Tuesday, July 31, 2018

KEJADIAN 4:1-9 IRI HATI (Bercerminlah)


Bahan Bacaan Alkitab Hari Minggu
5 Agustus 2018

PENGANTAR
Peristiwa dalam perikop ini terjadi setelah beberapa waktu lamanya Adam dan Hawa keluar dari Taman Eden. Dosa dan pelanggaran mereka membuat mereka di usir dari kenyamanan dan kemudahan fasilitas di Taman Eden itu

TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting yang menjadi penekanan dalam bacaan kita pada hari ini, yakni:
1.      Keturunan Adam pasca pengusiran (ay.1-4)
Anak laki-laki pertama dari kedua manusia pertama itu diberi nama Kain. Nama Kain berasal dari bahasa Ibrani קַיִן Qayin (baca: kha-yin) yang berarti milik. Itulah sebabnya pada ayat 1 Adam berkata: “aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki, dengan pertolongan TUHAN”. Istilah “mendapatkan” bermakna bahwa anak itu adalah miliknya. Selanjutnya, Adam-pun memperoleh anak kedua dan diberi nama Habel. Nama Habel berasal dari bahasa Ibrani הֶבֶל Hebel (baca: heh'-bel) yang berarti “hembusan nafas”.

Keduanya memiliki profesi yang berbeda. Kain menjadi seorang petani sedangkan Habel menjadi seorang penggembala ternak. Pada suatu kesempatan keduanya mempersembahkan korban persembahan dari hasil kerja masing-masing. Kain mempersembahankan dari hasil tanahnya dan Habel dari hasil ternaknya (ay.4). Menariknya, pada ayat 4 ini langsung dikisahkan bahwa persembahan Habel diindahkan (diterima) oleh Tuhan Allah. Tidak disebutkan alasannya.

 

 2.      Apakah alasan persembahan Kain ditolak TUHAN (ay.5-7)
Pada permulaan ayat 5 disebutkan secara terang-terangan bahwa Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan TUHAN. Pertanyaannya mengapa demikian? Banyak orang berspekulasi karena jenis persembahan Kain dari tanaman sedangkan jenis persembahan Habel dari hewan. Allah lebih memilih persembahan Habel karena persoalan jenis persembahan. Benarkah demikian? Benarkah jenis dan jumlah persembahan menjadi masalah bagi Kain sehingga ia ditolak? Kita perlu menyelidiki lebih lanjut.

Perhatikan redaksi kalimat pada ayat 5: “tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNya...”. Teks ini dengan tegas menyebut bahwa TUHAN bukan menolak persembahan Kain, tetapi ia menolak Kain dan korban persembahannya. Kain adalah subjek yakni si pemberi korban persembahan dan korban persembahan adalah objek dari pemberiannya. Jadi, dalam teks ini, TUHAN menolak si pemberi dan otomatis menolak apa yang diberikan si pemberi.

Dengan kata lain permasalahan utama bukan soal jenis korban persembahan melainkan adalah siapa yang memberikan. Perhatikan bunyi penggalan Yeasaya 1:11-16:
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban..., Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku... Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku,... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat,”
Dari kitab Yesaya ini menjadi jelas bagi kita bahwa persembahan ditolak karena si pemberi berbuat jahat. Maka sangat mungkin Tuhan menolak Kain karena di hadapan TUHAN, Kain hidup tidak benar. Tuhan menolak persembahan Kain, karena ia dipandang tidak layak oleh Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibrani 11:4 dan 1Yoh.3:12 bahwa ternyata persembahan Habel diterima karena ia beriman (Kain tidak) dan segala perbuatan Kain dianggap jahat.

TUHAN tidak bisa ditipu. Ia mengenal Kain. Di mataNya, Kain penuh dengan dosa. Hal ini dipertegas pada ayat 7 ketika TUHAN menjumpai Kain. Itulah sebabnya Allah menolak Kain dan korban persembahannya.

3.      Kain gagal bercermin melihat dirinya (ay.8,9)
Bagian ini sangat menarik. Apa yang diperbuat kain setelah ia dan persembahannya di tolak oleh Allah? Ayat 5 menyebut hatinya menjadi panas yang menandakan ia marah dan mungkin saja iri hati. Barangkali ia bertanya dalam hati, “mengapa Habel dan persembahannya diterima TUHAN Allah. Mengapa saya tidak? Mengapa aku disepelekan?”. Jika benar Kain melakukan pertanyaan untuk introspeksi diri, seharusnya ia menemukan jawabannya. Bahwa ia jahat di mata Tuhan. Sebab bukankah Tuhan sendiri sudah menjawab pertanyaan alasan penolakan itu? Ayat 7 menyebut: “apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?... Itu berarti Kain gagal berefleksi atau berjermin dan menyadari bahwa perbuatannya jahat di mata Tuhan sehingga ia ditolak Allahnya.

Kegagalan Kain bercermin diri ini membuat ia terbakar pada amarah dan iri hati. Jika ia bercermin dan introspeksi diri, dan menemukan kesalahannya, sudah pasti tidak akan ada iri hati pada adiknya. Kondisi ini justru terbalik. Kain menganggap bahwa Habel-lah yang menjadi “masalah” dari penolakan itu sehingga ia harus membunuhnya. Bahkan ia berpikir bahwa perbuatan jahat itu tidak diketahui Allah (ay.9).

Betapa kuat dan dasyatnya pengaruh dosa yang menggiring pada rasa benar diri dan menjadikan orang lain sebagai sumber persoalan karena dibungkus oleh iri hati. Kain jatuh pada kondisi ini.


RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian di atas tentunya ada banyak hal yang dapat direlevansikan atau diaplikasikan Firman Tuhan ini dalam kehidupan sehari-hari. Pokok utama adalah soal iri hati, tetapi juga kegagalan untuk introspkesi diri. Disamping itu kekuatan dosa yang mengintip di depan pintu karena meranjang perbuatan jahat akibat iri hati tidak dapat diabaikan.

Silakan merumuskan relevansi dan aplikasi dari Firman Tuhan ini sesuai dengan kondisi jemaat di mana saudara melayani dan atau berkenaan dengan kehidupan sehari-hari.


















Monday, July 30, 2018

MAZMUR 65:10-14 TINDAKAN TUHAN ADALAH DASAR BERSYUKUR


MAZMUR 65:10-14
TINDAKAN TUHAN ADALAH DASAR BERSYUKUR
Bahan Bacaan Alkitab Pelkat PKP
Kamis, 2 Agustus 2018


PENGANTAR
Mazmur ini ditulis oleh Daud yang kemungkinan besar disebabkan oleh rasa syukur atas kesediaan Allah mendengar doa mohon ampunnya (ay.3) dan ketika ia secara pribadi menerima pengampunan dari Allah dan melihatNya sebagai pribadi yang Maha-Pengampun (ay.4,5). Keseluruhan dari isi Mazmur 65 ini adalah kesaksian Daud tentang siapa Allah dan apa yang telah ia perbuat.

