Wednesday, November 14, 2018

YOEL 2:16-17



PERTOBATAN KOMUNAL
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 21 NOVEMBER 2018

Pengantar
Nabi Yo’el menjalankan pelayanannya di Yehuda pada saat bangsa ini telah kembali dari pembuangan. Disebabkan karena kitab ini tidak menyebut raja dan kerajaan sebagai sistem pemerintahan dan pemimpin kerajaan, melainkan menyebut para tua-tua dan imam sebagai pemimpin umat (1:2; 1:14), maka sangat diyakini bahwa pada waktu itu, Israel baru saja pulang dari pembuangan.

Nama Yo’el adalah nama yang familiar di Israel. Istilah יֹואֵל  (Yo’el) berasal dari dua suku kata yakni Yah (Yahwe) dan El (Elohim). Sehingga nama ini berarti Yahwe adalah Allah.

Tidak disebutkan dosa apa yang dilakukan oleh umat pada awal kitab ini. Kita disuguhi oleh Yoel tentang kilas balik peristiwa hancurnya Yerusalem (1:4-20) dan bagaimana penghukuman itu menjadi mengerikan. Ketika mereka balik dari pembuangan, segala sesuatu yang ditinggalkan tidak ada lagi kehidupan. Hama meraja-lelah di mana-mana sehingga tanah tidak lagi penghidupkan (1:4,5), hasil bumi berupa pohon anggur musnah (1:7,12), bahkan ladang gandum dan hasil bumi lainya-pun tak bersisa (1:10-12).

Selanjutnya, Yoel menyampaikan berita eskatologis tentang datangnya hari Tuhan yang semakin dekat dan mengerikan (2:2-11), sehingga kepada mereka diserukan untuk bertobat (ay.12-17). Bagaimana pertobatan itu dilakukan? Bacaan kita hari ini memberikan penjelasannnya.

Telaah Perikop
Yoel dengan tegas menyatakan bahwa hanya dengan pertobatan-lah umat Tuhan akan mampu menghadapi datangnya hari Tuhan yang dasyat itu. Bagaimana prosesnya?

1.      Pertobatan itu harus dengan kesungguhan (ay.12-14)
Menarik untuk disimak, bahwa Yoel menyebut soal pertobatan itu dengan istilah “berbaliklah kepadaKu dengan segenap hati“ (ay.12). Istilah “berbalik” berarti menunjuk pada arah yang berlawanan. Maka orang yang berbalik arah berarti orang yang menyadari bahwa arah yang selama ini ditempuh dan dituju adalah keliru. Itulah sebabnya, pertobatan harusnya dimulai dengan kesadaran terhadap suatu “kesalahan” dan kemudian bertindak untuk merubah arah hidup ketujuan yang benar dan tepat. Orang yang bertobat adalah pribadi yang meninggalkan kejahatan dan berbalik kepada Allah sumber segala kebenaran.

Proses itu menurut Yo’el harus dilakukan dengan segenap hati atau dengan kesungguhan yang disimbolkan melalui puasa dengan menangis dan dengan mengaduh. Dalam tradisi Israel tindakan itu disebut dengan berkabung. Yakni merobek pakaian, bermandi abu dan kemudian menangis serta mengadu kepada Tuhan. Berkabung atas dosa dan tindakan yang terlanjur diperbuat adalah aksi penting untuk menunjuk pada penyesalan. Itulah sebabnya, pertobatan bukan saja hanya dimulai dengan kesadaran terhadap perbuatan dosa melainkan juga diikuti oleh penyesalan diri terhadap kedurhakaan itu sehingga tidak lagi melakukannya.

Bagi Yo’el yang terpenting dari suatu pertobatan bukan pada tradisi ritualnya, yakni menangis dan mengadu atau merobek pakaian tanda menyesal. Tindakan dan wujud nyata dari pertobatan justru ketika umat bersedia “merobek dan mengoyakkan hati” tanda kesungguhan (bd.ay.13).

