Monday, August 6, 2018

MATIUS 4:1-4 MEMERANGI HAWA NAFSU DENGAN FIRMAN TUHAN


MATIUS 4:1-4
MEMERANGI HAWA NAFSU DENGAN FIRMAN TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
12 Agustus 2018

PENGANTAR
Silakan bayangkan bagaimana rasanya berada di padang gurun selama 40 hari dengan kondisi tidak makan. Selain kondisi kelelahan yang tak terkira, rasa lapar amat sangat pasti menerpa. Selanjutnya apa jadinya jika yang ditawarkan dalam kodisi sangat lapar itu adalah sebuah makanan cepat saja yang instan?

Inilah kondisi yang dihadapi Yesus ketika sedang berada di padang gurun dengan kondisi lagi berpuasa. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah menggunakan kuasaNya untuk mengubah batu menjadi roti. Ide iblis ini terbilang jitu. Disamping ia tahu bahwa Yesus tahu sebagai anak Allah Dia punya kuasa itu (mengubah batu menjadi roti), di sisi lainpun sebagai manusia Yesus pasti mengalami kemendesakan itu (ingin makan karena lapar)  

PENJELASAN TEKS
Memang benar bahwa bacaan Alkitab hari Minggu menggunakan bacaan pagi SBU yakni hanya sampai pada ayat 4 dari Injil Matius 4 dan terkesan mengabaikan 2 pencobaan lain. Tetapi untuk memahami bacaan ini dalam tema yang sudah ditetapkan, yakni Memerangi Hawa Nafsu dengan Firman Tuhan, maka adalah baik jika tulisan ini menguraikan keseluruhan perikop (yakni bacaan pagi dan sore SBU). Karena itu mari memperhatikan keseluruhan perikop ini, dengan beberapa catatan sebagai berikut:

1.      Proses yang di sengaja? (ay.1,2)
Jika membaca secara berurut kisah ini, maka kita menemukan peristiwa pencobaan dipadang gurun terjadi segera sesudah Yesus dibaptis di sungai Yordan (3:13-17). Hal ini dikonfirmasi oleh Lukas yang menyebut bahwa setelah kembali dari sungai Yordan, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Luk.4:1).

Jika menghubungkan kisah pembaptisan dan pencobaan padang gurun ini dengan kisah Israel dalam kita keluaran, maka kehadiran Yesus dipadang gurun sejajar dengan peristiwa perjalanan padang gurun Israel. Bahkan jika memperhatikan jawaban Yesus kepada Iblis yang mengutip kita Ulangan, maka terkesan cukup kuat Yesus menyadari bahwa Ia sedang menjalani proses Israel di padang gurun. Yesus berperan sebagai Israel. Kitab Ulangan yang dikutip Yesus adalah kitab yang mengisahkan dan menafsirkan ulang tentang keadaan Israel di padang gurun.
Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:1-13 menunjukkan hubungan yang kuat antara peristiwa Yesus dibaptis dan menuju padang gurun selama 40 hari dengan peristiwa Israel yang awalnya juga dibaptis dengan awan dan dalam laut (1Kor.13:2) lalu kemudian berjalan melintasi padang gurun selama 40 tahun. Pencobaan di padang gurun yang dialami Yesus, oleh Pauluspun dianggap sejajar dengan peristiwa 40 tahun Israel berada di sana (1Kor.13:1-10). Dengan kata lain, kehadiran Yesus dipadang gurun, adalah peristiwa “disengaja” dalam rangka aktualisasi misinya yakni menjadikan diriNya sebagai prototipe Anak Allah yang gagal dilakukan oleh Israel yang juga disebut sebagai anak-anak Allah (bd.Yes.63:16; 64:8)

2.      Pencobaan Pertama (ay. 3,4)
Iblis berkata: “Jika Engkau adalah Anak Allah, perintahkanlah batu-batu ini menjadi Roti”. Pencobaan I ini bisa disebut sebagai pencobaan terhadap tubuh manusia, atau “keinginan daging” yaitu keadaan tidak puas terhadap pemeliharaan Tuhan dan kemudian mencari jalan pintas untuk memuaskan keinginan diri tersebut. Pencobaan I ini juga bisa disenbut sebagai pencobaan pada kebutuhan Jasmani.