TELAAH PERIKOP
Jika kita membaca dengan seksama isi Mazmur ini maka sesungguhnya Mazmur ini terbagi atas 3 (tiga) bagian penting , yakni:
1.      Siapakah Allah menurut pemazmur (ay.1-5)
Pemazmur melukiskan Allah sebagai pendengar doa pribadinya (ay.2-3). Juga ada pelukisan tentang Allah maha pengampun dosa. Juga ada gambaran atau metafor tentang dosa sebagai beban yang menghimpit, tetapi Allah mengangkatnya sehingga si pendosa pun terbebaskan (ay.3-4), sehingga bisa dikatakan bahwa pemazmur melukiskan Allah sebagai seorang pembebas.

Di hadapan pengalaman akan Allah seperti itu, pemazmur menyatakan pengamatannya berupa sebuah pelukisan mengenai orang yang dipanggil Allah untuk mendiami baitNya yang kudus. Ada bayangan yang indah dan suci bahwa mereka itu akan bahagia dan hidup makmur (disimbolkan dengan kekenyangan, ay.5). dengan kata lain, pemazmur menganggap bahwa Allah adalah juga sebagai pribadi yang menerima siapa saja untuk berada dikediamanNya.

2.      Allah yang berkarya dan bertindak bagi dunia (ay.6-9)
Pada bagian ini pemazmur berkisah tentang Tuhan yang berkarya bagi dunia. Berikut ini beberapa rinciannya: Pertama, Tuhan berkarya dengan segala perbuatan yang ajaib dan keadilan sehingga seluruh dunia dan bukan saja Israel akhirnya mengenal Allah hingga ke ujung bumi (ay.6). Kedua, TUHAN Allah juga pandang pemazmur sebagai yang menciptakan segala lembah dan gubung, sehingga dalam tindakanNya itu, Allah disebut perkasa (ay.7). Ketiga, Bukan saja Tuhan dianggap sebagai pencipta alam semesta, pemazmur menyebut bahwa Allah bertindak sebagai penguasa ciptaanNya. Itulah sebabnya deru gelombang dan lautan tunduk kepadaNya (ay.8).

Dengan menyaksikan semua ini maka semua orangpun takut dan bersorak-sorai (ay.9). Istilah takut yang digandeng dengan sorak-sorai ini emnunjuk pada suasana kagum dan keheranan atau takjub. Reaksi mengetahui siapa dan apa yang diperbuatnya, membuat orang semakan bertakwa (segan dan patuh) kepada Allah karena rasa takjub akan bebesaranNya.
  


3.      Tindakan Tuhan bagi kebutuhan pribadi (ay.10-14)
Bagian ini sangat menarik. Pemazmur melukiskan Sang Pencipta sebagai pribadi yang sangat peduli pada kebutuhan pribadi pemazmur. Wilayah Israel dan sekitarnya, terkenal dengan daerah tandus dan air merupakan bahan pokok yang paling dibutuhkan. Pemazmur menyaksikan kebesaran Tuhan yang berkarya bagi kebutuhan umat ketika menjadikan tanah gersang penuh dengan batang air yang kaya dan melimpah sehingga umat diberoleh gandung untuk kelangsungan hidup.(ay.10).

Bukan itu saja bahkan pemazmur mengakui bahwa suburnya tanah itu, dengan basahnya alur bajak, tanah yang tidak menjadi kering dan berlimpah air karena hujan yang turun, dan hijaunya tumbuh tumbuhan itu semua, menurut pemazmur, adalah perbuatan Tuhan yang memberkati (ay.11,12). Tuhanlah yang berkarya sehingga mereka bersorak-sorai (ay.14).

Perhatikanlah, bahwa pemazmur tahu persis perbuatan Allah pada diri dan bangsanya sehingga ia bersyukur. Pemazmur menemukan karya Allah yang bertindak melalui alam semesta. Tidak terlihat tangan Allah yang bekerja sesungguhnya, bukan? Namun pemazmur tahu bahwa itulah karya Tuhan.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian atau telaah perikop di atas, maka terdapat beberapa hal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita saat ini:
1.      Adalah penting bahi kita yang percaya untuk mengenal siapa Allah kita. Pemazmur mengenal Allah dari setiap karya yang Ia perbuat. Pemazmur mengenal dekat Allah dari apa yang ia alami bersama Allah. Ia mengalami jawaban doa, ia mengalami pengampunan dosa, ia mengalami rasa sukacita pada kuasa Tuhan yang tak terbatas. Kata kunci dari bacaan kita ini adalah pengenalan akan Allah.

Kitapun diajak, secara khusus sebagai ibu rumah tangga, kaum perempuan GPIB untuk peka mengenal Allah secara dekat. Tidak perlu bertatap muka dengan Allah, cukup merasakan semua pengalaman yang nyata tentang apa yang Tuhan perbuat, maka kita dapat mengenalnya secara pribadi. Siapakah Allah bagi kita, sangat tergantung dari seberapa dekat dan dalam kita mengenalNya.

2.      Ide dasar dari pemazmur bersyukur dan bersorak-sorak adalah keyakinan imannya untuk melihat setiap peristiwa sebagai cara Tuhan bertindak. Mulai dari mendengar doa, meredakan gemuruh badai dan gelombang, hingga menjatuhkan hujan di bumi, dan bahkan membuat tanaman mengalami pertumbuhan karena kesuburan tanah.

Perhatikanlah bahwa pemazmur bersyukur bukan karena apa yang ia alami. Sebagai contoh lihat redaksi ayat 11 bacaan kita. Pemazmur tidak berkata: “ketika aku membajak kulihat tanah menjadi gembur oleh karena dirus hujan yang turun”. Tetapi dengan yakni ia menyebut: “Engkau mengairi alur bajaknya... membasahi tanah dengan hujan dll”.  Objek pelaku adalah Allah. Sehingga pemazmur mengucap syukur bukan karena apa yang ia alami, tetapi apa yang Tuhan perbuat.

Demikian juga kita sebagai ibu rumah tangga. Kita diajak mengucap syukur bukan karena kita melihat dan merasakan apa yang terjadi dalam hidup kita, tetapi tentang apa yang Tuhan perbuat. Kita bersyukur bukan karena bisa ulang tahun, tetapi kita bersyukur karena Tuhan menambahkan usia setahun. Pokok penting adalah Tuhan.

