Friday, April 19, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH MINGGU 21 APRIL 2013


ULANGAN 16:1-4

Jemaat Tuhan,...
Kitab Ulangan merupakan kitab terakhir dari kitab-kitab Musa yang biasa disebut dengan Pentateukh (latin: 5 kitab/5 wadah/5 gulungan). Itu berarti Kitab Musa tediri dari lima kitab. Lima kitab dimaksud adalah: Kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan.

Mengapa kitab kelima ini disebut dengan kitab Ulangan? Nama asli Ibrani dari kitab ini  adalah ‘elleh haddebarim yang berarti “Inilah perkataan-perkataan” atau, lebih sederhana, debarim (“perkataan-perkataan; lih. 1:1). Selanjutnya ketika lima kitab Musa ini ditersemahkan ke dalam bahasa Yunani, kelima kitab ini kemudian disebut dengan istilah Septuaginta.

Dalam kitab Septuaginta atau biasa disimbolkan dengan LXX, kitab ini disebut dengan istilah to deuteronomion touto yang berarti “pemberian hukum yang kedua ini” yang diambil dari Ulangan 17:18. Penggunaan istilah “pemberian hukum yang kedua ini” didasari bahwa isi dari kitab ini adalah “Pengulangan” dari hukum2 yang sudah disampaikan Musa sebelumnya. Itulah sebabnya nama kitab Musa yang kelima ini dalam terjemahan Indonesia disebut sebagai Kitab Ulangan.

Kitab Ulangan berisi tentang pidato Musa ketika bangsa Israel sedang berada di wilayah Moab, di daerah di mana Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya yang begitu emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan. Penekanan rohani kitab ini adalah panggilan untuk berkomitmen total kepada Allah dalam ibadah dan ketaatan.

Dengan kata lain kitab ini merupakan nasehat Musa yang mengulang kembali kisah perjalanan umat selama 40 tahun di padang gurun dan mengingatkan mereka segala ketetapan –peraturan – hukum TUHAN, Allah Israel supaya mereka tidak melupakan Firman dan kisah perjalanan mereka bersama TUHAN ketika sebentar lagi memasuki Tanah Perjanjian yakni Negeri Kanaan.

Jemaat Tuhan,...
Bacaan kita hari ini yakni Ulangan 16:1-4 berisi tentang upaya Musa untuk mengingatkan Israel agar mereka tetap merayakan Paskah ketika nanti mereka memasuki Tanah Perjanjian atau tanah Kanaan. Bagaimanakah cara umat Israel merayakan Paskah itu? Dengan sangat detail Musa menyampaikan tahap demi tahap perayaan Paskah itu harus dilakukan. Dalam bacaan kita, minimal ada 4 poin utama tetang bagaimana tata cara hari raya Paskah itu harus dilakukan, yakni:
1.      Kapan dilaksanakan?
Menurut ayat 1 bacaan kita, hari raya Paskah harus dilaksanakan pada bulan Abib. Namun dalam kitab Bilangan 9:1-5 kita menemukan bahwa Tuhan memerintahkan agar Paskah dirayakan pada bulan Nisan tanggal 14 atau hari yang ke-14. Mengapa nama bulan ini berbeda? Apakah Musa menggantikan waktu pelaksanaan?

Bulan Abib maupun bulan Nisan jatuh pada musim yang sama. Abib berarti gandum menguning; Nisan berarti musim semi. Baik bulan Abib maupun bulan Nisan sama-sama jatuh pada bulan Maret-April sesuai penanggalan moderen dan keduanya berada pada musin yang sama, yakni musim semi, musim panen jelai dan panen rami. Itulah sebabnya orang Kristen merasayakan paskah disekitar bulam Maret hingga bulan April.

2.      Apa yang dilakukan dalam perayaan itu?
Menarik untuk ditelusuri bahwa perayaan Paskah dilakukan dan dihubungkan erat dengan Hari raya Roti tidak beragi (ayat 2 dan 3). Hari raya Paskah dilakukan pada tanggal 14 sedangkan hari raya Roti Tidak beragi dirayakan keesokan harinya yakni pada hari ke-15 bulan Abib atau bulan Nisan. Pada Hari Raya Paskah umat harus mempersembahkan kambing domba dan lembuh sapi; sedangkan pada hari raya Roti tidak beragi mereka harus memakan roti tidak beragi selama tujuh hari.