Pada waktu itu Yesus sangat lapar, sebab sudah 40 hari ia berpuasa. Situasi yang tepat untuk iblis masuk menjalankan rencananya yang licik. Namun apakah jawaban Yesus? Yesus berkata: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (ay.4). Ada hal penting yang mau ditekankan Yesus terhadap Godaan Kedagingan  atau kebutuhan jasmani ini, yaitu apabila seseorang mengalami kondisi mendesak terhadap kebutuhan-kebutuhan jasmani yang begitu menggoda, maka seharusnya membuat kita lebih tergantung kepada Tuhan Allah dan Firmannya dan bukan justru pada berbagai upaya yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan itu. Dengan kata lain, kita perlu mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu, supaya segalanya bukan hanya diberikan namun justru juga ditambahkan (bd. Mat.6:33).

3.      Pencobaan Kedua (ay. 5,7)
Iblis berkata: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (ay.6).  Pencobaan ini biasa kita sebut sebagai Pencobaan terhadap logika untuk mendapatkan pembuktian tentang tanda kehadiran Allah. Banyak orang mencari jawab atas pertanyaan: “benarkah Allah itu ada?”; “apakah Ia berkuasa?”; “buktikanlah kuasaNya itu!” pencobaan terhadap pikiran dan logika kita terhadap hal-hal rohani tersebut, tanpa sadar membuat kita mencobai Allah dan kuasanya.

Perhatikanlah bahwa Iblis juga menggunakan Firman Tuhan untuk mencobai nalar dan logika kita itu. Dalam hal mencobai Yesus, Iblis menggunakan Mazmur 91:11-12. Namun bagian penggalan ayat ini di putar-balikkan begitu rupa untuk menjebak Yesus. Namun Yesus amat mengenal Firman dari BapaNya sendiri. Itu sebabnya Ia pun menjawab Iblis denga mengutip langsung Ulangan 6:16, dan berkata kepada Iblis: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (ay.7).

Dengan inipun Yesus ingin menekankan kepada kita bahwa janganlah menguji kebenaran Allah; keberadaan dan KuasaNya! Sebab Tuhan bekerja dengan caraNya sendiri melampaui pikiran dan logika kita.

4.      Pencobaan Ketiga (ay.8-11)  
Iblis berkata: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Iblis menunjukkan kekuatan, kekuasaan dan tahta dunia ketika pencobaan ke III ini ia lakukan. Pencobaan ini adalah Pencobaan Kepuasan jiwa  atau menyangkut keangkuhan diri. Banyak orang menghalalkan segala cara demi kekuasaan, kehormatan, kepuasaan dan pengakuan orang lain. Demi kepuasan jiwa dalam kehidupan ini, tidak sedikit orang cendrung untuk takluk pada tawaran sesat iblis dari pada kepatuhan kepada Allah.

Manusia bukan menyembah Tuhan, tetapi mulai mencari tuhan-tuhan kecil supaya ia mendapat pengakuan, dihargai dan dihormati orang lain. Demi kekuatan, kekuasaan dan kehormatan penyembahan kepada Allah diabaikan. Perhatikan apa jawaban Yesus terhadap jenis pencobaan ini. Yesus berkata: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” (ay.10).

Yesus menyampaikan hal ini untuk menyatakan suatu kebenaran yang sering dimuslihati atau dikaburkan iBlis. Yakni Iblis berkampanye bahwa dunia ini miliknya sehingga dialah yang harus disembah. Itu keliru! Tuhanlah pemilik dunia ini sebab Dialah yang menciptakannya. Karena itu kekuatan dan kehormatan itu ,milik Tuhan. Tuhanlah yang layak disembah dan dimuliakan.

APLIKASI DAN RELEVANSI
1.      Perhatikanlah  bahwa Yesus dicobai Iblis sebanyak 3 kali menurut 3 dimensi kebutuhan manusia, yakni pertama, Kepuasaan Jasmani lewat terpenuhinya seluruh kebutuhan sandang, pangan dan papan; kedua, Kepuasan pikiran lewat upaya pembuktian secara logis dan masuk akal untuk mencari jawaban terhadap segala sesuatu termasuk hal-hal rohani tentang kuasa dan keberadaan Allah; ketiga, kepuasan jiwa yakni kebutuhan untuk diakui, dihormati orang lain melalui segala kekuasaan dan kehormatan dengan berbagai cara termasuk menyangkali Tuhan dalam penyembahan.