Karena itu mari bersyukur bukan karena apa yang terjadi dalam keluarga kita, tetapi apa yang Tuhan buat dalam hidup kita. Dengan cara ini, maka entah senang atau susah, kita tidak peduli apa yang terjadi disekitar kita, yang kita syukuri adalah apa yang Tuhan buat dan rancangkan bagi kita. Sebab ranjangannya adalah damai sejahtera.

Kiranya kita dimampukan untuk menyakini kuasa Allah yang peduli itu. Amin.


Sunday, July 29, 2018

KEJADIAN 21:14-21 ALLAH MENEPATI JANJINYA


KEJADIAN 21:14-21
ALLAH MENEPATI JANJINYA
Bahan Bacaan Alkitab Ibadah Rumah Tangga
Rabu, 1 Agustus 2018


PENGANTAR
Akhirnya Tuhan menepati janjinya kepada Abraham. Sara melahirkan seorang anak pada usia 90 tahun dan diberi nama Ishak. Pada waktu itu Abraham berumur 100 tahun ketika Ishak lahir (ay.5). Nama Ishak berasal dari bahasa Ibrani: יִצְחָק, (baca: Yiẓḥaq) yang berarti "ia tertawa".

Kisah ini berlanjut ketika Ishak mulai masuk pada tahapan disapih (ay.8) dan Abraham melakukan perjamuan besar. Seorang anak umumnya akan mulai disapih atau dihentikan proses menyusui pada ibunya ini, sekitar usia 2 tahun. Di sinilah persoalan dimulai, yakni ketika Sara melihat Ismael (bahasa Ibrani: יִשְׁמָעֵאל,= Yishma'el = "didengar oleh Allah"), anak Hagar bermain dengan Ishak. Sara meminta Abraham agar mengusir Hagar dan anaknya itu (ay.10).

Walaupun sangat menyebalkan permintaan Sara ini, namun Abraham menyanggupinya karena rencana itu disetujui oleh Allah dengan janji penyertaan bagi Ismael dan menjadikannya bangsa yang besar pula (ay.11-13).

TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting dari bacaan ini untuk kita gali bersama dan kemudian merenungkannya, yakni:
1.      Abraham patuh kepada Allah dan memaklumi Sara (ay.14)
Silakan bayangkan kondisi hati Abraham saat itu!! Ketika dengan berat hati ia mengangkat Ismael ke bahu Hagar dan melepas darah dagingnya pergi bersama ibunya. Keduanya pergi bukan karena ada tujuan dan rencana. Mereka pergi karena diusir oleh Sara melalui Abraham. Dengan berat hati Abraham melepas mereka dengan memberi bekal berupa roti dan sekirbat air. Istilah Kirbat berasal dari serapan bahasa Arab. Di dalam Alkitab dipakai untuk menerjemahkan kata Ibrani: חֵמֶת (baca: Khemet) yang merupakan kantong terbuat dari kulit untuk dipakai menampung atau minyimpan air jika sedang dalam perjalanan. Jaman modern saat ini mungkin setara fungsinya dengan botol minuman.

Mengapa Abraham tega melakukannya? Saya yakin sesungguhnya Abraham tidak tega. Namun demi menjaga hati istrinya yakni Sara ia terpaksa harus melakukannya. Sara adalah istri sahnya. Itulah sebabnya nama Sarai (bahasa Ibrani: שָׂרַי/שָׂרָי,  baca: Saray, yang berarti "Putriku") oleh Tuhan diganti Sara ( bahasa Ibrani: שָׂרָה, baca Sara yang berarti; "Putri") atau di hadapan Abraham bermakna istriku. Berbeda dengan Hagar yang hanya berstatus sebagai bundak/hamba ataupun kemudian menjadi selir atas permintaan Sara (16:1-3). Jadi demi Istrinya, Abraham melakukan semua itu. Dengan kata lain demi menjaga keharmonisan rumah tangga, ada yang harus dikorbankan dan atau disingkirkan.

Abraham melakukannya juga bukan hanya demi menyenangkan Istrinya, tetapi juga ketaatan kepada Allah. Perhatikan ayat 12!! Ternyata itu juga adalah perintah Tuhan. Bahwa adalah kehendak Tuhan supaya Abraham melakukan permintaan Istrinya itu. Hal ini bermakna sangat penting. Betapa luar biasanya ketaatan Iman Abraham kepada Allah. Ia tidak mempertanyakan kehendak Allah yang “aneh” itu. Samasekali tidak. Ia langsung mengerjakannya. Demi ketaatan kepada Allah dan memaklumi kondisi hati Istrinya, Abraham menguatkan diri mengusir Ismael dan ibunya itu.



2.      Penderitaan Hagar (ay.15-16)
Bekal air sekirbat yang Hagar terima dari Abraham akhirnya habis. Reaksi pertama dari Hagar adalah “membuang anaknya ke bawah semak-semak (ay.15). Sebegitu parahkah kondisi tersebut? Mari bayangkan membawa anak kecil dengan kondisi tanpa air. Berapa lama bertahan? Mungkin satu hari penuh? Bisa jadi. Tapi rasanya sulit anak kecil bertahan di gurun tanpa air selama satu hari, bukan? Berapa lama hagar berjalan tanpa air? Sulit diprediksi. Namun kita dapat mengukur melalui kondisi Ismael anaknya.

Berapa usia Ismail pada waktu itu? Mari kita telusuri bersama. Pada waktu Ismael lahir, Abraham berumur 86 tahun (16:16). Selanjutnya ketika Ishak lahir, Abraham telah berumur 100 tahun (21:5). Itu berarti usia Ismael ketika Ishak lahir adalah 14 tahun. Peristiwa Hagar di usir bersamaan dengan disapihnya Ishak yang berumur kira-kira 2 tahun. Dengan demikian ketika peristiwa itu terjadi, Ismael bukan lagi anak kecil namun hampir dewasa yakni berumur sekitar 16 tahun.

Umur seperti itu, harusnya mampu bertahan tanpa minum hingga lebih dari sehari. Dan jika kondisi sangat payah Ismael alami dan mungkin saja tak sadarkan diri karena dehidrasi sehingga dibuang disemak-semak (bnd, ay.16), itu berarti mereka berjalan tanpa minum sudah lebih dari dua hari. Bayangkan penderitaan padang gurun tanpa seteguk air selama 2 hari perjalanan. Sudah pasti sangat menderita. Tidak heran jika kemudian Hagar merasa putusa asa dan menangis dengan nyaring (ay.16).

