Tuesday, July 31, 2018

KEJADIAN 4:1-9 IRI HATI (Bercerminlah)


Bahan Bacaan Alkitab Hari Minggu
5 Agustus 2018

PENGANTAR
Peristiwa dalam perikop ini terjadi setelah beberapa waktu lamanya Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden. Dosa dan pelanggaran mereka membuat mereka di usir dari kenyamanan dan kemudahan fasilitas di Taman Eden itu

TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting yang menjadi penekanan dalam bacaan kita pada hari ini, yakni:
1.      Keturunan Adam pasca pengusiran (ay.1-4)
Anak laki-laki pertama dari kedua manusia pertama itu diberi nama Kain. Nama Kain berasal dari bahasa Ibrani קַיִן Qayin (baca: kha-yin) yang berarti milik. Itulah sebabnya pada ayat 1 Adam berkata: “aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki, dengan pertolongan TUHAN”. Istilah “mendapatkan” bermakna bahwa anak itu adalah miliknya. Selanjutnya, Adam-pun memperoleh anak kedua dan diberi nama Habel. Nama Habel berasal dari bahasa Ibrani הֶבֶל Hebel (baca: heh'-bel) yang berarti “hembusan nafas”.

Keduanya memiliki profesi yang berbeda. Kain menjadi seorang petani sedangkan Habel menjadi seorang penggembala ternak. Pada suatu kesempatan keduanya mempersembahkan korban persembahan dari hasil kerja masing-masing. Kain mempersembahankan dari hasil tanahnya dan Habel dari hasil ternaknya (ay.4). Menariknya, pada ayat 4 ini langsung dikisahkan bahwa persembahan Habel diindahkan (diterima) oleh Tuhan Allah. Tidak disebutkan alasannya.

 

 2.      Apakah alasan persembahan Kain ditolak TUHAN (ay.5-7)
Pada permulaan ayat 5 disebutkan secara terang-terangan bahwa Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan TUHAN. Pertanyaannya mengapa demikian? Banyak orang berspekulasi karena jenis persembahan Kain dari tanaman sedangkan jenis persembahan Habel dari hewan. Allah lebih memilih persembahan Habel karena persoalan jenis persembahan. Benarkah demikian? Benarkah jenis dan jumlah persembahan menjadi masalah bagi Kain sehingga ia ditolak? Kita perlu menyelidiki lebih lanjut.

Perhatikan redaksi kalimat pada ayat 5: “tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNya...”. Teks ini dengan tegas menyebut bahwa TUHAN bukan menolak persembahan Kain, tetapi ia menolak Kain dan korban persembahannya. Kain adalah subjek yakni si pemberi korban persembahan dan korban persembahan adalah objek dari pemberiannya. Jadi, dalam teks ini, TUHAN menolak si pemberi dan otomatis menolak apa yang diberikan si pemberi.

Dengan kata lain permasalahan utama bukan soal jenis korban persembahan melainkan adalah siapa yang memberikan. Perhatikan bunyi penggalan Yeasaya 1:11-16:
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban..., Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku... Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku,... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,”
Dari kitab Yesaya ini menjadi jelas bagi kita bahwa persembahan ditolak karena si pemberi berbuat jahat. Maka sangat mungkin Tuhan menolak Kain karena di hadapan TUHAN, Kain hidup tidak benar. Tuhan menolak persembahan Kain, karena ia dipandang tidak layak oleh Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibrani 11:4 dan 1Yoh.3:12 bahwa ternyata persembahan Habel diterima karena ia beriman (Kain tidak) dan segala perbuatan Kain dianggap jahat.

TUHAN tidak bisa ditipu. Ia mengenal Kain. Di mataNya, Kain penuh dengan dosa. Hal ini dipertegas pada ayat 7 ketika TUHAN menjumpai Kain. Itulah sebabnya Allah menolak Kain dan korban persembahannya.

3.      Kain gagal bercermin melihat dirinya (ay.8,9)
Bagian ini sangat menarik. Apa yang diperbuat kain setelah ia dan persembahannya di tolak oleh Allah? Ayat 5 menyebut hatinya menjadi panas yang menandakan ia marah dan mungkin saja iri hati. Barangkali ia bertanya dalam hati, “mengapa Habel dan persembahannya diterima TUHAN Allah. Mengapa saya tidak? Mengapa aku disepelekan?”. Jika benar Kain melakukan pertanyaan untuk introspeksi diri, seharusnya ia menemukan jawabannya. Bahwa ia jahat di mata Tuhan. Sebab bukankah Tuhan sendiri sudah menjawab pertanyaan alasan penolakan itu? Ayat 7 menyebut: “apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?... Itu berarti Kain gagal berefleksi atau berjermin dan menyadari bahwa perbuatannya jahat di mata Tuhan sehingga ia ditolak Allahnya.

Kegagalan Kain bercermin diri ini membuat ia terbakar pada amarah dan iri hati. Jika ia bercermin dan introspeksi diri, dan menemukan kesalahannya, sudah pasti tidak akan ada iri hati pada adiknya. Kondisi ini justru terbalik. Kain menganggap bahwa Habel-lah yang menjadi “masalah” dari penolakan itu sehingga ia harus membunuhnya. Bahkan ia berpikir bahwa perbuatan jahat itu tidak diketahui Allah (ay.9).

Betapa kuat dan dasyatnya pengaruh dosa yang menggiring pada rasa benar diri dan menjadikan orang lain sebagai sumber persoalan karena dibungkus oleh iri hati. Kain jatuh pada kondisi ini.


RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian di atas tentunya ada banyak hal yang dapat direlevansikan atau diaplikasikan Firman Tuhan ini dalam kehidupan sehari-hari. Pokok utama adalah soal iri hati, tetapi juga kegagalan untuk introspkesi diri. Disamping itu kekuatan dosa yang mengintip di depan pintu karena meranjang perbuatan jahat akibat iri hati tidak dapat diabaikan.

Silakan merumuskan relevansi dan aplikasi dari Firman Tuhan ini sesuai dengan kondisi jemaat di mana saudara melayani dan atau berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.