Monday, September 9, 2013

BAHAN RENUNGAN SEKTOR 11 SEPTEMBER 2013


ROMA 13:12-14

Jemaat Tuhan,....
Hari ini kita merenungkan sebuah tema: "bangun dari tidur" (Lih. Ay 11). Dalam pengertian sehari-hari istilah tidur adalah sebuah aktivitas manusia untuk memperoleh kesegaran kembali, setelah capek melakukan kegiatan rutinitasnya. Tetapi lain halnya dengan istilah "tidur-tiduran atau kerjanya tidur melulu", itu namanya "orang malas", kecuali seorang bayi atau seorang yang sudah lanjut usia. Artinya dalam waktu yang tepat tidur itu adalah sesuatu yang perlu dan menyehatkan. Namun, tidur yang dimaksud pada nas diatas, bukanlah tentang "tidur jasmani/badani", tetapi tentang "tidur secara "rohani".

Bagaimana wujud dari kita yang dibangunkan dari tidur (ay. 11) atau menjadi pribadi yang sudah diselamatkan? Di ayat 12-14, Paulus menjabarkan wujudnya yaitu memelihara kesucian hidup. Seorang yang dibangunkan dari tidur adalah seorang yang berwaspada. Seorang yang berwaspada adalah seorang yang memelihara kesucian hidup. Di sini, Paulus menjabarkan bahwa kesucian hidup hanya didapat ketika seseorang mengenal kasih (ay. 8-10). Bagaimana cara memelihara kesucian hidup? Paulus menjabarkannya di dalam dua prinsip di ayat 12-14:

Pertama, kesucian hidup berarti menanggalkan kehidupan lama. Di ayat 12, Paulus menggambarkan poin ini dengan penjelasannya, “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!” Paulus menggambarkan kita yang harus menanggalkan kehidupan lama kita sebagai “hati sudah jauh malam.” Arti dari “hari sudah jauh malam” yaitu malam sudah hampir berakhir/selesai dan siang hari sudah mulai mendekat, maka kita harus menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan kita dan mengenakan perlengkapan senjata terang.

Apa yang dimaksud Paulus dengan perbuatan-perbuatan kegelapan? Di ayat 13, ia memberikan jawabannya, “jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.” Di sini, ia membagi perbuatan kegelapan ke dalam dua hal, yaitu apa yang kelihatan (superficial) dan tidak kelihatan. Perbuatan kegelapan yang kelihatan adalah perbuatan yang dilihat jelas oleh mata, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, dan hawa nafsu; sedangkan perbuatan kegelapan yang tidak kelihatan yang dipaparkan Paulus adalah perselisihan dan iri hati. Dalam hal ini, Paulus tidak membedakan antara yang kelihatan dan tidak, semua itu dianggap sebagai perbuatan kegelapan.

Jemaat Tuhan,....
memerintahkan kita untuk menanggalkan kehidupan yang lama kita berarti kita benar-benar tidak bersentuhan dan tidak melakukan lagi kehidupan lama kita, seperti ibarat yang Paulus berikan, yaitu malam itu sudah lalu/lewat, berarti malam itu tidak akan kembali lagi. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita berkomitmen untuk menanggalkan kehidupan lama kita? Bagaimana caranya menanggalkan kehidupan lama kita? Kita akan memerhatikannya di poin kedua di bawah ini.

Selanjutnya yang Kedua, hidup sebagai anak-anak terang yang berpusat pada Kristus. Cara kita menanggalkan kehidupan lama kita adalah dengan memfokuskan arah hidup kita kepada Kristus. Ketika hidup kita diarahkan kepada Kristus, maka secara otomatis, kita tidak lagi menginginkan hidup berdosa. Mengapa? Karena hidup kita diarahkan kepada Kekekalan, Kesucian, Keagungan, dll dari Allah, sehingga kita otomatis membenci apa yang sementara, najis, tidak agung, dll. Di sini, Kebenaran Allah menjadi fokus penting kita ketika kita mau menanggalkan perbuatan kegelapan. Ketika seseorang tidak kembali kepada Kebenaran Allah, maka ia tidak akan pernah mampu menanggalkan perbuatan kegelapan.