3.      Tuhan itu adil dan tak ingkar (ay.17-21)
Dalam keputusasaan itulah suara Tuhan datang menghampiri dan menyapa dengan janji yang menenangkan (ay.17). Di tengah kegundahannya, TUHAN hadir tepat waktu dan memberikan apa yang sangat ia dan Ismael butuhkan yakni air untuk hilangkan dahaga (ay.19). Bukan itu saja, diakhir perikop ini kita menemukan bahwa janji Abraham kepada Ismael di ayat 12 ditepatiNya. Ismael tetap hidup dan bahkan membangun keluarga (ay.20-21) yang kelak menjadi bangsa yang besar.

Benarlah, bahwa Allah tidak ingkar janji. Bukan itu saja, Allah berlaku adil bagi turunan Abraham walaupun ia bukan anak perjanjian. Keadilan Allah nyata melalui pemeliharaanNya kepada Ismael dan bagaimana kemudian Ismael diselamatkan dari kematian di padang gurun itu. Terkesan bahwa Ismael dibuang, tetapi sesungguhnya rencana Allah tetap berlaku bagiNya. Yah, rencana yang indah pada waktunya.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian atau telaah perikop di atas, maka terdapat beberapa hal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita saat ini:
1.      Perlu bagi kita untuk bersikap secara bijak dan arif seperti Abraham. Bahwa keluarga adalah lingkaran terdekat dan utama. Dalam kasus Abraham berarti Sara dan Ishak. Tetapi juga Abraham tidak melupakan darah dagingnya sendiri yakni Ismael. Sehingga walaupun harus diusir, itu hanya ia lakukan jika ada jaminan dari Tuhan.

Di sisi lain, ini bukan soal tega dan tidak tega. Ini juga bukan soal menyenagkan Sara dan supaya tidak membuat masalah. Tapi lebih daripada itu, ini adalah ketaatan kepada Allah. Memang ide mengusir Hagar datang dari Sara, tetapi sesungguhnya atas seijin dan perintah Tuhan untuk Abraham. Ketaatan yang penuh dilakukan oleh Abraham walaupu berat hati.

Dunia menawarkan banyak pilihan dalam kehidupan ini. Pilihan yang paling menggoda adalah rasa nyaman dan nikmat hidup. Hal yang paling sulit dilakukan adalah memilih taat kepada Allah tetapi kehilangan kenyaman tersebut. Sebagaimana Abraham gusar dan kesal ketika harus mengusir Hagar, tetapi memilih taat kepada Allah. Bukankah adalah lebih bijak untuk memilih kehendak Allah sambil meyakini pada janji dan penyertaanNya? Abraham memilih hal tersebut.

2.      Sudah terbukti dan teruji bahwa TUHAN Allah yang kita sembah tidak pernah ingkar janji. Abraham tidak pernah tau nasib apa yng terjadi bagi Ismael. Tetapi Tuhan ternyata punya rencana yang baik bagi peristiwa yang tidak menyenangkan itu.

Mengapa harus ragu, jika ternyata Allah tidak pernah ingkar janji. Ia adalah Allah yang peduli bagi Hagar dan Ismael, maka ia juga adalah Allah yang peduli bagi kita yang memanggilnya Bapa dalam Kristus Yesus. PertolonganNya tidak pernah terlambat dan sesuai dengan apa yang kita perlu sebagaimana diberikan sumur bagi dahaga ibu dan anak itu. Kitapun seharusnya juga mempercayai janji Tuhan dalam hidup kita. Bahwa kendatipun terkesan tak indah dan penuh dengan masalah dalam hidup sekalipun, yakinlah bahwa rancangan akhirnNya adalah damai sejahtera.

Sebagaimana Hagar belum tahu ending hidupnya bersama Ismael sehingga mengeluh dan menangis dengan kerasnya, demikian juga kita. Acapkali goyah dan bertanya tentang janji manis yang Tuhan ucapkan tetapi kenyataannya kesukaran yang kita alami. Percayalah, Tuhan tidak ingkar janji. Kita belum tahu ending dari kisah hidup kita. Yang pasti adalah damai sejahtera.

Kiranya kita dimampukan untuk menyakini kuasa Allah yang peduli itu. Amin.

Friday, July 27, 2018

YEREMIA 17:5-8 MENGANDALKAN TUHAN


YEREMIA 17:5-8
MENGANDALKAN TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah Minggu
29 Juli 2018


PENGANTAR (Latar Belakang Teks)
Yeremia yang bertugas di Israel Selatan atau Yehuda menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan iman dan prilaku keseharian umat Allah yang jauh dari kehendakNya. Hukuman dinubuatkan bagi mereka tentang kehancuran bangsa ini akibat dosa. Yeremia menjadi yakin bahwa Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas Yehuda sehingga Yehuda akan mengalami kerugian yang hebat yang disebut berasal dari Asyur dan Babel.

Walaupun nubuat sudah diberikan, besar harapan Yeremia kiranya Yehuda bertobat. Kenyataannya justru mereka berpaling dari Allah dan berharap kepada Mesir untuk menjamin mereka dari rongrongan bangsa lain. Mereka lebih mengandalkan manusia dari pada mengandalkan Tuhan.

Telaah Perikop
Ada beberapa pokok penting yang perlu untuk digali dalam bacaan kita saat ini, yakni:

1.      Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia (ay.5)
Bagian pertama ini begitu tegas dan jelas. Bahwa tiap orang yang mengandalkan manusia akan dikutuki Allah. Apa yang dimaksud mengandalkan manusia? Bagian ini menjadi jelas apabila kita membaca lebih lanjut ayat 5 bacaan kita. Bahwa mengandalkan manusia itu adalah ketika seseorang menjadikan diri sendiri sebagai pusat pertimbangan, jalan keluar dan orientasi hidup. Dengan kata lain mengandalkan diri sendiri. Orang seperti itu berarti menjauh dari Tuhan. Merekalah yang terkategori sebagai yang mengandalkan manusia.

Istilah kutuk dari bahasa Ibrani אָרַר (aw-rar') yang berarti kutuk, dijijikkan atau dijauhi oleh Allah. Silakan bayangkan kondisi ini. Apakah yang terjadi jika Allah sendiri merasa jijik melihat kita? Allah menjauh dan tidak lagi peduli pada kita akibat kita sendiri yang merasa tidak membutuhkannya. Sikap tidak membutuhkan Allah nyata melalui mengandalkan manusia dan bukan Allah. Akibatnya dikutuk olehnya.

