikan sesuatu untuk kepentingan diri. Syafaat adalah permintaan khusus kepada Allah demi kepentingan orang lain dalam hal ini warga Sodom dan terutama Lot dan keluarganya. Seharusnya Abraham tidak perlu berbeban, sebab bukankah hal peristiwa mengerikan itu bukan terjadi pada dirinya? Tapi Abraham tidak egois. Ia tetap memohon belas kasihan Tuhan untuk Sodom.

3.      Ada bernegosiasi mengenai jumlah yang percaya agar Sodom tidak dimusnakan. Dimulai dengan angka 50orang, 45orang, 40orang, 30orang, 20orang, dan terakhir 10orang. Ternyata apapun yang disampaikan Abraham, Tuhan tetap menyetujuinya. Lalu mengapa tetap dimusnakan? Sebab jumlah 10 orang tidak bisa dipenuhi oleh orang-orang sodom. Ternyata yang percaya kepada Allah  hanyalah 4 orang yakni Lot, istrinya dan kedua anak perempuannya. Bahkan istri Lot justru tidak taat pada perintah sehingga ikut dimusnakan (19:15-26).

Kita mendapat kesimpulan menarik bahwa TUHAN tidak menyangkali kesediaannya untuk membatalkan hukuman bagi Sodom. Sebab jumlah kuota yang percaya tidak terpenuhi.

4.      Hal yang menggelitik selanjutnya adalah mengapa Abrahan tidak menyebut 3orang yang percaya saat negosiasi itu? Andaikata ia menyebut angka itu, bukankah Sodom batal dihukum? Silakan perhatikan ayat 33 setelah tawar menawar pada titik jumlah 10orang! Apa yang dilakukan TUHAN? Ayat 33 menyebut: “lalu pergilah Tuhan…”. Ternyata Abraham tidak mendapat kesempatan untuk menurunkan jumlah dan hanya mentok pada jumlah 10orang. Kok bisa?

Kita menemukan akhirnya alasan menarik ini. Bahwa memang benar Abraham bisa bernegosiasi bahwa tawar menawar dengan Allah dalam doa itu, tetapi batas akhir kuota ditentukan oleh Tuhan. Lihatlah, bahwa hal ini sangat penting untuk direnungkan! Kita diberikan hak khusus untuk meminta apapun kepada Tuhan dan menawar apapun kepada Allah. Tetapi batas akhirnya selalu ada! Putusan akhir juga datang dari kehendak Allah yang berdaulat.

5.      Akhirnya, kita pun diajak pada apa yang dilakukan Abraham. Pada ayat 33 akhir, disebutkan bahwa Abraham kemudian kembali ke tempat tinggalnya. Artinya abraham tidak lagi ngotot memaksa kehendaknya kepada Allah. Tangung-jawab Abraham adalah mendoakan dengan gigih dan tidak menyerah. Pada batas tertentu, ia menyadari statusnya yang hanya sebagai pendoa. Putusan akhir ada pada kedaulatan Allah.

Artinya, soal dikabulkan atau tidak, Abraham tidak peduli. Yang ia peduli ada kondisi Sodom dan Lot. Yang ia peduli adalah bagaimana berusaha untuk tetap mendukung dalam doa. Doa dan topangan doa adalah fokus Abraham dan bukan pada pengabulannya. Sebab itu adalah teritori Allah/


C. RELEVANSI DAN APLIKASI (Penerapan)
Ternyata sangat penting bagi kita untuk bersyafaat kepada Allah bagi kepentingan orang lain. Ternyata adalah penting untuk menopang seseorang dalam doa. Doa suami bagi istri, doa istri bagi suami, doa orang tua bagi anak-anak. Itu disebut dengan bersyafaat yakni berdoa untuk kepentingan orang lain dan bukan kepentingan egois kita. Ada sebuah kisah tentang kuasa doa syafaat yang barangkali dapat menginsiprasi kita untuk tidak berhenti berdoa bagi orang lain:

Seorang Wanita Yang Suaminya Pengangguran Membagikan Kisah Penantiannya… Saya ingin berbagi satu cerita yang indah dengan Anda. Saya bertemu Yane Pe Benito ketika saya memberi khotbah di perusahaannya. Yane adalah seorang wanita yang menyenangkan yang memiliki kisah yang mengagumkan untuk diceritakan, saya memutuskan untuk menceritakannya pada dunia.