Berhati-hatilah, bahwa 3 aspek kebutuhan itu dapat dimanfaatkan iblis sebagai peluang untuk menjatuhkan kita. Keinginan kuat untuk memenuhi semua itu hanya satu yakni kepuasan. Kepuasan diri dan kesenangan diri adalah godaan hawa nafsu. Istilah hawa nafsu ini dari kata ἡδονή (hedone) yang berarti kenikmatan atau kesenangan; keinginan kuat mendapatkan kesenangan. Istilah ini setara dengan istilah PL, yakni istilah אָוָה  ('avah) yang berarti hasrat untuk memiliki (lih. Ul.5:21). Jeratan kepuasan hawa nafsu ini begitu menggoda. Iblis memiliki banyak cara untuk membuat kita menjauh dari TUHAN, salah satunya dengan membuat kita memberontak kepadaNya dan atau menolak perintah dan ketetapannya demi terpuaskan hawa nafsu kita. Sebab saat kita jauh dari TUHAN maka dengan mudah ia merebut kita dari kasih Karunia Allah. Karena itu berhati-hatilah.

2.      Karena iblis itu luar biasa licik dan picik menjebak dan menghancurkan hidup kita, maka bagaimana cara mengalahkannya? Perhatikan apa yang dilakukan Yesus. Setiap kali Iblis menyampaikan godaan itu, Yesus selalu berkata: “ada tertulis”. Apa maksudnya? Yesus menggunakan FIRMAN TUHAN sebagai senjata untuk mengalahkan kuasa iblis. Karena itu kita juga harus menggunakan FIRMAN TUHAN ketika berperang melawan kuasa godaan iblis. Artinya, saudara dan saya perlu banyak belajar tentang Firman Tuhan supaya kita dapat mengalahkan kuasa Iblis.

3.      Mengapa? Sebab Iblispun dapat menggunakan Firman Tuhan untuk menjebak kita. Perhatikan 3 jenis pencobaan di atas. Semuanya memiliki dasar Firman Tuhan yang digunakan Iblis untuk membenarkan ucapannya. Padahal jelas semua ayat demi ayat dipakainya secara licik untuk menjebak. Jadi jika kita tidak mengenal dekat Firman Tuhan, kita justru pula dapat dipatahkan oleh kuasa Iblis melalui upaya memutar balikkan kebenaran Firman Tuhan. Itulah sebabnya sangat penting bagi orang percaya untuk mengenal, mempelajari dan melakukan Firman Tuhan. Sebab segala bentuk pencobaan termasuk hawa nafsu hanya dapat dikalahkan dengan Firman Tuhan.
Karena itu marilah kita menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan. Amin.

AMSAL 23:17-18 JANGAN IRI HATI PADA ORANG BERDOSA


AMSAL 23:17-18
JANGAN IRI HATI PADA ORANG BERDOSA
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 08 Agustus 2018


PENGANTAR
Pada hari Minggu kemarin, bacaan Alkitab menggiring kita pada dosa Kain sehingga ia dan persembahannya di tolak oleh Allah. Ketika ditolak, Kain gagal bercermin untuk mengoreksi diri dan kemudian mengubah kehidupannya yang jahat. Ia justru menjadikan Habel, adiknya, sebab “kambing hitam” atau penyebab kondisi itu. Kain iri hati kepada Habel sehingga ia kemudian membunuh Habel. Catatan Alkitab menjelaskan bahwa Habel adalah seorang yang beriman kepada Allah (Ibrani 11:4) dan hidup dalam kebenaran.

Bacaan hari ini berkisah hal yang lain. Yakni rasa iri hati terhadap mereka yang berbuat salah. Hari Minggu kisah tentang iri hati kepada orang benar, maka pada hari ini, Amsal menyoroti tentang iri hari kepada orang berdosa.

TELAAH PERIKOP
Perlu untuk memahami teks ini ketika Amsal berkata: “Janganlah hatimu iri kepada orang-orang berdoa”. Pertanyaan terkait dengan hal itu adalah siapakah orang-orang berdosa yang dimaksud oleh Amsal sehingga membuat iri hati orang-orang percaya? Jawabannya kita temukan pada ayat-ayat sebelumnya dalam Amsal 23 ini, yakni:

1.      Seorang pembesar dengan hidangan menipu (ay.1-3)
Dari teks ayat 1-3 kita menemukan bahwa ada orang yang menjadi pejabat dan pembesar dalam masyarakat tetapi sesungguhnya hidupnya tidak benar di hadapan Tuhan. Kebaikan hati mereka sebenarnya akal bulus untuk mendapatkan perhatian dan penghormatan. Sehingga Amsal menyebut mereka menyajikan hidangan yang menipu. Tapi nyatanya, hidup mereka tetap enak dan nyaman saja. Padahal mereka tidak benar prilakunya.