2.      Konsekuensi dari mengandalkan manusia (ay.6)
Akibat dari mengandalkan manusia adalah kesengsaraan hidup bagaikan semak bulus yang tidak memperoleh keadaan baik. Bahkan Yeremia menyamakan kondisi orang yang dikutuk itu bagaikan tinggal dipadang gurun, hidup dipadang asin yang tidak berpenduduk. Kesan yang cukup kuat dari kondisi ini adalah kehancuran hidup. Silakan bayangkan hidup di tanah gurun dan asin seorang diri tanpa mendapat bantuan. Demikianlah kondisi hidup orang yang tidak mengandalkan Tuhan.

3.      Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan (ay.7)
Berbeda dengan kondisi mereka yang dikutuk Tuhan, pada ayat ini Yeremia memberikan perlawanan kondisi dengan ayat sebelumnya. Mereka yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Apakah yang dimaksud dengan mengandalkan Tuhan? Mereka yang mengandalkan Tuhan adala mereka yang sangat tergantung dan berharap padaNya. Apapun yng direncanakan ataupun dilakukan, TUHAN Allah tetap dilibatkan.

Istilah diberkati berasal dari bahasa Ibrani בָּרַךְ (barak) yang berarti diberkati, berlutut di hadapan Allah dan atau menjalin kedekatan yang sangat kuat. Istilah ini sama dengan yang dipakai untuk “TUHAN kemudian memberkati Abrahan” yang juga bermakna menjalin hubungan yang sangat dekat dengan Allah sehingga ia disebut sahabat Allah. Orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati. Ini berarti Tuhan mendekatkan jarak denganNya atau menjalin hubungan yang dalam dengan seorang yang diberkati. Silakan bayangkan apa yang terjadi jika Tuhan datang membangun hubungan yang akrab dan dekat!!

4.      Yang diperoleh karena mengandalkan Tuhan (ay.8)
Ketika Tuhan memberkati, akibat kesediaan kita mengandalkanNya maka bagaikan pohon ditepi air, yang berarti mudah menjalani kehidupan dan tidak mengalami kekurangan. Bahkan yang luar biasa dari mengandalkan Tuhan adalah tidak mengalami kekuatiran terhadap masalah yang akan datang sebab segala sesuatu berhasil (menghasilkan buah).

Hal ini sangat jauh berbeda dengan kondisi mereka yang dikutuk oleh Tuhan karena mengandalkan diri sendiri. Hanya mereka yang mengandalkan Tuhan-lah yang diberkati dan Tuhan bersedia menjalin hubungan yang dalam dengan pribadi itu.

Relevansi dan Aplikasi
1.   Mengapa Allah mengajarkan kita untuk tidak mengandalkan manusia? sedikitnya ada 2 alasan mengapa orang percaya tidak boleh mengandalkan manusia. Pertama, karena manusia dapat mengecewakan. Manusia seringkali ingkar kepada kata-kata dan janjinya sendiri. Ada begitu banyak orang yang dengan mudah mengucapkan janji-janji manis, namun semudah mengucapkan janji, semudah itu pula janji itu terlupakan. Mungkin kita juga adalah salah satu dari orang yang sering mengingkari janji kita kepada sesama? Kedua, karena manusia memiliki kemampuan yang terbatas. Ada pula kenyataan orang yang berjanji kepada kita ingin sekali menepati janjinya, tetapi keadaannya tidak memungkinkan untuk menepati janji itu.
2.   Jadi, kalau kita sudah memahami bahwa manusia dapat mengecewakan dan manusia memiliki kemampuan yang terbatas, mengapa kita masih mengandalkan manusia dan bukan mengandalakan TUHAN?  Padahal dengan jelas hanyalah TUHAN satu-satunya pribadi yang patut diandalkan, karena TUHAN memiliki kriteria untuk dapat diandalkan yaitu: Pertama : TUHAN selalu menepati janji-NYA. DIA tidak pernah mengingkari janji-NYA. Kedua : Tuhan adalah pribadi yang MAHA KUASA. Tidak ada yang dapat membatasi kuasa-NYA untuk menolong kita. TUHAN dapat memberikan pertolongan meski seberat apa pun masalah kita, kapan pun dan dimana pun kita perlu pertolongan-NYA. TUHAN adalah pribadi yang dapat diandalkan.
3.  Bukan saja Tuhan adalah pribadi yang dapat diandalkan, namun ada janji penting jika kita mengandalkan TUHAN yakni akan diberkati olehNya. Hidup yang diberkati berarti hidup penuh kelimpahan. Kelimpahan dimaksud bukan hanya dibatasi oleh materi tetapi banyak hal, misal sukacita dan damai sejahtera, janji penyertaan di saat bergumul dan juga temukan jalan keluar bersamanya.
Karena itu marilah kita menjadi pribadi yang mengandalkan Tuhan. Amin.

Friday, July 20, 2018

2 KORINTUS 10:12-18 BERMEGAH DI DALAM TUHAN


2 KORINTUS 10:12-18
BERMEGAH DI DALAM TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah PKB
Jumat, 27 Juli 2018

PENGANTAR
Terjadi pertikaian antara Paulus dengan golongan-golongan tertentu di Korintus. Mereka adalah rasul-rasul palsu yang mengajarkan kesesatan dan memecah-bela jemaat. Persoalannya adalah, mereka juga menuduh Paulus sebagai rasul palsu, sehingga penting bagi Paulus untuk membela dirinya walapun hanya melalui surat yang ia titipkan kepada Titus yang berjumpa dengannya di Makedonia (bd. (lihat Kisah Para Rasul 20:1; 2 Korintus 2:13; 7:5). 

Khusus pasal 10, Paulus tuliskan secara istimewa untuk ditujukan kepada para penentangnya. Ia sengaja untuk tidak menemui langsung, karena kuatir terjadi tindakan kekerasan, tapi sikapnya itu justru dipandang mereka yang membencinya sebagai sikap Paulus yang takut (ay.1). Oleh karena itu Paulus berencana untuk menemui mereka.


TELAAH PERIKOP
Terdapat beberapa pokok penting dari bacaan kita ini untuk digali dan direnungkan bagi kita, yakni:

1.      Jangan memuji diri (ay.12, 13)
Rupanya para pengajar palsu merasa diri lebih hebat dan lebih baik dari Paulus dalam hal mengajarkan kitab suci. Dengan bangganya mereka memuji diri sebagai kelompok yang sukses membangun jemaat itu. Padahal jemaat Korintus didirkan oleh Paulus dari hasil penginjilannya.

Itulah sebabnya Paulus menyebut bahwa orang-orang itu bermegah menurut ukuran mereka sendiri dan tidak membandingkan dengan hasil kerja orang lain melainkan dari hasil kerja sendiri (ay.12). bagaimana mungkin membandingkan diri dengan diri sendiri? Di sisi yang lain, Paulus juga kecewa oleh karena kelompok ini memanfaatkan hasil kerja Paulus sebagai pendiri jemaat untuk menyombongkan diri mereka (ay.13).

