Sunday, July 7, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKB 08 JULI 2013

 AMSAL 13:16-19

16 Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tetapi orang bebal membeberkan kebodohan. 17 Utusan orang fasik menjerumuskan orang ke dalam celaka, tetapi duta yang setia mendatangkan kesembuhan.
18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati. 19 Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati, menghindari kejahatan adalah kekejian bagi orang bebal.

Bapak-bapak Kekasih Kristus
Pada umumnya, orang berusaha mencari cara untuk mengembangkan pola kehidupan, usaha, ataupun karir; sehingga muncul berbagai teori yang berkaitan dengan eksplorasi kemampuan diri sebagai sumber kesuksesan. Misalnya, ada teori yang menjelaskan bahwa intelektual seseorang merupakan kunci keberhasilan hidupnya. Namun, terdapat pula teori yang menyanggah dan mengajarkan bahwa intelektual saja tidaklah cukup, perlu pengelolaan emosi, agar seseorang mencapai sebuah kesuksesan. Akhirnya, muncul teori lain yang berpendapat bahwa keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mengatasi masalah dan kekuatan spiritualitasnya. 

Dari perspektif Alkitab, semua teori tersebut bukanlah hal baru, sebab Salomo telah banyak berbicara tentang pengetahuan atau intelektualitas, kemampuan mengelola emosi atau permasalahan yang terkait dengan pertumbuhan hikmat seseorang, yang harus dimulai dari kehidupan yang takut akan Allah.

Kitab Amsal merupakan kitab yang dapat memberikan pencerahan bagi orang percaya dalam memahami kehidupan yang berhasil dari perspektif Allah, sehingga orang percaya dapat mengembangkan dirinya sesuai natur yang telah Allah berikan. Karena itu, pembukaan kitab Amsal memaparkan berbagai kegunaan kitab ini dalam kehidupan kita. Pelajari kitab Amsal dan mulailah hidup takut akan Allah, sehingga intelektual kita akan diisi dengan pengetahuan darinya; hati kita akan dituntun olehnya, dan kita juga akan bertumbuh dalam spiritualitas yang benar di hadapan-Nya.

Bapak-bapak Kekasih Kristus
Pasal 13 kitab Amsal ini merupakan bagian dari kumpulan dari amsl-amsal Salomo yang mulai dihimpun dari pasal 10 hingga pasal 24 kitab amsal. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Salomo memberikan beberapa strategi kehidupan untuk mencapai kesuksesan hidup sesuai arah dan jalan yag ditentukan Tuhan, yakni lewat hikmat yang berasal dari Allah. Pada ayat 16-19, ada beberapa pokok penting pengajaran Salomo yang patut kita perhatikan untuk beroleh kesuksesan hidup di dalam Tuhan, yakni:
1.       Kesuksesan hidup memang adalah anugerah Tuhan, namun manusia juga harus dan wajib untuk mengusahakannya. Salah satunya lewat pengetahuan dan kecerdikan akal pudi (ay.16). Salah satu sumber dari kegagalan adalah kebodohan. Itulah sebabnya Salomo menyebut tentang betapa pentingnya memperoleh pengetahuan.

Pada bagian ini Salomo ingin menekankan soal bagaimana pentingnya pengetahuan itu dimiliki oleh setiap orang untuk memperoleh kesusksesan hidup. Pengetahuan yang dimaksud bukan soal setinggi apa seseorang mengenyam tingkat pendidikan, namun bagaimana seseorang terbuka terhadap pengetahuan. Itulah sebabnya pada ay. 16 bacaan kita, Salomo menyebut soal orang bebal yang membeberkan kebodohannya. Bebal bearti bukan tidak mampu bersekolah tinggi, namun orang bebeal adalah orang yang menolak bimbingan dan arahan sebagai pengetahuan yang diberikan kepadanya.

Memandang diri lebih pinter dan menolak pengetahuan dari orang lalin menggiring orang bebal mempermalukan diri sendiri dan membeberkan kebodohannya. Orang bebal adalah orang yang tidak dapat ditegur dan dinasehati seakan mengangap diri lebih pnter dan benar dari orang lain. Disinilah, menurut Salomo awal kehancuran menunju masa depan.