Perintah ini sarat dengan makna pengulangan. Yaitu umat mengenang kembali karya Allah yang luar biasa melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir melalui darah anak domba yang dioleskan di tiap tiang rumah. Roti tidak beragi disebut juga roti penderitaan, karena umat mengalami penderitaan di Mesir sekaligus lambang terburu-burunya umat meninggalkan Mesir. Dengan melakukan proses perayaan seperti ini diharapkan umat tidak melupakan karya Tuhan yang besar dalam kehidupan mereka. Kisah Mesir adalah kisah yang perlu tetap diingat rayakan sebab disitulah umat melihat TUHAN, Allah mereka berkarya dalam sejarah Israel.

3.      Di manakah Korban Paskah itu dipersembahkan?
Perhatikanlah perintah pada ayat 2 bacaan kita. Korban Paskah itu harus dipersembahkan di tempat yang ditunjuk oleh Tuhan. Mengapa demikian? Sebab Tuhan adalah pribadi yang suci. Tanah Kanaan menyembah banyak allah dan memiliki banyak mezbah persembahan. Semua tempat itu najis dan tidak layak. Karena itu penting untuk ditentukan Tuhan tempat yang nantinya IA khususkan dan kuduskan bagi persembahan Paskah.

Dengan kata lain, tidak sembarang tempat umat beribadah dan mempersembahkan korban bagi Tuhan. Mereka harus memilih tempat yang khusus yang disiapkan oleh Allah.

Jemaat Tuhan,...
Berdasarkan Firman Tuhan ini, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan untuk dapat relevansikan dalam kehidupan beriman kita, yakni:
1.       Merayakan Paskah berarti juga mengingat rayakan dan memberitakan karya Tuhan yang telah menyelamatkan kita dari Dosa. Allah telah melewatkan (Ibrani: Pesakh = paskah) kuasa maut dalam hidup kita sehingga kita diselamatkan oleh darah anak domba Allah yakni Yesus Kristus.  Merayakan Paskah berarti tidak melupakan perbuatan Allah itu, sekaligus menjaga hidup kita agar tetap dalam karya keselamatan Allah.

2.       Merayakan Paskah berarti mengingat perbuatan Allah dalam hidup Israel. Kita adalah Israel baru yang juga mengalami perbuatan Allah yang ajaib dalam hidup kita. Ada banyak perbuatan Allah yang terkarya dalam hidup beriman kita. Sudahkan kita tetap mengingatnya? Atau apakah terlalu mudah melupakan semua yang telah Tuhan lakukan?

Bentuk merayakan Paskah adalah lewat mempersembahkan korban syukur Paskah. Sudahkah pula kita mengingat perbuatan Allah dengan selalu bersyukur kepada Tuhan? Apakah yang kita persembahankan kepada Tuhan sebagai rasa syukur atas perbuatan Allah dalam hidup kita. Persembahan  bisa dalam bentuk uang atau materi. Berapa besar jumlahnya? Itu sangat tergantung pada seberapa besar saudara bersyukur. Namun yang utama bukan soal nilai besar-kecilnya melainkan ketulusan hati untuk mempersembahkannya. Paling utama bukanlah materi, namun menurut Roma 12:1 kita wajib mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup. Artinya, seluruh hidup kita harusnya dikaryakan sebagai tanda syukur atas anugerah dan berkat yang Tuhan lakukan dalam hidup ini.

Karena itu marilah selalu mengingat karya Tuhan dalam hidup kita, dan janganlah lupa terhadap segala kebaikan TUHAN dalam hidup ini. Persembahkanlah hidup kita sebagai tanda syukur atas keselamatan, anugerah dan berkatNya dalam perjalanan hidup dan masa depan kita. Amin.

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKB 22 APRIL 2013


ULANGAN 16:13-15

Jemaat Tuhan,...
Kitab Ulangan merupakan kitab terakhir dari kitab-kitab Musa yang biasa disebut dengan Pentateukh (latin: 5 kitab/5 wadah/5 gulungan). Itu berarti Kitab Musa tediri dari lima kitab. Lima kitab dimaksud adalah: Kejadian, keluaran, imamat, bilangan dan ulangan.

