Monday, July 16, 2018

MAZMUR 42:7-12 ALLAH SUMBER PENGHARAPAN


MAZMUR 42:7-12
ALLAH SUMBER PENGHARAPAN
Bacaan Khotbah Ibadah PKP
Kamis, 19 Juli 2018

Pendahuluan
Mazmur 42 merupakan bagian dari Jilid II kitab Mazmur (pasl 42-72) yang ditulis oleh Korah untuk pengajaran bagi bani Korah. Khusus pasal ini berkisah tentang kerinduannya pemazmur kepada Allah dan bagaimana ia mengharapkan kedekatan hubungan dengan Allah.

Sebagai contoh dapat dilihat keinginan kuatnya merindukan Allah bagai seeokor rusa merindukan air. Ada dua makna pada ayat 2 dan 3  itu, yakni: pertama, kerinduaannya bagaikan rasa haus sekor rusa yang rindu dipuaskan oleh air di sungai yang mengalir. Kedua, rindu kepada Allah bagaikan kerinduan untuk selamat dari mangsa, seperti rindunya Rusa merendam diri di air agar mau khasnya tak tercium oleh Pemangsa.

Telaah Perikop
Terdapat beberapa pokok penting yang perlu ditekankan dalam bacaan kita saat ini, yaitu:

1.      Mencari Allah dalam kesesakan (ay.7)
Apa yang dilakukan seseorang ketika mengalami jalan buntu atau halangan dalam kehidupan. Sudah pasti akan menggeliat mencari jalan keluar. Ada banyak cara akan ditempuh oleh tiap orang demi memperoleh jalan keluar. Mulai dari cara wajar hingga kurang ajar; mulai dari yang manusiawi hingga korbankan sesama manusia.

Pemazmur memberikan contoh yang menarik. Ia saat itu sedang mengalami tekanan yang luar biasa kuat dalam dirinya (ay.7). Siapakah yang ia cari? Pemazmur menyebut bahwa di saat tekanan datang ia justru teringat kepada Tuhan. Fokus pemazmur bukan pada masalah itu, tetapi sebaliknya kepada Tuhanlah ia menengadah.


2.      Cara menemukan Allah dalam kesesakan (ay.8)
Bagaimana menemukan Tuhan? Ini pertanyaan yang menarik bukan? Perhatikan bacaan kita hari ini! Ingatan pemazmur melayang ke sungai Yordan dan pegunungan Hermon (ay.7); samudra raya, gulungan ombak dan gelombang (ay.8). Ternyata Tuhan dapat dilihat kehadiranNya melalui karya ciptaanNya.

Pemazmur mengingatkan kita bahwa di mana tempat disegala situasi bahwakan di alam sekitar Tuhan dapat ditemui. Sangat penuh tekanan hidup, Tuhan dapat hadir menenagkan melalui suara burung yang berkicau, atau aliran sungai yang jatuh menjadi air terjun. Melihat ciptaan Allah dan mengaguminya adalah juga salah satu cara merasakan kehadiran Tuhan.

3.      Jangan melupakan Tuhan (ay.9)
Selanjutnya, apa yang dilakukan oleh pemazmur ketika ia telah menikmati kehadiran Tuhan? Perhatikan ayat 9 bacaan kita! Di siang hari pemazmur menikmati kehadiranNya melaluli segaala ciptaan Tuhan dan bahkan dapat merasakan kasih setia-Nya itu di siang hari. Apa yang pemazmur lakukan ketika memasuki malam untuk menutup hari? Pemazmur bersyukur lewat doa dan memuji memuliakan Allah yang luar biasa itu melalui nyanyian dan pujian.

Pemazmur mengajarkan kita bahwa jangan pernah melupakan kemurah dan kasih setia Tuhan. Bersyukur selalu atas segala penyertaaNya adalah suatu hal penting untuk dilakukan sebagai umat yang menikmati kasih karuniaNya itu.