2.      Jangan bermegah dari hasil kerja orang lain (ay.14,15)
Inilah yang terjadi, bahwa orang-orang itu bermegah dari hasil kerja Paulus. Paulus adalah pendiri jemaat Korintus, mereka kemudia datang mengabarkan injil memasuki batas wilayah kerja pelayanan Paulus (ay.13) dan kemudian menyombongkan diri seolah merekalah yang membangun jemaat ini. Paulus dengan pasti menyatakan bahwa dialah yang mendirikan jemaat Korintus (ay.14) sehingga dapat dikatakan, Korintus adalah hasil kerja layannya.

Yang menarik adalah prinsip Paulus soal bermegah yang sepertinya menyindir kelompok tersebut. Menurut Paulus, ia tidak pernah bermegah dari hasil kerja orang lain yang bekerja di wilayah yang bukan milik Paulus. Artinya, seharusnya setiap orang melayani dan bekerja sesuai dengan peruntukannya (wilayah, job desk, skill, dll) sehingga tidak “mencuri nama” keberhasilan dari orang lain.

3.      Bermegahlah dalam Tuhan (ay.16-18)
Dengan tegas Paulus menyatakan bahwa kepergiannya meninggalkan Korintus dalam rangka mengabarkan Injil ke tempat lain supaya selama masih hidup injil Tuhan dapat di sebar (ay.16). Hal ini sekaligus menegaskan kepada kelompok yang menuduh Paulus sebagai rasul palsu bahwa tujuan hidup Paulus bukan mencari pujian dan kemegahan, melainkan memberitakan Injil.

Selanjutnya, Paulus meyampaikan bahwa wajar kalau kemudian dipuji orang dan kemudian bermegah. Tetapi jika harus bermegah, maka bermegahlah dalam Tuhan (ay.17). Apa yang dimaksud dengan bermegah di dalam Tuhan? Bermegah di dalam Tuhan berarti menjadikan Tuhan sebagai inti segala pujian. Bahwa bukan kita yang dipuji dari megahnya kita, menurut orang lain, melainkan Tuhanlah yang ditinggikan. Dengan demikian, ketika orang lain melihat kita, maka mereka akan memuji dan memuliakan Allah.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Sebagai para pekerja dan imam dalam keluarga, para bapak-bapak akan banyak menemui kondisi bersaing di dunia kerja. Kisah Paulus dan prinsipnya dalam bekerja, kiranya menjadi perhatian kita termasuk dalam dunia pelayanan, yakni:

1.      Biasakanlah untuk tidak memuji diri sendiri terhadap hasil kerja sendiri, apalagi pembandingnya hanyalah diri sendiri. Berkerjalah dengan baik dan lakukan secermat mungkin, lalu biarlah kemudian orang lain yang menilai hasil kerja kita dan memberikan pujian bagi kinerja yang kita tunjukkan. Jadi, bukan kita yang memuji hasil kerja sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh musuh-musuh Paulus.

Hal yang sama berlaku dalam giat pelayanan kita bagi Tuhan. Pemilik dari pelayanan ini adalah Tuhan, dialah yang empunya segala sesuatu. Jika kita aktif melayaniNya harusnya status kita tetap menjadi pelayan yang menghamba dan bukan tuan yang memerintah. Sebab Tuhanlah yang menjadi Tuan dan kepala. Layanilah dengan setia, lakukan yang terbaik, selanjutnya jangan kita yang dipuji orang, biaralah Tuhan Yesus Kristus yang ditinggikan dan dimuliakan.

2.      Lakukanlah setiap tugas dan pekerjaan berdasarkan yang telah ditetapkan (sesuai batas wilayah dan kemampuan) sebagaimana yang disingggung Paulus dalam ay.14. Hal ini penting supaya jangan besar pasak daripada tiang. Artinya tiap kerja yang kita lakukan di kantor atau pelayanan di gereja sebanding dengan kesanggupan kita dan kemampuan skill yang dimiliki.

Penting untuk mengambil prinsip: “Kerbau punya susu jangan sapi punya nama”. Hal ini berarti jangan mencari pujian dari yang bukan hak kita yakni bukan dari usaha dan kerja kita (bd.ay.15). Adalah lebih baik memperoleh patner kerja dalam pelayanan maupun tugas pekerjaan kerja dari pada berkompetisi dan menjatuhkan orang lain.

3.      Jika kita menjadi berhasil dan kemudian memperoleh banyak pujian, bolehkan kita bermega? Jawabnya adalah BOLEH..!!! Adalah manusia untuk bangga dan senang terhadap hasil yang telah kita capai. Tetapi bermegah yang kita lakukan harusnya bermegah di dalam Tuhan. Artinya, tujuan akhir dari kesenangan dan kebanggaan itu adalah supaya Tuhan ditinggikan dan di agungkan dan bukan kita yang menjadi pusat perhatian dan atau pujian.

Kiranya kita dapat melakukannya. Amin.

EFESUS 5:15-21 HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN


EFESUS 5:15-21
HIDUP INI ADALAH KESEMPATAN
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga Rabu
Rabu, 25 Juli 2018

Pengantar
            Dalam judul perikop yang ditentukan LAI, bagian ini termasuk dalam nasihat: “Hidup sebagai Anak-anak Terang”, yang adalah kelanjutan dari (judul perikop) “Manusia Baru.”  Ini berarti, setelah bicara tentang bagaimana Allah memilih kita (orang-orang percaya dalam Kristus Yesus) ... supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya (1: 2,4), Paulus menghendaki adanya pembaruan diri dalam setiap orang percaya.  Jadi, orang yang sudah percaya kepada Kristus, tidak hanya berubah ‘status keagamaannya’ tetapi juga karakter dan gaya hidup.

Pemahaman Teks
Ay. 15       Istilah ‘bebal’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh, sedangkan ‘arif’ ber-arti bijaksana; cerdik dan pandai; berilmu; paham; mengerti.  Ini berarti, dalam (menjalani) hidup, kita harus bijaksana, cerdik dan pandai, berpengetahuan, cepat paham, memiliki pengertian bukan malah bersikap atau berlaku bodoh: tidak cepat tanggap ataupun lambat berpikir.  Nasihat ini ditekankan kembali pada ay. 17: ja-ngan bodoh tetapi … mengerti kehendak Tuhan.  Dengan demikian, ‘hidup seperti o-rang arif’ yang dimaksud Paulus adalah secara khusus (spesifik), dalam hal mengerti kehendak Tuhan.  Orang yang mengerti apa yang Tuhan kehendaki adalah orang yang arif (cerdik dan pandai, berpengetahuan, cepat paham dan memiliki pengerti-an).