Dua tahun lalu, suami Yane, Beni, tanpa peringatan, kehilangan pekerjaannya. Hal ini menyebabkan rasa sakit dua kali lipat karena pekerjaannya sebenarnya sangat menjanjikan. Selama 6 tahun, Beni sangat menikmati pekerjaannya di sebuah perusahaan distribusi multinasional untuk produk perawatan kulit. Namun karena perubahan struktur organisasi yang terjadi dalam perusahaan tersebut (yang sering terjadi di banyak perusahaan belakangan ini), ia di-PHK.

Yane memutuskan untuk memberitahu berita menyedihkan itu pada kedua anaknya yang masih kecil, Gabriel (6 tahun) dan Marga (4 tahun). Ia memilih dengan hati-hati kata-kata yang akan dipakai untuk menjelaskan hal tersebut. "Anak-anak, kita harus menjaga lebih baik barang-barang kita…dan tidak memboroskan uang kita karena…ayah tidak punya pekerjaan lagi”.

Beberapa bulan pertama semua berjalan baik; Beni menerima rata-rata dua panggilan interview setiap minggu. Namun beberapa bulan menjadi setahun – dan terus berlanjut, panggilan interview semakin sedikit dan jarang. Selama hampir dua tahun suaminya menganggur, Yane melalui kegelisahannya sendiri. Sebagai seorang ibu dari dua anak usia sekolah, ia melihat tabungan mereka yang semakin menipis. (Sebagai ukuran, ia pindah dari pekerjaan yang sudah ditekuninya selama 8 tahun, ke pekerjaan yang lebih tinggi bayarannya.)

Yane mulai bertanya pada Tuhan:
"Tuhan, saya tidak mengerti apa lagi yang Engkau sedang ajarkan pada kami! Bagaimana lagi kami harus berdoa? Apa lagi yang harus kami doakan?"

Itulah saat ketika Yane menyadari bahwa doa mereka harus lebih spesifik. Maka ia mengumpulkan kedua anaknya dan berkata, "Mari berdoa bagi ayah, agar ia dapat menemukan suatu pekerjaan yang baik dengan seorang atasan yang baik – seseorang yang seperti atasannya di perusahaan yang dulu."

Dan itu menjadi doa spesifik keluarga tersebut. "Tuhan, tolong ayah untuk mendapatkan seorang atasan yang baik seperti atasannya dulu, dalam nama Yesus”. Suatu hari, sekitar setahun lalu dari hari ini, Yane pulang dari kerja dan melihat kedua anak dan suaminya sedang berdempetan sambil membungkuk. "Ada apa ini?" tanyanya. Ia mendengar anak-anaknya berbisik dengan gembiranya, "Tunjukkan pada ibu sekarang!"Beni menyodorkan sebuah amplop coklat padanya.

Yane pikir itu adalah sesuatu dari sekolah anak-anak. Tapi bukan. Dengan perlahan ia menarik keluar secarik kertas dari amplop itu, ia membaca nama perusahaan…kemudian jabatan suaminya…dan gajinya… Sampai di sini, ia mengangguk puas. Namun ketika ia sampai ke bagian bawah kertas tersebut, ia kaget setengah mati. Karena ada sebuah tanda tangan. Tanda tangan milik atasan favorit Beni!

Diiringi tatapan heran anak-anaknya, Yane mulai menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan. Ia sangat sulit untuk mempercayai ini! Seperti seorang anak, ia melompat-lompat kesenangan, dan disambut gembira oleh kedua anaknya yang ikut melompat dan tertawa bersamanya.

Gabriel bertanya pada ibunya, "Ibu, mengapa engkau menangis dan tertawa pada saat yang bersamaan?" Yane melihat kesempatan bagus untuk menjelaskan, "Ibu menangis karena ibu begitu bahagia. Ingatkah bagaimana kamu berdoa untuk seorang atasan yang baik bagi ayah? Lihatlah nama ini," ia menunjuk kertas yang masih ia pegang. "Kita hanya meminta seorang atasan yang seperti atasan ayah yang dulu. Tapi, Tuhan memberi ayah seorang atasan yang persis sama! Ia menjawab doa-doa kita!"

Janganlah kita berhenti berdoa bagi orang lain. Sebab sangat mungkin doa kita untuk mereka akan menjadi mujizat bagi pergumulan mereka. Amin.

------------0000-----------