2.      Pertobatan itu harus dilakukan oleh semua orang (ay.16)
Tidak ada yang tidak berdosa. Bangsa Israel dihukum karena dosa mereka sebagai suatu bangsa. Itulah sebabnya maka yang bertobat dan memohon pengampunan dari Allah harus dilakukan secara komunal atau bersama sebagai suatu komunitas umat percaya di hadapan Allah mereka. Itulah sebabnya Yo’el dengan tegas menyebut semua kategori dalam kehidupan berjemaat, yakni para orang-orang yang tua, hingga anak-anak dan bahkan yang masih bayi atau menyusui. Mereka yang baru berpesta sebagai pengantin abru sekalipun (ay.16) harus turut serta dalam berkabungan itu. Bayangkan, bahwa yang bersuka saat itu wajib berkabung tanda penyesalan.

Dengan menyebut semua kategori ini, Yo’el memberi kesan kuat bahwa di mata Tuhan tidak ada satupun yang luput dari dosa dan kesalahan. Tidak ada dosa besar atau dosa kecil, tidak ada dosa ringan atau dosa berat, semuanya berdosa. Maka semua harus datang dengan penyesalan.

3.      Para pemimpin umat-pun harus melakukannya (ay.17)
Menarik bahwa Yo’el menyebut bahwa para pelayan-pelayan Tuhan dan para imam harus menangis di depan mezba (ay.17). Dengan kata lain, para imam dan pelayan harus memimpin doa dan permohonan itu untuk memohon belas kasihan Tuhan.

Tetapi, pernyataan Yo’el ini juga bisa bermakna bahwa kaum klerus (pemimpin umat) tidak luput dari perintah ini. Mereka juga pendosa dan harus memohon pengasihan umat. Dalam tradisi ibadah Israel, umat akan menyerahkan korban pengampunan dosa kepada para imam dan diteriuskan kepada imam besar utuk dibakar pada mezbah tersebut. Terkesan bahwa imam ataupun imam besar, yakni para pelayan Tuhan itu, suci dan tiada tercela dan dipakai sebagai pengantara.

Berbeda dengan perintah Yo’el ini. Para pelayan Tuhan inipun wajib untuk memohon pengampunan. Sebab walaupun ia seorang pelayan Tuhan, dia juga manusia, yang tak luput dari dosa dan salah.

Relevansi dan Aplikasi
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa pokok penting untuk diaplikasikan dalam kehidupan orang percaya:
Sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa pertobatan harus diawali dengan suatu kesadaran bahwa “aku telah salah” menjalani hidup ini. Tanpa ada kesadaran tentang suatu kesalahan tidak mungkin ada pertobatan. Tahapan selanjutnya setelah sadar diri terhadap kesalahan itu adalah tahap pengakuan dosa. Sangat penting di tahap ini, yakni dengan penuh kejujuran tiap orang datang menyampaiakn suatu pengakuan kepada Allah tentang semua yang telah diperbuat. Sebab tanpa pengakuan dosa tidak akan ada pengampunan (1Yoh.1:9).

Belajar dari Yoel, kita juga diingatkan mengenai kisah perempuan yang berzinah dalam Yohanes 8, bahwa pertobatan bukan hanya berhenti pada pengakuan dosa dan permohonan ampun, melainkan niat dan tekad yang penuh disimplin untuk berkomitmen agar tidak jatuh ke dalam dosa lagi. Yesus berkata: "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh.8:11). Tindakan tidak berbuat dosa lagi menjadi pesan sentral untuk dilakukan bagi setiap orang yang telah beroleh pengampunan.

Kita juga diingatkan bahwa tidak ada yang tidak berdoa (Rom.3:10-14). Sehingga di semua kategori kita mesti datang untuk memohon ampun. Jangan ada yang merasa paling benar dan suci di hadapan Tuhan, termasuk para pelayan Tuhan sekalipun. Doa bagi bangsa ini sangat penting juga dilakukan di era modern ini, yakni ketika semua elemen bangsa terutama gereja Tuhan berseru bersama untuk mohon kepada Tuhan: “Sayangilah, ya Tuhan, umatMu (ay.17). Kita perlu secara komunal datang untuk memohon poengasihan bagi bangsa ini tapi juga bagi gerejaNya. Bertobatan secara komunal adalah kunci bagi memperoleh anugerah dan pemulihan hubungan dengan Allah (bd. Ay.14).

000OO000