Ay. 16       Yang dimaksud dengan ‘hari-hari ini adalah jahat’ mengacu pada hari-hari ketika tipu muslihat iblis sangat kuat dan mudah mempengaruhi segala sesuatu yang ada di dunia ini (6:11-12).

Ay. 18-9    Mabuk anggur dengan dipenuh Roh secara umum memperlihatkan gejala yang sama yaitu berkata-kata dalam bahasa asing (yang tidak dimengerti orang pada umumnya, Kis 2:6 dan 11).  Akan tetapi tentu saja menyebab dan dampaknya bertolak bela-kang: mabuk anggur menimbulkan hawa nafsu sedangkan kepenuhan Roh menim-bulkan kemampuan berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilaku-kan Allah (Kis 2:11).  Dalam surat ini, Paulus ‘mengusulkan; supaya kata-kata ten-tang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah disampaikan dalam bentuk mazmur (seperti kebiasaan ibadah Yahudi), kidung puji-pujian dan nyanyian rohani.  Jika kita bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan, biarlah tindakan itu lahir dari segenap hati yang dipenuhi Roh bukan kemabukan (= di luar kesadaran).

Ay. 20       Mengucap syukur senantiasa … adalah juga tindakan yang lahir dari penjiwaan akan perbuatan besar yang dilakukan Allah (= lahir dari segenai hati).

Ay. 21       Nasihat ‘rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus” adalah penting sebagai awal mula dari seorang ‘manusia baru’ atau ‘anak terang’ membangun hubungan dengan sesamanya (tidak hanya dengan Tuhan secara pribadi).

Renungan dan Penerapan
Mari mulai dengan pertanyaan reflektif: apa susahnya bagi kita untuk mengerti ke-hendak Tuhan?  Sebenarnya, mengerti kehendak Tuhan tidak susah karena beginilah firman TUHAN … :” Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberita-hukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui … (Yer 33:2-3)  Yesus pun berkata; "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; cari-lah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.  Karena seti-ap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap o-rang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Mat 7:7-8, Luk 11:9-10).”  Ini berarti, bagi kita yang sungguh-sungguh menanyakan/ mencari tahu kehendak Tuhan, tidak mungkin Tuhan tidak memberitahu atau menyatakan (Ul 4:29).  Akan tetapi, benar yang dikira Paulus bahwa yang membuat kita tidak mengetahui kehendak Tuhan bukan karena Tuhan tidak memberita-hu/ menyatakan tetapi kitalah yang ‘bebal’: sudah diberitahu tetapi sukar atau tidak mau me-ngerti, lambat/ enggan menanggapi (karena tidak susai dengan yang diharapkan) lalu tidak berpikir tajam terhadapa apa yang Tuhan nyatakan. 

Inilah mengapa Paulus mengatakan: hi-dup seperti orang arif yang ‘cerdas membaca’ apa yang Tuhan nyatakan di hadapan kita lalu bijaksana, cerdik dan pandai menanggapi penyataan Tuhan itu.  Dalam keterbatasan kita sebagai manusia, tidak mungkin kita dapat mengerti sepenuhnya kehendak Tuhan namun bu-kan berarti kehendak Tuhan sama sekali tidak dapat dimengerti oleh kita, manusia.  Diskusi 1 (SGDK):  Bagaimana kita bisa belajar mengerti kehendak Tuhan?

Selanjutnya Paulus mengingatkan kita untuk mempergunakan waktu (= kesempatan) yang ada di tengah-tengah tipu muslihat iblis yang menguasai dunia (6:11-12).  Salah satu tipu muslihat iblis yang nyata diangkat Paulus dalam suratnya ini adalah ketika kita sulit membe-dakan antara ‘mabuk anggur’ dengan ‘kepenuhan roh’.  Dalam kenyataannya, orang yang (di-ibaratkan) ‘mabuk anggur’ adalah yang mengerjakan segala sesuatu, termasuk pelayan, tanpa bisa mengendalikan diri/ hawa nafsu (ambisius, ingin menjadi pusat perhatian, ingin mengua-sai, ingin didengar dan dipatuhi, ingin dihargai dan dihormati, mengejar materi, dll) sehingga hasil dari perbuatan/ pekerjaan/ pelayanannnya bukannya sesuatu yang menyelamatkan ma-lah mengacaukan. 

Berbeda dari itu, orang yang dipenuhi roh akan bekerja dalam takut akan Tuhan dan berusaha membangun hubungan yang baik dengan sesamanya (= ay. 21).  Sekali-pun kesempatan untuk kita bekerja seperti itu tidak banyak karena tipu muslihat iblis lebih menguasai dunia namun kita harus dapat melihat adanya kesempatan itu dan memperguna-kan sebaik mungkin sebagaimana yang dikehendaki Tuhan.  Diskusi 2 (SGDK):  Bagaimana kita dapat mewujudkan sikap hidup yang dikehendaki Tuhan?

Penutup
Menjelang akhir nasihatnya, Paulus memasukan unsur seni dalam hidup kita sebagai ‘anak-anak Terang’ yaitu berkata-kata ... dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian ro-hani.  Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati (5:19).  Tidakkah hal ini membuat kita bertanya:  Bagaimana jika kita tidak bisa bernyanyi?  Bernyanyi adalah cara yang menyenangkan untuk berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah sehingga mudah bagi kita maupun yang mendengar untuk menghayati karya Allah asal-kan nyanyian itu berangkat dari segenap hati dan digerakan oleh Roh, bukan sekedar meramaikan suasana. Amin.
Pdt. Cindy Tumbelaka


Monday, July 16, 2018

MAZMUR 42:7-12 ALLAH SUMBER PENGHARAPAN


MAZMUR 42:7-12
ALLAH SUMBER PENGHARAPAN
Bacaan Khotbah Ibadah PKP
Kamis, 19 Juli 2018

Pendahuluan
Mazmur 42 merupakan bagian dari Jilid II kitab Mazmur (pasl 42-72) yang ditulis oleh Korah untuk pengajaran bagi bani Korah. Khusus pasal ini berkisah tentang kerinduannya pemazmur kepada Allah dan bagaimana ia mengharapkan kedekatan hubungan dengan Allah.

Sebagai contoh dapat dilihat keinginan kuatnya merindukan Allah bagai seeokor rusa merindukan air. Ada dua makna pada ayat 2 dan 3  itu, yakni: pertama, kerinduaannya bagaikan rasa haus sekor rusa yang rindu dipuaskan oleh air di sungai yang mengalir. Kedua, rindu kepada Allah bagaikan kerinduan untuk selamat dari mangsa, seperti rindunya Rusa merendam diri di air agar mau khasnya tak tercium oleh Pemangsa.