2.       Pada ayat 18 bacaan kita, Salomo melanjutkan dampak dari orang bebal yang tidak mau menerima pengetahuan dan teguran dari orang lain. Bukan saja orang itu kelihatan bodoh, namun mereka justru kemudian menjadi miskin dan melarat alias tidak memperoleh keberhasilan hidup.  Mengapa demikian? Sebab kesuksesan hidup terjadi dalam proses pembelajaran. Orang bijak justru belajar dari pengalaman dan kegagalan serta dari kesuksesan orang lain. Jika orang bebal menutup diri dari teguran orang lain dan pengalaman orang lain, maka sudah pasti ia tidak mungkin mengalami kesuksesan. Bahkan sebaliknya menjadi cemoohan orang yang kemudian kegagalan itu menjadi sebab orang bebal ditimpa kemiskinan.

3.       Hal menarik juga disampaikan oleh Salomo dalam ayat 19 bacaan kita mengenai ciri orang bebal sehingga mereka selalu gagal dalam hidup. Salomo menyebut bahwa sulit bagi orang bebal untuk berubah. Karakter dan gaya hidup mereka adalah melakukan kejahatan.  Sehingga bagi orang bebal, adalah kekejian jika melakukan kebenaran atau menghindari kejahatan. Mereka justru harus dan sengaja berbuat kejahatan. Aneh bagi orang bebal untuk berbuat baik.

Pada bagian ini Salomo menekankan soal kekerasan hati dan karakter kaku yang dimiliki orang bebal yakni tidak mau diubah dan tidak bersedia berubah kearah yang baik dan benar. Inilah faktor utama seseorang gagal dalam hidup maupun gagal dalam prilaku iman.

Bapak-bapak Kekasih Kristus
Salomo sengaja menuliskan alasan kegagalan orang bebal untuk kita pelajari agar kita tidak hidup dengan gaya hidup yang keliru itu. Jika orang bebal tidak dapat ditegur, tidak dapat dinasehati, tidak dapat taat pada aturan yang ditetapkan, maka sebagai orang percaya kita diajak menjadi pribadi yang berlawanan dengan karakter hidup orang bebal. Sebagai orang percaya kita harus bersedia ditegur, bersedia belajar dari orang lain, bersedia pula teristimewa belajar dari Tuhan. Orang bebal akan sangat menolak didikan dan ajaran Tuhan. Itu berarti pula bahwa mereka pasti menolak taat pada perintah Tuhan.

Kemurahan Tuhan akan selalu turun kepada orang-orang yang mengasihiNya dan taat mengikuti perintahNya. Orang bebal lebih memilih menolak teguran dan juga didikan orang lain termasuk didikan Firman Tuhan. Karena itu kita harus jadi pribadi yang patuh pada didikan dan ajaran Tuhan lewat kesediaan takut akan Tuhan untuk melakukan segala perintahnya. Dengan demikian sikap takut akan Tuhan pun akan mendatangkan berbagai berkat dan kesuksesan kehidupan. Sepanjang kitab Amsal kita bisa mendapatkan berbagai bentuk kemurahan Tuhan yang dicurahkan kepada siapapun yang menerapkannya. Lihatlah beberapa diantaranya:
-          Memperpanjang umur "Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik diperpendek." (Amsal 10:27)
-          Ketentraman dan perlindungan "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26)
-          Terhindar dari jerat maut "Takut akan TUHAN adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut." (Amsal 14:27)
-          Membuat kita mampu menjauhi kejahatan "Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang menjauhi kejahatan." (Amsal 16:6)
-          Janji akan kekayaan, kehormatan dan kehidupan "Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan." (Amsal 22:4)

Bapak-bapak Kekasih Kristus
Salomo juga menekankan tentang betapa pentingnya pengetahuan dan menerima didikan itu untuk mencapai kesuksesan hidup. Pengetahuan dan didikan itu terdiri dari dua jenis menurut sumbernya, yakni pengetahuan formal lewat bangku pendidikan dan tingkatan pendidikan; kedua pengetahuan informal lewat belajar dari pengalaman orang lain; teguran orang lain dan nasehat orang lain termasuk didalamnya Nasehat Tuhan melalui FirmanNya.

Sebagai orang tua pemahaman ini sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan keluarga kita masing-masing, khususnya menyangkut masa depan anak-anak. Sebagai orang tua, kitawa wajib melakukan usaha apapun untuk dapat menfasilitasi pendidikan anak-anak ketingkat yang lebih baik dalam pendidikan Formal. Kita perlu memberikan dukungan dan pengertian bahkan pendampingan ketika anak-anak kita sedang berusaha memperoleh pengetahuan Formal.