2.      Si kikir yang tidak tulus hati (ay.6,7)
Terlihat orang ini baik dan suka menolong. Tetapi ternyata ada banyak hitungan dan strategi yang ia buat ketika merancangkan “niat baik” itu, yakni supaya mendapatkan keuntungan dari perbuatannya itu. Itulah sebabnya Amsal menyebut orang seperti itu sebagai yang tidak tulus hati. Tapi nyatanya mereka juga tetap hidup enak dan nyaman.
Bukankah kenyataan demikianlah yang terjadi selama ini? Demikian juga yang disaksikan penulis Amsal. Bahwa orang benar semakin tersudut dan terhina, sedangkan orang berdosa hidupnya semakin nyaman dan sentosa. Jika demikian apakah sikap yang harus dilakukan?

Dengan tegas Amsal menyatakan bahwa kunci utama dari segala kondisi itu adalah Takut akan Tuhan. Apapun yang terjadi, bagaimanapun kondisi kehidupan jangan pernah menyimpang dari Allah. Orang berdosa bisa saja menjadi kaya dengan cara curang, menjadi penguasa dengan cara jahat. Tapi bagi orang percaya, takut akan Tuhan adalah standar nilai yang dituntut Allah. Silakan menjadi kaya, tapi dengan cara benar; silakan menjadi pejabat dan penguasa tetapi dengan jalan yang lurus. Sekali lagi standar utama adalah takut akan Tuhan.

Mengapa demikian? Ay 17 menjelaskan alasannya. Bahwa dengan takut akan Tuhan maka jaminan masa depan tetap diberikan. Untuk menanti penggenapan jaminan itu tentulah tidak mudah. Apalagi melihat banyak orang jahat yang mengalami kesuksesan. Itulah sebabnya Amsal menyebut bahwa pengharapan tidak akan hilang pada janji itu asal orang percaya tetap meyakini bahwa ada masa depan di dalam Tuhan.

Takut akan Tuhan berarti tidak tergoda melakukan kejahatan atau jalan pintas demi memperoleh kesuksesan. Biasanya ini dipicu karena lingkungan sekitar. Bagaimana mungkin berdiam ketika nyatanya melihat banyak orang curang dan jahat tetap berdiri tegak dan kokoh menjalani hidup, seakan mereka tidak pernah kalah. Sementara, orang-orang yang benar justru menjadi terhukum atau makin hancur hidupnya karena setia pada kebenaran. Konflik batin ini kemudian melahirkan iri hati untuk bertanya, di mana Tuhan. Amsal mengingatkan agar tidak usah iri hati. Ada waktunya akan dinyatakan. Tugas orang percaya adalah tetap takut akan Tuhan. Sebab jaminan masa depan tidak tergantung pada apa yang dilihat di depan mata (suksesnya orang2 bebal) tetapi tergantung pada Tuhan. Masa depan dijamin oleh Tuhan sebagai pemilik masa depan.


RELEVANSI DAN APLIKASI
Pembuka khotbah dapat dimulai dengan kondisi real yang dialami saat ini. Ambil contoh misalnya berita heboh beberapa waktu lalu tentang kasus Ahok yang ramai dibicarakan di media masa dan media sosial.
Bagi banyak orang, Ahok adalah simbol perjuangan kebenaran dan keadilan. Ia dianggap korban dari suatu sistem di mana orang-orang yang terlihat “salah” justru menang dan berhasil mencapai tujuan. Orang benar justru berakhir dalam penjara. Bahkan jika lebih jauh, rumah tangganyapun hancur. Tragis bukan?

Tuhan bergerak dengan cara yang tidak terselami. Mencari jawab tentang mengapa orang bebal dan orang berdosa terlihat sukses dan tetap berhasil dibanding orang benar, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kepanstian yang dapat dipegang adalah Tuhan menjamin masa depan mereka yang percaya. Tidak perlu iri hati, biarkan Tuhan menuntaskan kehendakNya. Sampai kapan? Sulit untuk menjawab ini. Sebab semua mesteri. jaminanNya adalah indah pada waktuNya.

(silakan aplikasikan sesuai dengan kehidupan saat ini)