4.      Berharap pada Allah (ay.10-12)
Pemazmur menutup bagian ini dengan mengisahkan ketegangan hidup dan persoalan yang menekan jiwanya. Bahkan dalam kekalutan ia berseru kuatir akan seakan Allah tidak mendengar sehingga menjadi bahan ejekan musuh (ay.10,11), tetapi kemudian ia tiba-tiba menjadi tenang dan berbisik pada dirinya sendiri: “berharaplah kepada Allah” (ay.12).

Menarik untuk disimak bahwa pemazmur rupanya terlalu fokus pada ejekan musuh, terlalu kuatir seakan ditinggal Tuhan, dan batinnya hanya terpusat pada masalah, sehingga lupa bahwa penolongnya adalah Allah. Ia baru kemudian menyadari akan hal itu dan berkata pada diri sendiri: “mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Berharaplah kepada Allah!”

Pemazmur seakan menyatakan kepada kita bahwa adalah manusiawi untuk takut dan kuatir, dan atau tertekan dengan masalah. Tetapi seharusnya tidak melupakan janji pertolongan yang Tuhan beri. Sehingga fokus hidup bukan lagi pada badai yang menyerang melainkan pada Sang Juru Mudi kehidupan yaitu Allah.


Relevansi dan Aplikasi
1.      Berhentilah mencari kekuatan yang lain untuk menolong kita. Jarilah Tuhan dan ingatlah akan kebaikanNya. Itulah yang dilakukan oleh Pemazmur.

Kita juga diingatkan pada bacaan ini bahwa mengingat perbuatan Allah yang baik dan luar biasa dalam hidup kita di masa lalu akan sangat menolong kita untuk meyakini penyertaan Tuhan ditengah persoalan yang sedang dihadapi. Jika Tuhan ada dan menolong pada waktu lalu, maka kuasanNya juga tetap ada di tiap waktu termasuk di saat kita tertekan dalam hidup.

2.      Seperti pemazmur, bukankan banyak orang juga berusaha dalam kepanikan mencari Tuhan yang seakan bersembunyi? Lalu betapa terkejutnya dia karena justru menemukan Tuhan di deru air terjun dan gulungan gelombang? Demikian juga dengan kita, kadang ketika kita memetakan sendiri kehadiran Tuhan dalam bentuk yang spektakuler, ternyata dia hadir dalam bentuk yang adem dan biasa.

Sebagai contoh, berapa sering kita berharap agar disembuhkan Tuhan dari sakit, namun tidak mau kedokter dan terus berdoa agar disembuhkan. Padahal ternyata Tuhan sedang memakai seorang dokter untuk dengan keahlian yang Ia berikan pada para medis ini deteksi penyakit ditemukan dan sekaligus penentuan obat penawar sakit telah disiapkan. Tuhan bisa hadir di mana-mana. Persoalannya apakah kita dapat mengaminkan kehadiranNya itu?

3.      Jika terlalu fokus melihat gelombang dan badai, kita akan lupa pada Yesus yang ajaib sebagaimana para murid lupa bahwa ada Yesus yang tertidur di dalam kapal ketika badai menyerang.

Pemazmur mengakui hal itu pada ayat 12. Ternyata ia terlalu gundah dan tertekan karena masalah dan melupakan kuasa Allah yang adalah penolong ajaib. Bukankah kitapun demikian? Bukankah masalah yang terlalu besar yang datang membuat kita semakin merasa kecil dan tak ingat lagi pada yang maha besar? Karena itu mari yakinlah: ”Bahwa masalah yang datang memang sangat besar, tetapi Yesus Tuhan kita Maha Besar melebihi persoalan hidup kita”.

Kiranya kita dimampukan melakukan Firman Tuhan Ini. Amin.