Mengapa kitab kelima ini disebut dengan kitab Ulangan? Nama asli Ibrani dari kitab ini  adalah ‘elleh haddebarim yang berarti “Inilah perkataan-perkataan” atau, lebih sederhana, debarim (“perkataan-perkataan; lih. 1:1). Selanjutnya ketika lima kitab Musa ini ditersemahkan ke dalam bahasa Yunani, kelima kitab ini kemudian disebut dengan istilah Septuaginta.

Dalam kitab Septuaginta atau biasa disimbolkan dengan LXX, kitab ini disebut dengan istilah to deuteronomion touto yang berarti “pemberian hukum yang kedua ini” yang diambil dari Ulangan 17:18. Penggunaan istilah “pemberian hukum yang kedua ini” didasari bahwa isi dari kitab ini adalah “Pengulangan” dari hukum2 yang sudah disampaikan Musa sebelumnya. Itulah sebabnya nama kitab Musa yang kelima ini dalam terjemahan Indonesia disebut sebagai Kitab Ulangan.

Kitab Ulangan berisi tentang pidato Musa ketika bangsa Israel sedang berada di wilayah Moab, di daerah di mana Sungai Yordan mengalir ke Laut Mati (1:5). Sebagai tindakan akhir melimpahkan kepemimpinannya kepada Yosua, ia memberikan kata-kata perpisahannya yang begitu emosional kepada bangsa Israel untuk mempersiapkan mereka masuk ke Kanaan. Penekanan rohani kitab ini adalah panggilan untuk berkomitmen total kepada Allah dalam ibadah dan ketaatan.

Dengan kata lain kitab ini merupakan nasehat Musa yang mengulang kembali kisah perjalanan umat selama 40 tahun di padang gurun dan mengingatkan mereka segala ketetapan –peraturan – hukum TUHAN, Allah Israel supaya mereka tidak melupakan Firman dan kisah perjalanan mereka bersama TUHAN ketika sebentar lagi memasuki Tanah Perjanjian yakni Negeri Kanaan.

Jemaat Tuhan,...
Pada Kitab Ulangan 16, Musa mengingatkan tentang tiga hari raya besar yang harus dirayakan oleh umat Tuhan. Tiga hari raya itu adalah: Hari raya Paskah (ayat 1-2); Hari Raya Roti Tidak Beragi (ayat 3-8); dan Hari raya Pondok Daun (ayat 13-15). Bacaan kita hari mengulas tentang Hari Raya Pondok Daun. Apakah hai raya pondok daun itu? Dan bagaimana memaknainya dalam hidup orang percaya?

Jemaat Tuhan...
Hari Raya PONDOK DAUN Juga disebut Perayaan Menuai (Kel 23:16; 34:22), atau disebut "Hari Raya" (1Raj 8:2,65; Yeh 45:25), atau pesta Yahwe (Im 23:39). Pesta ini merupakan pesta terakhir dari ketiga Pesta, yang menurut Kel 23:16-17 dan Ulangan 16:1-15 harus dirayakan setiap tahun. Alasan sejarah pesta itu seperti disebutkan oleh Im 23:42-43 adalah sebuah usaha dari waktu kemudian untuk mengkaitkan pesta-pesta besar dengan peristiwa-peristiwa tertentu pada awal sejarah bangsa Israel.

Hari Raya Pondok Daun (bahasa Ibrani: sukkōt) atau perayaan Tabernakel adalah sebuah Hari Raya Yahudi; merupakan perayaan pengucapan syukur bagi Israel atas hasil panen yang dirayakan selama tujuh hari pada bulan purnama di antara bulan September dan Oktober. Tepatnya, hari raya ini dilaksanakan pada 15 Tisyri menurut Kalender Yahudi). Perayaan ini disebut dengan "Sukkot" dalam bahasa Ibraninya karena aspek utama dari festival ini adalah sebuah pondok (sukkah).

