Friday, July 27, 2018

YEREMIA 17:5-8 MENGANDALKAN TUHAN


YEREMIA 17:5-8
MENGANDALKAN TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
29 Juli 2018


PENGANTAR (Latar Belakang Teks)
Yeremia yang bertugas di Israel Selatan atau Yehuda menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan iman dan prilaku keseharian umat Allah yang jauh dari kehendakNya. Hukuman dinubuatkan bagi mereka tentang kehancuran bangsa ini akibat dosa. Yeremia menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel.

Walaupun nubuat sudah diberikan, besar harapan Yeremia kiranya Yehuda bertobat. Kenyataannya justru mereka berpaling dari Allah dan berharap kepada Mesir untuk menjamin mereka dari rongrongan bangsa lain. Mereka lebih mengandalkan manusia dari pada mengandalkan Tuhan.

Telaah Perikop
Ada beberapa pokok penting yang perlu untuk digali dalam bacaan kita saat ini, yakni:

1.      Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia (ay.5)
Bagian pertama ini begitu tegas dan jelas. Bahwa tiap orang yang mengandalkan manusia akan dikutuki Allah. Apa yang dimaksud mengandalkan manusia? Bagian ini menjadi jelas apabila kita membaca lebih lanjut ayat 5 bacaan kita. Bahwa mengandalkan manusia itu adalah ketika seseorang menjadikan diri sendiri sebagai pusat pertimbangan, jalan keluar dan orientasi hidup. Dengan kata lain mengandalkan diri sendiri. Orang seperti itu berarti menjauh dari Tuhan. Merekalah yang terkategori sebagai yang mengandalkan manusia.

Istilah kutuk dari bahasa Ibrani אָרַר (aw-rar') yang berarti kutuk, dijijikkan atau dijauhi oleh Allah. Silakan bayangkan kondisi ini. Apakah yang terjadi jika Allah sendiri merasa jijik melihat kita? Allah menjauh dan tidak lagi peduli pada kita akibat kita sendiri yang merasa tidak membutuhkannya. Sikap tidak membutuhkan Allah nyata melalui mengandalkan manusia dan bukan Allah. Akibatnya dikutuk olehnya.

2.      Konsekuensi dari mengandalkan manusia (ay.6)
Akibat dari mengandalkan manusia adalah kesengsaraan hidup bagaikan semak bulus yang tidak memperoleh keadaan baik. Bahkan Yeremia menyamakan kondisi orang yang dikutuk itu bagaikan tinggal dipadang gurun, hidup dipadang asin yang tidak berpenduduk. Kesan yang cukup kuat dari kondisi ini adalah kehancuran hidup. Silakan bayangkan hidup di tanah gurun dan asin seorang diri tanpa mendapat bantuan. Demikianlah kondisi hidup orang yang tidak mengandalkan Tuhan.

3.      Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (ay.7)
Berbeda dengan kondisi mereka yang dikutuk Tuhan, pada ayat ini Yeremia memberikan perlawanan kondisi dengan ayat sebelumnya. Mereka yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Apakah yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan? Mereka yang mengandalkan Tuhan adala mereka yang sangat tergantung dan berharap padaNya. Apapun yng direncanakan ataupun dilakukan, TUHAN Allah tetap dilibatkan.

Istilah diberkati berasal dari bahasa Ibrani בָּרַךְ (barak) yang berarti diberkati, berlutut di hadapan Allah dan atau menjalin kedekatan yang sangat kuat. Istilah ini sama dengan yang dipakai untuk “TUHAN kemudian memberkati Abrahan” yang juga bermakna menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Allah sehingga ia disebut sahabat Allah. Orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Ini berarti Tuhan mendekatkan jarak denganNya atau menjalin hubungan yang dalam dengan seorang yang diberkati. Silakan bayangkan apa yang terjadi jika Tuhan datang membangun hubungan yang akrab dan dekat!!

4.      Yang diperoleh karena mengandalkan Tuhan (ay.8)
Ketika Tuhan memberkati, akibat kesediaan kita mengandalkanNya maka bagaikan pohon ditepi air, yang berarti mudah menjalani kehidupan dan tidak mengalami kekurangan. Bahkan yang luar biasa dari mengandalkan Tuhan adalah tidak mengalami kekuatiran terhadap masalah yang akan datang sebab segala sesuatu berhasil (menghasilkan buah).

Hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi mereka yang dikutuk oleh Tuhan karena mengandalkan diri sendiri. Hanya mereka yang mengandalkan Tuhan-lah yang diberkati dan Tuhan bersedia menjalin hubungan yang dalam dengan pribadi itu.

Relevansi dan Aplikasi
1.   Mengapa Allah mengajarkan kita untuk tidak mengandalkan manusia? sedikitnya ada 2 alasan mengapa orang percaya tidak boleh mengandalkan manusia. Pertama, karena manusia dapat mengecewakan. Manusia seringkali ingkar kepada kata-kata dan janjinya sendiri. Ada begitu banyak orang yang dengan mudah mengucapkan janji-janji manis, namun semudah mengucapkan janji, semudah itu pula janji itu terlupakan. Mungkin kita juga adalah salah satu dari orang yang sering mengingkari janji kita kepada sesama? Kedua, karena manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Ada pula kenyataan orang yang berjanji kepada kita ingin sekali menepati janjinya, tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk menepati janji itu.
2.   Jadi, kalau kita sudah memahami bahwa manusia dapat mengecewakan dan manusia memiliki kemampuan yang terbatas, mengapa kita masih mengandalkan manusia dan bukan mengandalakan TUHAN?  Padahal dengan jelas hanyalah TUHAN satu-satunya pribadi yang patut diandalkan, karena TUHAN memiliki kriteria untuk dapat diandalkan yaitu: Pertama : TUHAN selalu menepati janji-NYA. DIA tidak pernah mengingkari janji-NYA. Kedua : Tuhan adalah pribadi yang MAHA KUASA. Tidak ada yang dapat membatasi kuasa-NYA untuk menolong kita. TUHAN dapat memberikan pertolongan meski seberat apa pun masalah kita, kapan pun dan dimana pun kita perlu pertolongan-NYA. TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan.
3.  Bukan saja Tuhan adalah pribadi yang dapat diandalkan, namun ada janji penting jika kita mengandalkan TUHAN yakni akan diberkati olehNya. Hidup yang diberkati berarti hidup penuh kelimpahan. Kelimpahan dimaksud bukan hanya dibatasi oleh materi tetapi banyak hal, misal sukacita dan damai sejahtera, janji penyertaan di saat bergumul dan juga temukan jalan keluar bersamanya.
Karena itu marilah kita menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan. Amin.