MATIUS 19:23-26 SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA


MATIUS 19:23-26
SULIT BUKAN BERARTI TIDAK BISA
Bahan Khotbah Ibadah PKP
Kamis, 26 Juli 2018

Pendahuluan
Kisah ini merupakan lanjutan dari ayat 16-22 tentang seorang muda yang kaya, yang datang kepada Yesus mengenai bagaimana sesungguhnya dapat beroleh hidup yang kekal. Yesus menjawab dia dengan memintanya melakukan semua perintah Allah (ay.17-19) dan ternyata semua itu sudah ia lakukan (ay.20). Itulah sebabnya Yesus menyarankannya untuk menjual seluruh kekayaannya, memberikan kepada orang miskin dan kemudian mengikuti Yesus (ay.21). Tetapi rupanya ia tidak bersedia melakukannya (ay.22), dengan alasan hartanya begitu banyak.

Telaah Perikop
Terdapat beberapa pokok penting dari ayat 23-26 bacaan kita saat ini untuk menjadi perhatian kita bersama, yakni:

1.      Kekayaan menghalagi kehidupan Kekal (ay.23)
Menurut Yesus, sukar sekali bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan Sorga (ay.23). Teks ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa semua orang kaya pasti tidak akan masuk kerajaan Sorga. Sehingga banyak orang menyangka bahwa menjadi kaya adalah dosa di hadapan Tuhan. Pemahaman seperti ini tidaklah benar.

Jika memperhatikan ayat-ayat sebelumnya, kita akan dengan mudah memahami pernyataan Tuhan Yesus ini. Ketika Yesus meminta orang muda yang kaya ini untuk menjual hartanya, maka ia pergi dengan sedih, karena banyak hartanya (ay.22). Apa artinya? Rupanya si kaya ini terlalu terikat pada kekayaannya dan menjadikan kekayaan sebagai sumber dari segala kehidupannya bahkan lebih memilih untuk tinggalkan Yesus dan tidak mengikutiNya demi menjaga agar kekayaannya tetap ada dan tak berkurang.

Dari pemahaman ini kiranya menjadi jelas bahwa kekayaan, jika menjadi fokus hidup, akan menggiring orang pada kebutaan rohani sehingga ia tidak melihat keselamatan yang dianugerahkan. Sebab menurut Mat.6:21 “di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada”. Hal ini berarti jika orang lebih mencintai harta di dalam hatinya, maka tidak mungkin ia mengasihi Tuhan dan berkorban untukNya. Jika itu terjadi maka, kekayaannya telah menjadi penghalang baginya untuk beroleh hidup kekal. 

2.      Sukar bukan berarti tidak bisa (ay.24)
Yesus berkata: “lebih mudah seeokor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah” (ay.24). Kita barangkali bertanya: “bagaimana mungkin ada seeolor unta masuk lubang jarum? Bukankah benangpun sukar?” Lubang jarum yang dimaksud bukanlah jarum jahit yang ada lubangnya. Jika demikian, jangankan unta, semutpun akan sukar melaluinya.

Di pintu gerbang Israel terdapat dua pintu. Pertama, pintu gerbang besar, yang biasanya dipakai oleh orang-orang yang lewat jika menggunakan binatang yang ditumpangi atau membawa barang yang bertumpuk tinggi dan atau jika dengan rombongan besar. Kedua, pintu gerbang kecil. pintu ini terletak di tengah pintuh gerbang besar, yang biasa disebut dengan anak pintu. Ukurannya hanya setinggi manusia dewasa yang paling banyak bisa dilewati dua orang sekaligus ketika berjejer. Jadi jauh lebih kecil dibanding gerbang yang bebar itu. Gerbang kecil ini biasa disebut dengan lubang jarum atau jalur untuk manusia lewat dan bukan unta yang penuh barang.