Di dalam Alkitab, festival ini dimaknai sebagai festival panen utama bangsa Yahudi (Keluaran 23: dan Ulangan 16:), serta juga disebut festival utama Bait Allah (Bilangan 29), dan sebagai pengingat bagi bangsa Israel mengenai pengembaraan yang mereka lakukan di padang pasir ketika keluar dari tanah Mesir (Imamat 29). Pada masa pengembaraan, umat Israel tinggal dalam pondok-pondok sementara, yang pada perayaan ini direpresentasikan dengan sebuah pondok. Dalam konsep sebagai festival panen, perayaan ini menandakan berakhirnya musim panen. Para petani datang ke Yerusalem bersama keluarganya untuk bersyukur atas hasil panen yang mereka terima. Selama masa pergi ke Yerusalem ini mereka tinggal di dalam pondok tersebut.

Jemaat Tuhan,....
Dalam Ulangan 16:13-15 kita menemukan ada beberapa penekanan penting dalam perayaan Pondok Daun ini, yakni:

1.      Kapan dilaksanakan?
Dalam ayat 13 disebutkan bahwa hari raya ini dilaksanakan setelah mereka selesai melakukan panen. Dengan kata lain hari raya ini adalah hari raya syukur panen. Setiap orang Israel yang telah selesai panen wajib merayakan hari raya pondok daun ini. Itu berarti umat diajarkan lewat hari raya ini untuk melakukan persembahan syukur kepada Allah sambil membawa hasil panen mereka ketika akan melaksanakan perayaan ini.

Melaksanakan hari raya setelah panen berarti bahwa umat tidak melupakan Tuhan atas segala anugerah dan karyanya dalam kehidupan mereka dan yang telah memberkati tanah mereka dan membuat segala usaha mereka berhasil (ay.15)

2.      Bagaimana dilaksanakan?
Pada ayat 15 bacaan kita bahwa hari raya ini harus dilakukan selama 7 hari dengan suasana pesta yang penuh sukacita. Hari raya ini selain melambangkan rasa syukur, juga menggambarkan suasana hati yang girang dan gembira. Mereka melakukan pesta jamuan dan menikmati suasana tersebut dengan kegembiraan dengan penuh sukacita

Secara tidak langsung kegiatan ini merupakan hari2 umat menikmati hasil panen sekaligus hari-hari yang digunakan untuk rehat dan istirahat dari beban kerja yang sangat berat semasa menuai hasil panen tersebut. Hal ini bukan hanya menjadi penyegaran jiwa dan suasana hati, tetapi juga menyegarkan fisik dari kelelahan yang amat sangat saat sekian lama bekerja.

3.      Siapa saja yang merayakannya?
Perhatikanlah ayat 14 bacaan kita! Perayaan dan pesta itu bukan saja untuk kaum keluarga, namun untuk seluruh warga dan para pekerja. Bukan saja untuk para pemilik ladang atau tuan, namun juga bagi seluruh hamba dan kaum miskin termasuk orang asing, anak yatim dan para janda. Mereka yang tidak memiliki apa2 dan kurang mampu turut diundang dan menikmati kegembiraan itu.

Dengan kata lain, perayaan ini sarat dengan pengajaran kemanusiaan untuk mengajak umat belajar peduli dan berbagi berkat TUHAN, Allah mereka kepada kelompok orang atau pribadi yang kurang beruntung secara ekonomi. Umat dipangil untuk tidak hidup egois dan angkuh namun sebaliknya diajak untuk bersedia peduli dan berbagi bagi mereka yang membutuhkan.

Jemaat Tuhan.....
Orang Kristen memang tidak memiliki kewajiban untuk merayakan hari raya ini. Namun pelajaran tentang makna dibalik perayaan Pondok Daun wajib dilakukan dalam kehidupan beriman kita.  Ada beberapa pokok penting dari ajaran Firman Tuhan ini yang dapat kita maknai dalam kehidupan beriman kita, yakni:

Pertama, Jangan pernah melupakan Tuhan yang telah memberkati dan membawa keberhasilan dalam hidup kita ini. Bersyukur kepada Tuhan atas karya dan anugerahnya adalah kewajiban iman setiap orang percaya. Memberikan persembahan syukur atas hasil berkat yang Tuhan anugerahkan harusnya dipahami sebagai panggilan iman dan bukan hanya sekedar kewajiban dan ataupun tradisi semata. Bersyukur dan berterimakasih kepada Allah adalah cara yang paling baik untuk mengakui bahwa Tuhanlah yang telah melakukan segala perkara indah dalam hidup kita ini.