Di sinilah perbedaan total Kekristenan dengan agama-agama lain. Agama-agama lain mengajarkan bahwa manusia bisa menanggalkan kehidupan lama dengan melakukan pertobatan melalui syariat-syariat agama, seperti puasa, dll. Tetapi anehnya makin mereka menjalankan ritual mereka, mereka makin berdosa, mengapa? Karena mereka bukan hanya menjalankan ritual mereka sendiri, tetapi mereka “MEMAKSA” orang lain yang berbeda agama dengannya untuk ikut “toleransi” dengan dirinya yang sedang melakukan ritual/syariat agamanya.

Jemaat Tuhan,....
Lalu, bagaimana kita bisa hidup sebagai anak-anak terang yang berpusat kepada Kristus?
1.       Mengenakan perlengkapan senjata terang (Rm. 13:12)
Kita hidup sebagai anak-anak terang tentu harus memiliki perlengkapan senjata terang sebagai sarana kita berperang bagi Kristus. Kata “berperang” di sini bukan berarti secara fisik. Paulus di bagian lain menjelaskan tentang hal ini, “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” (Ef. 6:11-12) Karena kita berperang melawan roh-roh jahat di udara (bukan secara fisik), maka kita membutuhkan perlengkapan senjata Allah untuk melawannya. Apa macamnya? Efesus 6:14-18 memberikan rincian perlengkapan senjata Allah/terang itu.

2.       Hidup dengan sopan, seperti pada siang hari (Rm. 13:13)
Setelah kita mengenakan perlengkapan senjata terang, kita pun wajib mengaplikasikannya. Wujud aplikasinya adalah melalui kehidupan kita yang benar. King James Version (KJV) menerjemahkan “hidup dengan sopan” di dalam ayat ini sebagai, “walk honestly.” (=berjalan dengan jujur) Analytical-Literal Translation (ALT) menerjemahkannya, “walk about properly.” (=berjalan dengan tepat/sesuai) Dengan kata lain, hidup dengan sopan sebagai wujud kehidupan kita yang benar ditunjukkan dengan kita berjalan dengan jujur/tepat/sesuai dengan Kebenaran.

Ketika kita terus-menerus berjalan di dalam jalan Allah, kita akan menemukan keindahan demi keindahan yang Allah akan singkapkan bagi kita, meskipun tentu kita pasti melewati hambatan demi hambatan di dalamnya. Hidup yang berjalan di dalam jalan Allah adalah hidup yang indah dan tidak akan sia-sia. Salah satu tanda hidup yang berjalan di dalam jalan Allah adalah berusaha mengerti kehendak dan pimpinan Allah di dalam hidup. Seorang hamba Tuhan dari gereja Karismatik yang pernah saya dengar mengatakan bahwa kalau kita mau mengerti kehendak Allah, kita harus mematikan kehendak diri. Kalau kita ingin mengerti apa yang Allah inginkan, matikan dahulu keinginan diri kita (bdk. Rm. 13:14b).

Di sini, kita mendapatkan gambaran bahwa salah satu kendala besar untuk mengerti kehendak dan keinginan Allah adalah diri sendiri. Rev. Kris Lundgaard, M.Div. mengatakan bahwa diri kita ini musuh. Oleh karena itu, mulai sekarang, matikan seluruh kehendak dan keinginan kita yang melawan Allah, lalu kembalilah mengerti kehendak dan keinginan Allah. Maukah Anda di dalam hidup ini berjalan di dalam jalan Allah?

Jemaat Tuhan,....
Setelah kita merenungkan dua hal bagaimana kita bisa memiliki kesucian hidup, biarlah kita dicerahkan dan dipimpin Allah untuk mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan mau kita hidup suci, karena Ia adalah Allah yang suci. Sudahkah kita siap untuk itu?

Karena itu, lakukanlah minimal 3 hal ini: Pertama. Tanggalkanlah semua perbuatan-perbuatan kegelapan dan pola pikir duniawi, tinggalkanlah semua hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Janganlah merasa hidup nyaman dan aman didalam hal-hal yang tidak disukai Tuhan dan yang tidak menjadi berkat bagi orang lain. (Roma 13:12); Kedua, Kenakanlah Tuhan Yesus sebagai perlengkapan senjata terang, hiduplah dengan kudus, sopan, baik dalam penampilan, pikiran, perkataan maupun dalam perbuatan. Milikilah gaya hidup yag selalu penuh belas kasih dan lebih mementingkan sesama dan hiduplah sesuai tuntutan firman Tuhan. (Roma 13:13-14)

Ketiga, Hiduplah sebagai pribadi yang siap sedia. Alkitab mencatat bahwa kehidupan kristen adalah suatu kehidupan yang penuh perjuangan dan peperangan. Dan peperangan kita ini, bukanlah melawan darah dan daging yaitu sesama manusia, tetapi melawan setan/iblis, penguasa/penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara. (Efesus 6:12)

Jemaat Tuhan,....
Si iblis dapat menipu dan menyerang, lalu menghancurkan kita dan sesama kita dalam melalui pikiran, perkataan, perbuatan, tingkah laku dan kejadian atau kesempatan apa saja, kapan saja dan dimana saja. Untuk itu kita harus selalu siap-sedia seperti seorang prajurit di medan perang. Amin.


BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 10 SEPTEMBER 2013


KOLOSE 3:7-11

Pendahuluan
Ada ungkapan yang dilontarkan orang “ Hidup tidak merdeka di tengah-tengah kemerdekaan “.  Kalau dulu kita dijajah oleh bangsa lain, sekarang kita dijajah oleh bangsa sendiri.  Alasannya adalah: yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, orang bodoh dibodoh-bodohi orang pintar, sehingga tetap bodoh orang bodoh (makanan empuk orang pintar), yang lemah ditindas oleh yang yang kuat (siapa kuat dia berbuat = hukum rimba), yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan (memutarbalikan fakta), hukum dapat dibeli, lebih berat hukuman pencuri ayam daripada  pencuri kerbau), banyak janjinya, banyak dustanya (dll. dapat ditambah sesuai dari perenungan pengkhotbah).

Hal yang samapun terjadi dalam kehidupan orang percaya. Orang percaya telah dimerdekakan Kristus dari segala bentuk kuasa dosa. Namun kenyataannya banyak orang percaya masih merasa di jajah oleh dosa dan  membiarkan dirinya di belenggu oleh kuasa dosa tersebut. Bagaimanakah supaya tetap merdeka dari dosa? Kolose 3:5-11 dapat menjadi pegangan/pedoman kita dalam kehidupan sehari-hari.

TAFSIRAN / PENJELASAN TEKS.
Dalam perikop ini, Paulus menyebut tentang bagaimana cara dan prilaku hidup yang benar sebagai orang yang telah percaya, yakni:

1.       Mematikan yang duniawi (ayat 5-9)
Empat perkara dunawi yang harus dimatikan yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu dan keserakahan.  Empat perkara tersebut dilakukan  diserupakan dengan orang  penyembahan terhadap berhala, dan hasilnya adalah  murka Allah atas orang-orang yang durhaka. Penyembahan berhala adalah: membiarkan hal-hal lain menjadi pusat dari keinginan, nilai dan ketergantungan seseorang, sehingga tidak bergantung kepada Allah atau tidak mengutamakan hubungan dengan Allah, tetapi menggantikan posisi Allah dengan yang lain.  Hal yang demikian dilakukan oleh orang-orang yang belum hidup baru.   Tetapi bagi orang yang telah mematikan yang duniawi harus membuang marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut.  Membuang berarti melepaskan sesuatu sehingga yang dibuang itu terpisah dari yang membuang.  Yang dibuang biasanya adalah barang yang tidak bernilai atau tidak berharga dan dapat disamakan dengan sampah.  Membuang disamakan dengan menanggalkan manusia lama yang menemjui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan (bd. Ef. 4:22).

Kata-kata yang keluar dari mulut: “Ya bila ya, tidak bila tidak”, apa yang lebih dari itu berasal dari sijahat (bd. Mat. 5:37).   Tidak ada dusta di antara anak-anak Tuhan.  Alasannya karena telah mematikan atau menanggalkan manusia lama dengan tanda-tanda yang mengikutinya.

2.       Kedua, mengenakan manusia baru (ayat 10)
Istilah mengenakan dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya: memakai (pakain, topi, dsb).  Seperti mengenakan pakaian baru, maka pakaian yang lama haruslah ditanggalkan, demikian juga dalam mengenakan manusia baru maka manusia lama yang hakekatnya sudah mati haruslah ditanggalkan (bd, ay 5: segala sessuatu yang duniawi). Manusia lama adalah manusia yang belum diperbaharui  atau hidupnya dalam dosa.  Dosa adalah melakukan apa yang dilarang Tuhan dn tidak melakukan apa yang dipewrintahkan  Tuhan  Manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk  memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik. Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, ssupaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan  dari antara orang mati oleh kemulian Bapa, demikian juga kita akan hidup  dalam hidup yang baru (bd. Rom. 6:4).

