Friday, July 13, 2018

MAZMUR 40:12-18

"Merasa Tidak Mampu"
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga GPIB Pniel Palembang
Rabu, 18 Juli 2018 


Pengantar
Keterangan tentang mazmur ini hanya ditulis “untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud.” Artinya, kemungkinan besar mazmur ini ditulis berdasarkan pengalaman hidup Daud.  Selanjutnya, pada bagian bawah, Alkitab LAI merujuk pada Mzm 70:2-6.  Pada Mzm 70 ini ditulis keterangan yang lebih jelas yaitu “untuk pemimpin biduan, Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan.”

Berdasarkan keterangan itu, baik-lah kita mencari tahu, apa yang dimaksud dengan ‘korban peringatan’. Korban peringat-an disebut juga dengan korban sajian cemburuan, yaitu suatu korban peringatan yang mengingatkan kepada kedurjanaan (Bil 5:1-18).  Bil 5:11-18:  "… Apabila isteri seseorang berbuat serong dan tidak setia terhadap suaminya, dan laki-laki lain tidur dan bersetu-buh dengan perempuan itu, dengan tidak diketahui suaminya, … dan apabila kemudian roh cemburu menguasai suami itu, sehingga ia menjadi cemburu terhadap isterinya … maka haruslah orang itu membawa isterinya kepada imam. Dan orang itu harus memba-wa persembahan karena perempuan itu sebanyak sepersepuluh efa tepung jelai, yang ke atasnya tidak dituangkannya minyak dan yang tidak dibubuhinya kemenyan, karena kor-ban itu ialah korban sajian cemburuan, suatu korban peringatan yang mengingatkan ke-pada kedurjanaan …”

Berdasarkan keterangan ini, besar kemungkinan bahwa mazmur ini berhubungan dengan peristiwa Daud dan Batsyeba (2Sam 11:1-27).

Pemahaman Teks
Ay. 12&14          
adalah permohonan supaya TUHAN jangan menahan rahmat, kasih dan kebenaran-Nya tetapi melepaskan dan menolong Daud. 

Ay. 13   
Daud merasa dikejar-kejar bukan saja oleh musuh yang kelihatan tetapi oleh rasa bersalah sehingga ia mengalami malapetaka.  Malapetaka ini merujuk pada peristiwa diambilnya isteri-isteri Daud oleh Tuhan untuk ditiduri oleh orang lain dengan sepengetahuan Daud dan di depan mata orang Israel, kematian anak pertama Batsyeba dari Daud sampai peristiwa saling bunuh di antara keturunan Daud (2Sam 12:10-13).

Ay. 15-16            
Menggambarkan keberadaan musuh-musuh Daud yang memang menunggu-nunggu bilamana Daud mati ataupun celaka maka mereka akan bersorak.

Ay. 17   
Sebaliknya dari itu, orang yang mencari keselamatan dari Tuhan akan bergembira dan bersukacita.

Ay. 18     
Adalah keyakinan iman bahwa Tuhan memperkatikan dan menolong bahkan membebaskan orang yang mencari keselamatan dari pada-Nya dengan tidak terlambat.

Renungan dan Penerapan
Rasa bersalah dan doa mohon pengasihan Tuhan yang sedemikian, membuat ki-ta tergelitik untuk menelusuri: apa sebenarnya disesalkan Daud.  Peristiwa Daud dan Bat-syeba (2Sam 11:1-27) ternyata memakan tidak hanya nyawa Uria, suami Batsyeba tetapi juga anak pertama yang dilahirkan Batsyeba bagi Daud.  Ketika raja Daud ditegur nabi Natan, Tuhan (melalui nabi Natan) menekankan bahwa membiarkan sesama umat Tuhan mati di tangan orang kafir adalah suatu penghinaan dan penistaan bagi Tuhan (2Sam 12:9).  Tidak berhenti sampai di situ, anak pertama Batsyeba dari Daud yang tidak tahu apa-apa pun akhirnya mati menanggung tulah (2Sam 12:15-19).  Rasa bersalah atas dua nyawa inilah yang sepertinya membuat Daud tidak berhenti dikejar rasa bersalah dan terus menerus mohon pengampunan Tuhan.

Hampir semua kita pernah melakukan kesalahan atau berbuat dosa sedemikian rupa yang membuat kita merasa seperti ‘masih dikejar-kejar’.  Dosa atau kesalahan yang kita lakukan bisa jadi memang merupakan masalah serius dan berdampak parah, tidak hanya bagi kita sendiri tetapi orang lain.  Mungkin sama seperti Daud, kita pun pernah memohon kepada Allah … berpuasa dengan tekun … menghukum diri (tidak mau bangun dari tanah, tidak makan, mengurung diri, dll (2Sam 12:16), namun kita tetap ‘dihukum’ Tuhan:  anak pertama Batsyeba dari Daud, tetapi mati tanpa ampun.  Diskusi 1:  Jika kita sudah mohon ampun sedemikian rupa tetapi Tuhan tetap menghukum, apa yang sebaiknya kita lakukan dan bagaimana kita menyikapi keputusan Tuhan itu?

Setelah anak pertama Batsyeba dari Daud mati sesuai keputusan Tuhan, Daud pun bangkit kembali menata hidup dengan Batsyeba (2Sam 12:24-25).  Semua kita pun sebaiknya begitu.  Salah satu yang dilakukan Daud adalah dengan mempersembahkan korban peringatan sesuai ketentuan.  Akan tetapi terbukti bahwa (ritual) mempersem-bahkan korban peringatan atau upaya memenuhi syarat demi mendapat pengampunan Tuhan, kadang tidak cukup menghapus rasa bersalah.  Dalam melakukan ritual itu pun, kita masih tidak berhenti memohon rahmat, kasih dan kebenaran Tuhan untuk melepas-kan dan menolong kita.  Ini berarti, mengimani pengampunan Allah memang tidak semudah melakukan ritualnya.

Sebagai orang Kristen, ‘ritual’ pengampunan dosa pun sangat sederhana: me-ngakui kesalahan, memohon ampun dan tidak mengulangi kesalahan dan dosa itu lagi.  Kita tidak perlu mempersembahkan apapun kepada Tuhan melalui gereja (persembahan kita berupa persembahan syukur bukan persembahan ‘korban’), cukup kesungguhan ber-tobat.  Akan tetapi, tidak semua orang dapat dengan mudah mengimani bahwa dosa dan kesalahannya sudah sepenuhnya diampuni Tuhan (2Sam 12:13 “TUHAN telah menjauh-kan dosamu itu; engkau tidak akan mati”).  Diskusi 2:  Sebutkan hal-hal apa saja dalam kehidupan sehari-hari yang sebenarnya sedang menyampaikan kepada kita bahwa kita sudah diampuni Tuhan!

Jika kita hayati (lih. perkataan Yesus kepada orang berdosa):  Allah adalah Pemurah dalam mengampuni.  Yang membuat kita terus merasa bersalah adalah ketidak-mampuan kita memahami kasih dan keadilan Allah karena kita sendiri lebih suka mengi-kuti cara berpikir orang pada umumnya yaitu ‘dihukum’ ketimbang ‘diampuni.