Friday, October 12, 2018

2 Korintus 8:10-15 MEMBERI DENGAN RELA DAN SUKACITA


Bahan Khotbah Ibadah Keluarga
Rabu, 18 OKTOBER 2018

PENDAHULUAN
Surat dan pernyataan tegas ini ditulis Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus, disebabkan cara pandang yang keliru jemaat ini mengenai pemberian sukarela sebagai bentuk persembahan kepada Tuhan melalui bantuan kepada Jemaat Yerusalem yang sedang mengalami Kesulitan. Paulus menangkap bahwa jemaat Korintus terlalu melakukan “perhitungan” untung rugi ketika akan memberikan persembahan tersebut. Sudah sekian kali mereka berjanji untuk memberikan, namun cukup lama ditunggu Paulus, pemberian tersebut tidak kunjung di realisasikan. Korintus menjanjikan untuk melaksanakan pemberian bantuan tersebut, yang oleh Paulus di sebut sebagai Perembahan Syukur, namun janji ini tidak pernah ditepati (bd. 2Kor.8:11; 9:5).


TELAAH PERIKOP
Justru karena kondis Korntuslah, maka Paulus menguraikan beberapa prinsip memberikan bantuan melalui persembahan sebagai ekspresi iman dan kasih kepada Allah serta sesama. Beberapa prinsip dimaksud adalah sebaga berikut:  

       1.       Jangan Menunda (ay.10-11)
Menurut beberapa catatan, jemaat Yerusalem mengalami bencana kemanusiaan karena muzibah banjir. Banyak orang termasuk umat Kristen di sana mengalami kesusahan akibat muzibah itu. Paulus kemudian bereaksi untuk menjadi kolektan dalam rangkan mengumpulkan klekte jemaat-jemaat diberbagai tempat. Respon positif ia peroleh dari beberapa gereja saat itu. Makedonia jemaat kecil yang kesusahan dan penuh penderitaan segera mengirimkan bantuan (ay.1,2). Mereka adalah jemaat miskin, namun justru kaya dalam memberi dan menopang Yerusalem yang kesusahan (ay.3-5).

Di sisi yang lain, Korintus tergolong jemaat kaya raya. Merekapun segera merspon dan berjanji kepada Paulus untuk memberikan bantuan. Tetapi, hingga 1 (satu) tahun dari janji itu, jemaat Korintus belum merealisaikannya (ay.10). Itulah sebabnya, Paulus mendesak mereka agar segera merealisasikan program bantuan itu kepada jemaat Yerusalem. Satu tahun penundaan adalah waktu yang tidak pendek. Yerusalem telah diabaikan Korintus selama satu tahun pasca bencana. Silakan bayangkan kondisi ini.

Mengapa itu terjadi, ada alasan apa  Korintus hingga tega melakukannya? Tidak ada penjelasan dalam teks kita! Namun jika memperhatikan ayat 11, kita menemukan sedikitnya dua alasan, yakni: Pertama, mentalitas menunda. Paulus berkata di ayat 11: “Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu!” Pemberian tanda baca “seru” sangat tepat dilakukan oleh LAI mewakili nada kecewa di hati Paulus sekaligus perintah tegas. Mereka bukan tidak memiliki dana, tetapi “sengaja” menunda dan atau tidak memiliki kepekaan bahwa hal itu sangat urgen sehingga tidak merasa bersala jika menundanya.

Sangat mungkin, warga jemaat Yerusalem,yang sedang menederita itu, menjadi semangat ketika –barangkali- berita baik tentang Korintus yang akan memberi bantuan, sudah mereka dengar dari Paulus sejak setahun lalu. Silakan bayangkan menanti janji dan sangat berharap pada pemberian itu, namun justru hingga setahun Korintus buta hati dan tanpa peduli menundanya.

Kedua, mentalitas menggenggam tangan. Paulus melanjutkan perkataannya di ayat 11: “Hendaklah pelaksanaanya sepadan dengan kerelaanmu…”. Kerelaan yang dimaksud adalah “janji untuk memberi bantuan”, namun ternyata tidak sepadan dengan pelaksanaannya, yakni tidak dilaksanakan. Dengan kata lain “tangan terlalu kuat menggenggam pemberian” karena tidak rela untuk memberi. Istilah lain untuk hal ini adalah pelit.