Telaah Perikop
Terdapat beberapa pokok penting yang perlu ditekankan dalam bacaan kita saat ini, yaitu:

1.      Mencari Allah dalam kesesakan (ay.7)
Apa yang dilakukan seseorang ketika mengalami jalan buntu atau halangan dalam kehidupan. Sudah pasti akan menggeliat mencari jalan keluar. Ada banyak cara akan ditempuh oleh tiap orang demi memperoleh jalan keluar. Mulai dari cara wajar hingga kurang ajar; mulai dari yang manusiawi hingga korbankan sesama manusia.

Pemazmur memberikan contoh yang menarik. Ia saat itu sedang mengalami tekanan yang luar biasa kuat dalam dirinya (ay.7). Siapakah yang ia cari? Pemazmur menyebut bahwa di saat tekanan datang ia justru teringat kepada Tuhan. Fokus pemazmur bukan pada masalah itu, tetapi sebaliknya kepada Tuhanlah ia menengadah.


2.      Cara menemukan Allah dalam kesesakan (ay.8)
Bagaimana menemukan Tuhan? Ini pertanyaan yang menarik bukan? Perhatikan bacaan kita hari ini! Ingatan pemazmur melayang ke sungai Yordan dan pegunungan Hermon (ay.7); samudra raya, gulungan ombak dan gelombang (ay.8). Ternyata Tuhan dapat dilihat kehadiranNya melalui karya ciptaanNya.

Pemazmur mengingatkan kita bahwa di mana tempat disegala situasi bahwakan di alam sekitar Tuhan dapat ditemui. Sangat penuh tekanan hidup, Tuhan dapat hadir menenagkan melalui suara burung yang berkicau, atau aliran sungai yang jatuh menjadi air terjun. Melihat ciptaan Allah dan mengaguminya adalah juga salah satu cara merasakan kehadiran Tuhan.

3.      Jangan melupakan Tuhan (ay.9)
Selanjutnya, apa yang dilakukan oleh pemazmur ketika ia telah menikmati kehadiran Tuhan? Perhatikan ayat 9 bacaan kita! Di siang hari pemazmur menikmati kehadiranNya melaluli segaala ciptaan Tuhan dan bahkan dapat merasakan kasih setia-Nya itu di siang hari. Apa yang pemazmur lakukan ketika memasuki malam untuk menutup hari? Pemazmur bersyukur lewat doa dan memuji memuliakan Allah yang luar biasa itu melalui nyanyian dan pujian.

Pemazmur mengajarkan kita bahwa jangan pernah melupakan kemurah dan kasih setia Tuhan. Bersyukur selalu atas segala penyertaaNya adalah suatu hal penting untuk dilakukan sebagai umat yang menikmati kasih karuniaNya itu.

4.      Berharap pada Allah (ay.10-12)
Pemazmur menutup bagian ini dengan mengisahkan ketegangan hidup dan persoalan yang menekan jiwanya. Bahkan dalam kekalutan ia berseru kuatir akan seakan Allah tidak mendengar sehingga menjadi bahan ejekan musuh (ay.10,11), tetapi kemudian ia tiba-tiba menjadi tenang dan berbisik pada dirinya sendiri: “berharaplah kepada Allah” (ay.12).

Menarik untuk disimak bahwa pemazmur rupanya terlalu fokus pada ejekan musuh, terlalu kuatir seakan ditinggal Tuhan, dan batinnya hanya terpusat pada masalah, sehingga lupa bahwa penolongnya adalah Allah. Ia baru kemudian menyadari akan hal itu dan berkata pada diri sendiri: “mengapa engkau tertekan hai jiwaku? Berharaplah kepada Allah!”

Pemazmur seakan menyatakan kepada kita bahwa adalah manusiawi untuk takut dan kuatir, dan atau tertekan dengan masalah. Tetapi seharusnya tidak melupakan janji pertolongan yang Tuhan beri. Sehingga fokus hidup bukan lagi pada badai yang menyerang melainkan pada Sang Juru Mudi kehidupan yaitu Allah.


Relevansi dan Aplikasi
1.      Berhentilah mencari kekuatan yang lain untuk menolong kita. Jarilah Tuhan dan ingatlah akan kebaikanNya. Itulah yang dilakukan oleh Pemazmur.

Kita juga diingatkan pada bacaan ini bahwa mengingat perbuatan Allah yang baik dan luar biasa dalam hidup kita di masa lalu akan sangat menolong kita untuk meyakini penyertaan Tuhan ditengah persoalan yang sedang dihadapi. Jika Tuhan ada dan menolong pada waktu lalu, maka kuasanNya juga tetap ada di tiap waktu termasuk di saat kita tertekan dalam hidup.

2.      Seperti pemazmur, bukankan banyak orang juga berusaha dalam kepanikan mencari Tuhan yang seakan bersembunyi? Lalu betapa terkejutnya dia karena justru menemukan Tuhan di deru air terjun dan gulungan gelombang? Demikian juga dengan kita, kadang ketika kita memetakan sendiri kehadiran Tuhan dalam bentuk yang spektakuler, ternyata dia hadir dalam bentuk yang adem dan biasa.

Sebagai contoh, berapa sering kita berharap agar disembuhkan Tuhan dari sakit, namun tidak mau kedokter dan terus berdoa agar disembuhkan. Padahal ternyata Tuhan sedang memakai seorang dokter untuk dengan keahlian yang Ia berikan pada para medis ini deteksi penyakit ditemukan dan sekaligus penentuan obat penawar sakit telah disiapkan. Tuhan bisa hadir di mana-mana. Persoalannya apakah kita dapat mengaminkan kehadiranNya itu?

3.      Jika terlalu fokus melihat gelombang dan badai, kita akan lupa pada Yesus yang ajaib sebagaimana para murid lupa bahwa ada Yesus yang tertidur di dalam kapal ketika badai menyerang.

Pemazmur mengakui hal itu pada ayat 12. Ternyata ia terlalu gundah dan tertekan karena masalah dan melupakan kuasa Allah yang adalah penolong ajaib. Bukankah kitapun demikian? Bukankah masalah yang terlalu besar yang datang membuat kita semakin merasa kecil dan tak ingat lagi pada yang maha besar? Karena itu mari yakinlah: ”Bahwa masalah yang datang memang sangat besar, tetapi Yesus Tuhan kita Maha Besar melebihi persoalan hidup kita”.

Kiranya kita dimampukan melakukan Firman Tuhan Ini. Amin.