3.       Ketiga, keselamatan yang Universal (ayat 11)
Bahwa keselamatan itu atau pengenalan Allah itu  itu universal (orang Yunani, orang Yahudi, orang bersunat, orang tidak bersunat, orang Barbar, orang Skit, budak atau orang merdeka) satu di dalam Kristus (bd.Gal. 3:28).

Relevansi dan Aplikasi
1.       Manusia baru dengan mematikan manusia lama (bd. Tema; Pembebasan dari kematian kepada kehidupan).  Manusia baru  dihasilkan oleh kesatuan orang percaya dengan Kristus dalam kematian dan  kehidupanNya.  Orang percaya telah mati terhadap dosa, sehingga kesukaannya adalah menjalankan hidup baru (sesuai dengan  Firman Allah bd. Masmur 119:105).  Hidup baru adalah kehidupan yang mengambarkan kehidupan untuk kemulian Allah (bd. Matius 5:13-16).

2.       Banyak kristen dalam mengenakan  manusia  baru itu seperti memakai pakaian atau memakai topi, tergantung situasi dan keadaan; pakaian dan topi ditanggalkan dan diganti dan mengenakan manusia lama.  Hal ini dapat dilihat dari kekecewaan orang (belum Kristen) yang terhadap kehidupan.  Katanya orang Kristen pemurah, tapi nyatanya pelit.   Katanya orang Kristen orang jujur, tapinya banyak orang Kristen penipu,  Katanya orang Kristen orang yang yang kaya kasih, tapi nyatanya banyak orang Kristen itu orang pendendam. (bd. Seorang suami yang dengan ketat  mengenakan aturan yang ketat terhadap isterinya, isterinya sangat tertekan dan menderita. Oleh aturan yang ketat.  Matilah suami yang kejam tersebut dan tidak beberapa lama  setelah kematian suaminya, ia menikah dengan pria  yang sangat mengasihinya.  Aturan suaminya itu juga yang dilakuknnya, tetapi bedanya pada suami yang pertama, ia sangat menderita menjalankan tugas, tetapi pada suaminya yang kedua ia sangat berssukacita, padahal pekerjaan tetap sama,

3.       Keselamatan universal menuntut hidup kita untuk memberitakan Injil (Mat. 28:18-20). Kita adalah agen-agen keselamatan untuk membebaskan dari kematian kepada kehidupan.


BAHAN RENUNGAN PKB 09 SEPTEMBER 2013-09-08


KOLOSE 2:11-15

Pendahuluan
Kolose adalah sebuah kota kecil di Lembah Likus yang indah, sekitar 100 mil (160 Km) sebelah timur efesus, dekat denizli, Turki moderen, berdekatan dengan Laodikia yang lebih makmur. Rasul Paulus bersama dengan Timotius mengalamatkan suratnya kepada jemaat yang disebut sebagai “saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose”. Rupanya, ia sedang berada di penjara Roma, bersama dengan Epafras ia membangun jemaat ini yang pada mulanya adalah orang-orang kafir (1:21; 2:12; 3:7).

Paulus dan Epafras mendengar masalah yang ada di jemaat itu yang disebabkan oleh mereka yang dikatakannya “yang memperdaya” jemaat dengan kata-kata indah (2:4) “mereka yang menawan kamu dengan filsafat kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia (2:8). Kata-kata atau filsafat kosong dan palsu atau jelasnya pengajaran sesat yang dibawa oleh kelompok tertentu rupanya mulai mempengaruhi penghayatan iman jemaat kepada Kristus. Rupanya diantara mereka sudah ada yang mulai tergoncang imannya dan mulai bergeser dari pengharapan Injil yaitu Yesus Kristus.

Penjelasan dan Tafsiran Teks
Sulit memang untuk mengindentifikasi kelompok penyesat yang mengancam kehidupan jemaat Kolose, tetapi ajaran dan praktek mereka di sebut sunat (2:11,13) sebagai bagian dari ketentuan hukum Taurat (2:14). Rupanya jemaat Kolose dipaksa untuk mengikuti ketentuan Hukum Taurat berupa sunat sebagai salah satu syarat untuk beroleh keselamatan. Paulus menentang hal ini dan menjelaskan kepada jemaat Kolose bahwa keselamatan mereka ditentukan bukan oleh Sunat atau ketaatan pada Hukum Taurat, melainkan oleh anugerah keselamatan dalam penebusan Yesus Kristus.