Sejak awal sudah disebutkan bahwa jemaat Korintus terkategori sebagai jemaat yang kaya, sehingga alasan tidak memiliki dana untuk membantu, adalah alasan yang tidak mungkin. Mereka justru memiliki kekuatan finansial yang jauh lebih baik dari Makedonia, yang oleh Paulus disebut jemaat miskin tetapi kaya dalam memberi (bd. Ay.1-4). Korintus gagal mengolah berkat Tuhan yang melimpah itu. Mereka menggenggamnya terlalu kuat sehingga berat untuk melepaskan bagi orang

2.       Berilah berdasarkan apa yang ada (ay.12)
Sudah pasti Paulus tahu kemampuan yang dimiliki Korintus. Itulah  sebabnya pada ayat 12, Paulus menghimbau mereka agar rela memberi. Kerelaan itu ternyata dapat diukur, yakni berasarkan apa yang ada padamu dan bukan berdasar apa yang tidak ada padamu. Jika pemberian Korintus tidak sebanding dengan apa yang ada pada mereka, maka Korintus akan terkategori sebagai “pemberi yang tak rela”. Istilah lain untuk kondisi itu adalah “tindakan tidak jujur terhadap berkat yang diberikan Allah”.

Dari perkataan Paulus ini, Korintus dituntut untuk memmahami bahwa dalam memberikan persembahan, Tuhan tidak pernah meminta sesuatu yang tidak ada pada mereka, sebab itu merupakan hal yang tidak mungkin. Memberi sesuatu haruslah berdasarkan apa yang ada berarti juga menunjuk pada Kejujuran hati atas apa yang Tuhan beri.

Memberi persembahan sesuai apa yang ada berati juga kesediaan kita memberi dari apa yang sudah disisikan untuk persembahan dan bukan dari yang sudah disisakan dari hasil kebutuhan. Berilah berdasarkan apa yang kita sisikan untuk TUHAN dan bukan apa yang sisa buat Tuhan. Dua hal ini tentulah amat berbeda.

3.       Diberkati untuk menjadi berkat (ay.13-15)
Menurut Paulus, kelebihan berkat yang ada di Korintus bertujuan untuk meringankan kekuarangan yang ada di Yerusalem. Dengan demikian terjadi keadilan dan keseimbangan. Hal ini menarik untuk diulas. Bahwa ternyata ketika Tuhan memberkati Korintus dengan kondisi alam, pelabuhan, dan pusat perdagangan, sehingga mereka mengalami kelimpahan, maka itu dimaksudkan supaya mereka dapat dipakai menjadi alat Tuhan “untuk menyalurkan berkatNya” bagi yang membutuhkan, dalam hal ini warga Yerusalem.

Paulus dengan kata lain mengingatkan Korintus, bahwa kelimpaham mereka adalah “berkat titipan” yang harusnya diteruskan kepada yang membutuhkan. Korintus diajarkan prinsip penting: “jika engkau telah diberkati, hendaknya pergi untuk menjadi berkat”. Tujuan utamanya sederhana yakni agar terjadi keseimbangan (ay.13) melalui penyaluran berkat dari yang berlimpah kepada yang kurang (ay.14)

RELEVANSI dan APLIKASI
Silakan membuat relevansi atau aplikasi melalui uraian eksegese di atas. Beberapa usulan pokok relevansi sbb:

1.       Bukankah menunda acapkali menjadi mentalitas banyak orang. Toh masih lama, ah nanti saja dll. Tuhan memkakai banyak orang termasuk kita, untuk digerakkan menjadi penolong bagi sesama. Lalu kemudian dengan sengaja kita tunda. Kita gagal membuat skala prioritas sehingga orang lain menderita. Jika Tuhan mau memakai kita untuk menolong orang lain, bersegeralah jangan ditunda.

2.       Pernahkah kita berpikir untuk bertanya: “mengapa saya diberkati demikian ini, Tuhan?” Saya yakin jarang orang bertanya seperti itu. Tetapi jika kemalangan menimpa, akan ada banyak orang membuat tanda tanya besar dan bertanya: “mengapa saya yang alami muzibah ini, tuhan?” Karena itu mulailah peka dan bertanya, mengapa ada kelebihan dan kelimpahan pada kita? Bisajadi itu karena Tuhan titipkan bagi orang lain melalui kita; sangat mungkin juga bahwa Tuhan ingin memakai kita sebagai alatNya, bukan? Sebab siapa yang diberkati, seyogianya menjadi berkat bagi sesama.

Jangan memberi kepada Tuhan melalui menolong orang lain berdasrkan faktor SISA. Tapi berilah bantuan ataupun persembahan berdasarkan upaya SISIH. Banyak orang berupaya untuk memenuhi dulu semua kepentingan dan keinginan, dan jika ada SISA baru kemudian untuk Tuhan atau sesama jika membutuhkan pertolongan. Mulailah dengan bijak mengolah berkat Tuhan. Sisihkan uang persepuluhan, uang persembahan, lalu uang segala kebutuhan. Jangan mengunakan FAKTOR SISA..!!