Namun, pengetahuan formal tidaklah cukup. Merka perlu dibimbing lewat teguran dan nasehat berdasarkan pengelaman hidup yang kita alami sebagai orang tua ditengah kehidupan ini. Kita wajib memberikan nasehat dan petuah tentang bagaimana kehidupan ini dijalani dengan benar supaya sejak dini mereka terarah pada pembentukan karakter yang baik. Perlu bagi kita menanamkan pengetahuan informal berupa ajaran moral dan iman yang mengasihi sesama dan takut akan Tuhan. Dengan demikian, sudah pasti anak-anak kita terhindar dari kebribadian hidup yang buruk yakni hidup orang bebal sebagaimana yang disampaikan Salomo. Amin.

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 09 JULI 2013

AMSAL 13:23-25

Ibu-ibu kekasih Kristus
Ayat yang akan kita renungkan saat ini ada pada ayat 24 bacaan kita yang berbicara tentang metode mendidik anak. Kesuksesan hidup bukan hanya ditandai tidak mengalami kemiskinan (aya.23) atau tidak pernah mengalami kelaparan (ay.25), namun kesuksesan hidup juga ditandai dengan suksesnya orang tua dalam mendidik anak-anak mereka (ay.24). Pada ayat 24 inilah Salomo menyampaikan hal menarik tentang bagaimanakah cara menggunakan tongkat ketika mendidik anak.

Tongkat yang dimaksud oleh Salomo adalah hajaran kepada anak sebagai bagian dari mendidik anak. Apakah Salomo sengaja memberi peluang untuk melakukan kekerasan kepada anak? Apakah Alkitab mengijinkan untuk memukul anak? Hal ini menarik untuk diuraikan dalam renungan kita hari ini.

Ibu-ibu kekasih Kristus
Kita pasti mengenal pepatah: “di ujung cemeti ada emas”. Pepatah ini memberi pengertian bahwa di balik pukulan dan hajaran orang tua, terkandung di dalamnya manfaat dan faedah yang penting bagi masa depan si anak.  Namun bagaimanapun kita harus memperhatikan hal penting yang ditulis dalam kitab Amsal ini supaya orang tua tidak dengan bangga membenarkan diri untuk melakukan kekerasan pada anak-anak. Terdapat dua hal pokok yang disampaikan oleh Salomo dalam ayat 24 kitab Amsal pasal 13 ini, yakni:

1.      Bolehkah anak dididik dengan hajaran?
Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat ayat 24 bagian a yang berbunyi: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya”.  Dengan tegas Salomo mengatakan bahwa jika ada orang tua yang tidak menghajar anaknya itu bukan berarti bahwa ia menyayangi anaknya, malah sebaliknya bahwa orang tua yang tidak pernah menggunakan tongkat sama dengan orang tua yang membenci anaknya. Bagaimana mengerti bagian ini?

Banyak orang tua yang terlalu memanjakan anak, sehingga kesalahan apapun yang dilalukan anak tidak pernah dikoreksi sejak kecil. Maka ketika dia mulai bertumbuh, anak ini memiliki sikap tidak bisa diatur dan sifat keras kepala bahkan seakan menjadi penguasa. Mengapa terjadi demikian? Karena orang tua terlalu memanjakan anak.

Dengan kata lain, hajaran dan pukulan tetap perlu dilakukan untuk mendidik psikologi dan karakter anak supaya belajar menghormati orang tua. Namun pukulan dan hajaran bertujuan bukan untuk mengumbar emosi dan amarah, melainkan pukulan diberikan sebagai tanda kasih sayang agar ke depan dia belajar arti kesalahan dan mengubah prilaku yang keliru itu. Itulah yang dimaksud Salomo ketika mengatakan: “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya” (Amsal 13:24b).

2.      Bagaimana hajaran itu dilakukan?
Seperti yang disebutkan di atas, hajaran atau penggunaan tongkat kepada anak tidak dilakukan untuk mengumbar amarah dan kekerasan kepada anak, melainkan sebagai tanda cinta kasih. Perhatikan bunyi ayat 24 bagian b pada bacaan kita: “... tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya." Perhatikan kalimat pada waktunya dalam bacaan kita.!! Tanda bahwa pukulan atau hajaran itu adalah demi rasa sayang dan cinta kasih adalah ketika hajaran itu dilakukan tepat waktu.

