Tuesday, April 25, 2017

JEHOVAH NISSI Kel.17:8-16

JEHOVAH NISSI
=============

Ada yang menarik dari kisah peperangan antara Israel dan Amalek dalam perjalanan padang gurun ketika mereka berada di Rafidin (Kel. 17:8-16).

Yosua mengambil posisi memimpin pasukan di garis depan menghadapi Amalek. Tepatlah jika pada peperangan itu ia disebut panglima perang dengan pertaruhan yang tak sedikit yakni nyawanya (ay.10).

Di mana Musa? Pada ayat 8 perannya sebagai leader mengatur strategi dan "pemberi intruksi" kepada Yosua. Apa hanya itu? Musa menugaskan dirinya sendiri yakni "hanya" mengangkat tongkat Allah di atas sebuah bukit (ay.9).

Ahhh... Peran Musa terkesan sepele dan cari aman di atas bukit. Tapi sesunguhnya peran "sepele" ini justru sangat menentukan. Jika "tongkat Allah" diangkat Musa, Yosua dan Israel menang dan jika ia menurunkan tongkat itu, terjadi sebaliknya (ay.11). Sepele, namun sangat berarti bukan?

Kisah ini semakin menarik dengan munculnya dua tokoh dengan inisial 2H, yaitu Harun dan Hur. Apa peran mereka? Peran mereka "sangat enteng" dibanding keringat dan darah yang ada pada pasukan di medan tempur.

Mereka hanya bertugas mencari batu untuk tempat duduk Musa. Hemmm.. tugas yang amat ringan bukan? Karena Musa mulai lelah, mereka "hanya" membantu menopang tangan Musa di sisi kiri dan kanan (ay.12). Apalah arti tugas itu dibanding mengayunkan pedang seperti Yosua dan pasukannya?

Tapi tahukah saudara, andai mereka tidak sediakan tempat duduk untuk Musa dan membantu mengangkat "Tongkat Allah" itu, kisah kemenangan itu tidak akan tercatat (ay.14)?

Ternyata 4 tokoh ini memberi andil dengan bentuk kontribusi berbeda bagi kemenangan Israel atas Amalek.

Tak peduli di lini mana engkau ditempatkan; tak soal sebesar apa ruang lingkup tanggung-jawab mu; dan tak jadi masalah se-strategis apa posisimu dalam tiap peran. Prinsip utama adalah tetap bergerak, tetap berfungsi dalam tiap peran. Terkecil apapun, sangat berarti peranmu bagi suatu kemenangan atau keberhasilan.

Selanjutnya, perhatikan ayat 15 dan 16. Musa dan yang lain tidak berlomba memuji peran masing-masing dan ataupun menunjuk diri sebagai yang paling penting posisinya saat perang usai. Musa justru mendirikan mezbah. Ia menamakan mezbah itu TUHANlah panji-panjiku (JEHOVAH NISSI  יְהוָה נִסִּי).

Dalam peperangan, panji-panji adalah simbol pasukan serta lambang kehormatan dan kebanggaan. Selama panji-panji masih tegak berdiri, pasukan itu masih ada dalam kehormatan berjuang mencapai kemenangan. Di mana panji-panji berada di situlah pasukan berkumpul. Jika panji-panji bergerak maju, pasukanpun bergerak dengan semangat menerjang musuh. Dengan kata lain, panji-panji adalah penentu.

Mezbah itu adalah suatu pengakuan. Pengakuan dalam kerendahan dan kesadaran bahwa kemenangan atas Amalek adalah karena TUHAN, Allah Israel. JEHOVAH NISSI adalah penentu.

Sahabat...
Berperanlah sesuai posisi, kondisi, kemampuan dan keahlian diri. Bukan soal besar kecil andilmu yang menentukan suatu kemenangan bersama. Tetapi bersediakah engkau bergerak pada peran masing-masing dengan fungsi yang tak sama, itulah yang menentukan.

Hanya ingatlah pada semboyan Musa yakni "Jehovah Nissi" itu. Sehebat apapun kita berperan dan bergerak bersama, TUHANlah penentuNya. TUHANlah panji-panjiku.

Refleksi Kel.17:8-16
Sesuai bacaan Sabda Bina Umat (SBU GPIB)
25 April 2017 (bacaan malam).