Kedua,  Janganlah menjadi pribadi yang egois dan serakah sehingga melupakan orang lain di tengah keberhasiolan kita. Dalam tradisi Israel, hari raya pondok daun dilakukan secara bersama lewat mengundang siapapun termasuk mereka yang lemah dan rentah secara eknomi. Kamum papah seperti para hamba, janda, yatim dan orang asing turut bergembira dalam pesta keberhasil panen itu. Sudahkah kita mengingat orang lain yang kurang beruntung dalam keajaiban keberhasil hidup kita? Sudahkah kita berbagi dengan orang lain sebagai tanda syukur keberhasil kerja dan usaha kita. Itulah makna Pondok daun bagi kita dewasa ini.

Kiranya Tuhan memampukan kita mengerjakan dan mengisi hidup ini dengan tidak melupakan Tuhan sang pemberi anugerah dan juga tidak mengabaikan orang lain yang gagal di tengah keberhasilan kita. Amin.

Sunday, April 7, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 09 APRIL 2013


LUKAS 24:13-16

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Dapatkah kita membayangkan bagaimanakah kondisi hati kita jika ditinggalkan oleh orang yang benar-benar kita cintai? Perasaan yang paling mendominasi adalah rasa kehilangan. Rasa itu memunculkan kondisi diri yang sedih, beradaptasi lagi untuk menata hati karena kehilangan. Tentu, situasi ini bukanlah situasi yang menyenangkan, atau mudah untuk dikalahkan. Untuk beberapa orang yang ditinggalkan, kesedihan hati bisa sangat mendominasi di dalam kehidupan mereka, sehingga mereka tidak dapat beraktivitas dengan normal, tidak dapat tertawa, dan menikmati hidup dengan sewajarnya.

Sama seperti kondisi hati dua orang murid Tuhan Yesus ketika mereka sedang melakukan perjalanan ke Emaus dalam bacaan kita saat ini. Belum hilang rasa sedih mereka karena ditinggalkan oleh Dia yang sangat dicintai, mereka harus merasa sedih lagi karena mengetahui kubur-Nya kosong. Situasi yang sangat pedih, perih, dan kehilangan yg mendalam membuat mereka sejenak menjadi lupa bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Allah, penuh dengan kuasa yang juga mampu memulihkan kesedihan hati mereka. Sampai saat Tuhan Yesus datang di antara mereka, hadir di sela-sela waktu mereka berjalan, mereka tidak mampu menyadari bahwa Ia adalah Tuhan Yesus yang mereka cintai dan mereka rindukan selama ini.

Seperti dikatakan dalam Injil Lukas: “Kami dulu mengharapkan bahwa Dialah yang Nabi yang akan dating yang akan menyelamatkan Israel” tapi akhirnya Yesus mati disalib. Sementara ada kabar burung bahwa Yesus bangkit. Dan menampakkan diri kepada para wanita yang pergi ke makamnya. Kedua murid itu semakin tidak karuan pandangan mereka tentang Yesus yang selama itu dia ikuti. Hati mereka tidak karuan Kecewa, putus asa dan bingung. Mereka pun takut kepada orang Yahudi yang juga mengejar para pengikut Yesus. Di tengah keputusasaan dan kekalutan itu Yesus hadir.

Namun karena kekalutan dan keputusasaan yang menyelimuti pikirannya maka dia tidak menyadari bahwa yang ada di sampingnya itu adalah Yesus. Sungguh aneh bahwa mereka tidak mengenali Yesus. Mereka adalah orang yang dekat dengan Yesus, bagaimana mungkin Mereka tidak mengenali Yesus. Para penafsir Injil Lukas mau menggambarkan bahwa mereka begitu kalut dan kecewa bercampur ketakutan. Disebutkan ada sesuatu yang yang menghalangi mata mereka. Apakah yang menghalangi mata mereka. Ini mau menggambarkan bahwa kehadiran Yesus tidak dilihat oleh mereka. Yesus menyertai mereka namun mereka tidak menyadari akan kehadirannya.

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Perhatikan bacaan kita di atas, tidak disebutkan bahwa Tuhan Yesus datang mendekati mereka dengan menyamar, tidak juga disebutkan bahwa Allah menaruh sesuatu untuk menghalangi mata. Tetapi jelas disebutkan bahwa ada “sesuatu” yang menghalangi mata kedua orang ini sehingga mereka tidak dapat mengenali Tuhan Yesus.