Apakah unta bisa lewat. Jawabnya bisa. Tetapi perlu dipaksa, dibantu dorong dan tanpa membawa beban atau barang. Jika Yesus menyebut orang kaya sukar masuk ke dalam kerajaan sorga, tidak berarti tidak bisa, melainkan masih dapat diupayakan. Sebagaimana unta akan ditanggalkan barang bawaan, lalu di dorong atau ditarik oleh orang lain, maka demikian juga orang kaya itu. Ia harus bersedia merelakan barang bawaannya (kekayaannya) untuk ditanggalkan, lalu kemudian dibantu oleh orang lain untuk di dorong atau di tarik sehingga lolos melewati lobang jarum tersebut.

Hal ini memberi makna, bahwa walaupun sukar, seorang kaya yang amat tergantung pada kekayaannya masih tetap memiliki peluang untuk menemui kekekalan hidup jika ia ia sadar bahwa harta bukan segala-galanya dan kemudian rela untuk melepaskannya. 

3.      Segala sesuatu mungkin bagi Allah (ay.26)
Mungkin ada kita yang bertanya: Apakah ada orang kaya yang mau melepaskan hartanya? Mustahil bukan? Bagi kita mustahil, tapi tidak bagi Allah. Tuhan punya banyak cara untuk menggiring orang yang terpaut pada hal-hal duniawi untuk tertarik dan kemudian fokus pada hal-hal yang rohani.

Tuhan juga bisa memakai kita untuk menjadi alat bagi mereka yang mencintai perkara duniawi agar kemudian lebih bergantung kepada Kristus yang empunya segala sesuatu termasuk harta dan kekayaan di dunia ini.


Relevansi dan Aplikasi
1.      Menjadi kaya bukan dosa. Bekerja untuk memperoleh keayaan bukanlah suatu kesalahan. Tetapi jika kita menjadikan kekayaan sebagai segala-galanya dalam kehidupan ini sehingga Tuhan diabaikan, maka itulah dosa dan kesalahan.

Bukankah banyak kisah yang kita baca dan dengar mengenai hancurnya kehidupan perkawinan dan rusaknya pergaulan anak-anak justru disebabkan dari upaya mengengejar kekayaan? Sebut saja misalnya: sibuknya orang tua bekerja, anak-anak tidak mendapat perhatian dan akhirnya lari mencari perhatian ke orang lain yang menjerumuskan masa depan mereka; suami yang terlalu sibuk bekerja atau istri yang sibuk berkarir, tetapi lupa memperhatikan pasangan masing-masing, akhirnya membawa malapetaka ketika pasangannya memperoleh perhatian dari orang lain.
Bukankah juga sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang Kristen yang tidak dapat aktif beribadah, di hari Minggu sekalipun oleh karena “tidak punya waktu” lagi akibat keseibukan ditempat kerja? Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus. Kekayaan seharusnya dipakai untuk menciptakan suasana harmonis, rukun dan damai dan menjadi kesaksian bagi kemuliaan Tuhan dan bukan sebaliknya.

2.      Selalu ada kesempatan bagi setiap orang untuk merubah diri mereka dari ketergantungan kepada harta benda dan kekayaan mereka. Memang sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa. Mulailah untuk mengubah fokus hidup bukan pada kehidupan duniawi; jadikan kekayaan sebagai sarana dan bukan tujuan utama. Sebab tujuan utama kita adalah demi kemuliaan Allah; harta benda hanya alat dan atau saranya.

Bukankah Tuhan Yesus telah mengingatkan: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat.6:33). Perhatikanlah bahwa Yesus tidak berjanji untuk memberikan sesuatu jika kita mencari kerajaan Allah, melainkan ia berjanji menambahkan apa yang sudah ada bagi kita. Artinya, jika kita lebih condong hati ke Kerajaan Allah maka segala hal yang kita miliki semakin bertambah. Bukankah ini berarti bahwa Harta bukan segala-galanya?

Kiranya kita dimampukan untuk menjadikan Allah yakni Bapa kita di dalam Yesus Kristus sebagai pusat dari segala sesuatu dan bukan harta kekayaan kita. Amin.