Hal ini berarti Salomo dengn tegas menolak dan mengecam orang tua yang melakukan tindakan kekerasan kepada anak-anak. Alkitab mengecam orang tua yang memiliki “hobi” memukul anak. Tidak semua kesalahan atau kekeliruan anak harus “dihadiahi” dengan pukulan. Tidak selalu didikan itu dilakukan dengan tongkat atau pukulan. Alkitab mengatakan bahwa andaipun harus menggunakan hajaran saat mendidik anak, maka hal itu harus dilakukan tepat waktu. Tepat waktu bearti bukan setiap waktu atau setiap saat. Sebab ada metode didikan yang lain yakni berupa nasehat dan teguran. Dengan menyampaikan ini maka Salomo memberikan penegasan bahwa orang tua yang suka memukul anak adalah orang tua yang membenci anaknya. Hal itu tidak diperkenankan Tuhan.

Ibu-ibu kekasih Kristus
Lihatlah bahwa ketika kita memanjakan anak secara berlebihan dan tidak memberi hukuman ketika mereka berbuat salah, itu bukan berarti kita menyayangi anak, malah dikatakan sebaliknya, bahwa itu berarti kita membenci mereka. Saya sering menggambarkan anak kecil bagaikan kertas kosong. Seperti apa isinya nanti sangatlah tergantung dari seperti apa kita menulisnya. Jika kita ingin mereka menjadi orang-orang yang takut akan Tuhan dan hidup mencerminkan Kristus kelak, maka kita harus mulai mendidik mereka dengan benar sejak dini yakni di masa kanak-kanak mereka. Dan itu termasuk memberi hukuman yang bukan didasari oleh pelampiasan, tetapi oleh kasih. 

Alkitab tidak mengajarkan kita untuk memberi hukuman yang hanya didasari kekerasan sebagai pelampiasan kemarahan. Lihatlah ayat berikut ini: "Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya." (Amsal 19:18). Emosi yang ditumpahkan seperti itu hanya akan menimbulkan luka dan kemarahan dalam hidup mereka. Lebih lanjut firman Tuhan pun mengingatkan "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). Itulah sebabnya kita harus mendasari didikan, hajaran atau hukuman dengan kasih.

Lakukanlah engan kasih. Seperti itu pula Tuhan mendidik kita. Ada kalanya kita pun harus melalui hukuman Tuhan yang mungkin menyakitkan, tetapi itu semua Dia lakukan bukan untuk menyiksa kita, tetapi justru karena besar kasihNya pada kita. "..Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." (Ibrani 12:6). Justru kita harus bersyukur ketika ditegur atau dihukum Tuhan, karena itu artinya kita adalah anak-anak yang dikasihiNya. Tuhan selalu rindu agar kita menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Dan untuk membentuk karakter seperti itu, memang ada kalanya kita harus mendapat ganjaran atas kesalahan kita.

Ibu-ibu kekasih Kristus
Seperti cara Tuhan mendidik kita, demikian pula seharusnya kita mendidik anak-anak kita. Tuhan menghajar orang bukan karena membenci, tetapi justru karena mengasihi. Itu pula yang harus menjadi dasar dalam mendidik anak-anak. Jangan lupa pula untuk memperlakukan masing-masing dengan mempertimbangkan sifat-sifat dasar mereka. Seringkali yang terbaik untuk dilakukan bukan menyamaratakan semuanya, tetapi berlaku adil dilakukan dengan memikirkan apa yang terbaik bagi masing-masing anak, karena firman Tuhan berbunyi "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6). Apa yang kita ajarkan sekarang akan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter mereka di masa depan.

Didiklah anak-anak kita sejak masa kecilnya, dan berikan hukuman jika memang harus. Tapi dasarilah itu semua dengan kasih dan bukan kemarahan. Kenalkanlah Kristus dengan segala kebaikanNya sejak dini. Jangan lupa pula bahwa sebagai orang tua, kita pun harus selalu mampu memberi contoh teladan lewat sikap hidup dan perbuatan kita sendiri. Berikan mereka contoh peran yang baik. Seperti apa kita mendidik mereka saat ini akan menghasilkan seperti apa mereka kelak di kemudian hari. Pada saatnya kelak kita akan bersukacita melihat anak-anak kita bertumbuh dalam kekudusan dan tidak mudah terpengaruh arus sesat dunia. Anda rindu untuk menikmati itu? Mulailah mendidik mereka dengan benar sesuai firman Tuhan hari ini juga. Amin