Apakah “sesuatu” yang menghalangi mata mereka itu. Kita bisa belajar dari pengalaman kedua orang murid ini bahwa bisa saja ada sesuatu yang menghalangi mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus, bahkan saat Dia sebenarnya sedang menghampiri kita, berdiri di sisi kita, dan berjalan bersama kita.

Pertama, jika kita memperhatikan ayat 17-20, kita akan menemui betapa dalamnya kesedihan mereka atas kematian Tuhan Yesus. Krisis, entah itu positif atau negatif bisa menutupi mata kita untuk mengenali Tuhan Yesus. Krisis seringkali membuat kita melupakan bahwa kita mempunyai Yesus yang jauh lebih besar dari semua krisis yang bisa menimpa hidup kita.

Kedua, perhatikan ayat 21! Ada sebuah pengharapan pada diri murid-murid tentang bagaimana peran Mesias di dalam kehidupan bangsa Israel. Sayangnya pengharapan mereka tidak sesuai dengan kehendak Allah. Apakah salah berpengharapan? Tidak, tetapi dari pengalaman murid-murid ini, kita melihat bahwa pengharapan-pengharapan yang salah, yang kemudian tidak terpenuhi seringkali menghalangi mata kita untuk melihat ada kehendak Allah yang jauh lebih sempurna daripada pengharapan-pengharapan manusia yang seringkali bersifat egois.

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Pertanyaan yang lebih penting adalah, bagaimana supaya “sesuatu” yang menghalangi mata kita untuk mengenali Yesus itu bisa diangkat. Jawabannya ada di ayat 32, “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”. Ya, dengarkan perkataan Allah, renungkan kebenaran Kitab Suci, jangan menjadi lamban untuk percaya; maka mata kita tidak akan lagi terhalang untuk mengenali keberadaan Yesus yang selalu dekat dengan kita.

Sebagai sebuah refleksi bagi kita, dalam kekalutan kegagalan kita sering mengatakan dan mencari Tuhan: Di manakah Engkau Tuhan mengapa Engkau tidak menyertai aku justru dalam saat-saat begini. Mengapa Engkau meninggalkan aku di saat aku membutuhkanMu! Kesedihan yang mendalam ternyata bisa berpengaruh terhadap perilaku kita. Kesedihan yang dialami dua murid Tuhan Yesus membuat mereka tidak bisa mengenal Tuhan Yesus. Sama seperti kita yang ada kalanya tertimpa pergumulan hidup. Saat kita mulai larut dengan masalah yang kita hadapi, mampukah kita tetap selalu merasakan kehadiran dan pertolongan Tuhan?

Ibu-Ibu PKP yang dikasihi Tuhan...
Ada sebuah cerita kecil yang bagus untuk kita simak: Ada seorang anak kecil berjalan bersama Yesus di pantai. Walaupun anak kecil itu tidak melihat Yesus namun dia percaya Yesus berada di sampingnya karena dia melihat ada empat tapak kaki. Dua tapak kakinya dan dua lainnya adalah tapak kaki Yesus. Anak itu begitu gembira melihat tapak-tapak kaki itu. Namun ketika berada di lam kerikil dan berbatu dia hanya melihat dua tapak kaki. Dia mulai takut dan panic. Di mana tapak kaki yang lainnya. Kemudian dia berteriak. Tuhan di mana Engkau? Mengapa tapak kakimu tidak ada. Yesus menjawab. Anakku.. ketika engkau berada dalam pasir yang lembut Engkau menapak dengan kakimu sendiri tetapi ketika berada dalam bebatuan aku menggendongmu supaya kakimu tidak terantuk pada batu. Lalu anak itu tersenyum dan mengatakan pada Yesus: Yesus engkau sungguh penolongku.