Dalam Perjanjian Lama sunat adalah suatu tanda dan menjadi identitas bagi umat pilihan Allah. Kisah tentang asal mula tanda itu termuat dalam Kejadian 17:10,11. Ketika Allah membuat perjanjian dengan Abraham, sunat ditetapkan sebagai tanda perjanjian itu untuk selamanya. Sekarang, sunat hanyalah tanda dalam daging, sesuatu yang dilakukan pada tubuh manusia. Namun, apabila orang ingin mengadakan hubungan yang khusus dengan Allah, diperlukan sesuatu yang lebih daripada sekedar tanda pada tubuhnya. Ia harus memiliki hati, pikiran, dan karakter tertentu. Di sinilah sebagian orang Yahudi membuat kekeliruan. Mereka memandang sunat dalam dirinya sendiri sebagai sesuatu yang cukup untuk menjadikan mereka khusus bagi Allah. Jauh sebelum itu, guru-guru besar dan para nabi agung telah melihat bahwa sunat daging pada dirinya sendiri tidaklah cukup dan oleh karena itu dibutuhkan sunat rohani.

Dalam Imamat si pemberi hukum berkata tentang hati yang disunat, maksudnya umat Israel harus merendahkan hati untuk menerima hukuman Allah (Im.26:41). Seruan penulis Kitab Ulangan adalah, “Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk” (Ul 10:16). Ia berkata bahwa Tuhan akan menyunat hati mereka supaya mereka mengasihi-Nya (Ul 30:6). Yeremia berbicara tentang telinga yang tidak disunat, yaitu telinga yang tidak mau mendengar firman Allah (Yer 6:10). Penulis Kitab Keluaran menulis tentang lidah yang tidak.

Hal senada dan tegas juga disampaikan Paulus dalam bacaan kita. Bahwa menurut Paulus, sunat lahiriah tidaklah menjamin keselamatan seseorang. Sunat Kristus yakni penebusanlah yang lebih utama. (ay.11). Yang dimaksud Paulus tentang Sunat Kristus adalah mengenai penanggalan tubuh yang berdosa. Sunat biasa hanya sebagian tubuh, sedangkan sunat Kristus adalah menangalkan seluruh tubuh yang berdosa menjadi ciptaan baru di dalam penebusan yang dilkakukan Kristus yakni mengampuni segala dosa (ay.13).

Penebusan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu bagaikan menghapuskan surat hutang (ay.14).  Ungkapan “surat hutang” berasal dari dunia perniagaan. Surat hutang itu ditandatangani oleh pihak yang berhutang, sehingga surat tersebut mempunyai nilai hukum. Paulus memakai ungkapan ini untuk berfungsi sebagai metafor untuk menyatakan bahwa kita berhutang kepada Allah, yang olehnya kita diganjar dengan maut (Rm 6:23). Namun tak seorangpun di dunia ini yang dapat melunasi hutang itu. Yesuslah yang melunaskan hutang itu dengan mati di kayu salib.

Menarik untuk diperhatikan dalam ayat 14 dan 15 bahwa sekonyong-konyong Paulus mulai memakai istilah “kita” dalam tulisannya, yang sebelumnya menyebut dan menyapa dengan kamu. Para pembaca surat ini adalah orang-orang bukan Yahudi, sedang Paulus adalah seorang Yahudi. Paulus tidak mengecilkan perbedaan antara seorang yang disunat dan yang tidak disunat. Tetapi pada dasarnya keduanya sama. Yahudi dan kafir, kedua-duanya harus hidup dari pengampunan dosa. Kedua-duanya berdosa di hadapan Allah. Maka Yahudi dan kafir kedua-duanya mendapat dari Allah keampunan di dalam Kristus. Sebab itu sekonyong-konyong Paulus berpindah dari kata “kamu” kepada “kita” di dalam ayat 13 dan 14. Ia menggolongkan dirinya sendiri di dalam lingkungan itu. Dengan kata lain, Paulus bersedia menyebut dirinya sama dengan kelompok tak bersunat. Ia sangat tidak mempersoalkan tentang arti sunat itu sendiri.

Relevansi dan Aplikasi
Berdasarkan Uraian di atas, silakan membuat relevansi dan aplikasinya dengan penekanan pada:

  1. Keselamatan datang sebagai anugerah..
  2. Sunat Hati lebih penting dari sunat lahiriah.
  3. Jadilah berkat bagi orang lain yang “berbeda” melalui kesaksian hidup kita.
  4.