Demikianlah dalam hidup kita kita juga sering mengalami kekalutan, keputus-asaan dan kekecewaan. Mari kita juga seperti murid di Emaus bilang: Tinggalah bersama kami. Dan begitu mereka tahu Yesus berada bersama mereka, mereka begitu bersemangat untuk memberi kesaksian tentang Tuhan yang telah bangkit.  Amin

Tuesday, April 2, 2013

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 03 APRIL 2013



BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 03 APRIL 2013
MATIUS 15:32-39

Jemaat Tuhan....
Injil Matius adalah Injil pertama dalam Perjanjian Baru, meski secara periodisasi penulisan lebih muda di banding Injil Markus. Injil Matius ditujukan kepada orang Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya bagian-bagian dari Taurat atau Perjanjian lama yang dikutip untuk mempertegas tulisan Matius. Injil Matius juga sangat menekankan pokok ajaran tentang Tuhan Yesus sebagai mesias yang di pilih oleh Allah dan menegaskannya dengan garis keturunan dari Raja Daud (Bdg. Matius 1: 1 dst). Injil Matius sarat dengan pengajaran-pengajaran yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sebagai tokoh utamanya. Yang paling terkenal adalah pengajaran Tuhan Yesus di sebuah bukit. Pengajaran ini terkenal dengan sebutan Khotbah Di Bukit (Matius 5-7). Pengajaran Tuhan Yesus ini sangat menyentuh kehidupan sehari-hari dari orang-orang yang mengikuti Dia.

Akan tetapi, pengajaran saja tidak cukup maka untuk menegaskan semua pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menyertainya dengan tanda-tanda dan mujuzat-mujizat. Salah satunya adalah apa yang tercatat dalam nas kita hari ini (Matius 15: 32-39).  Oleh LAI nas ini di beri judul Yesus Memberi Makan Empat Ribu Orang, sedang versi lainnya tercatat dalam Markus 8:1-10.

Jemaat Tuhan....
Kisah tentang Tuhan Yesus memberi makan empat ribu orang memang tidak seterkenal cerita Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang (Matius 14:13-21, bahkan sampai di buat lagunya). Ceritanya hampir mirip tetapi tentu agak berbeda meski lokasi kejadian sama-sama di seputar danau Galilea. Ketika Yesus hendak memberi makan empat ribu orang (yang dihitung hanya laki-laki dan belum termasuk perempuan dan anak-anak).

Perhatikan ayat 32, bacaan kita! Disebutkan bahwa hati-Nya tergerak oleh belas kasihan karena orang banyak yang mengikuti Dia selama tiga hari. Maka, Ia meminta murid-murid-Nya untuk mengumpulkan roti dan ikan yang ada pada mereka (:32-34). Kemudian dengan  ucapan syukur Tuhan Yesus membagi-bagikan roti dan ikan  kepada murid-murid-Nya dan dilanjutkan kepada orang banyak. Sehingga mereka semua makan sampai kenyang bahkan tersisa tujuh bakul penuh (ay.35-37).

Mujizat memberi makan empat ribu orang lebih, dengan hanya berasal dari sedikit roti, yakni tujuh ketul dan beberapa ekor ikan kecil adalah terletak pada saat hati yang tergerak oleh belas kasih, ucapan syukur yang tulus dan tangan yang terulur untuk memberi. Inilah bentuk kemustahilan tersebut terjadi  ketika ada tindakan dari suara hati dan kekaguman pada anugerah Tuhan dengan teladan yang ditunjukkan.

Dengan kata lain kita menemukan ada beberapa unsur penting dari hadirnya Mujizat itu, yakni:
1.      Ayat 32, Yesus tergerak oleh belas Kasihan
Mujizat terjadi selalu dimulai atas prakarsa ilahi. Kita tidak pernah bisa menentukan terjadinya Mujizat. Tuhanlah yang menentukan, Tuhanlah yang memulai. Namun ada alasan mengapa Tuhan mau memulai dan melakukan mujizat, yakni tergerak oleh belas kasihan. Mujizat adalah anugerah karena Tuhan peduli bagi kita.

2.      Ayat 34, meyerahkan 7 ketul roti dan beberapa ikan
Perhatikanlah bahwa benar mujizat terjadi atas inisiatif Ilahi. Namun juga harus diikuti dari keinginan manusia untuk mewujudkannya. 4000 0rg laki2 itu setia dan focus pada pengajaran hingga tidak makan selama 3 hari lamanya (ay.32). Hal itu menggerakkan Yesus untuk mengerjakan mujizat bagi mereka. Dengan kata lain, mencari Allah lebih dahulu, mujizat akan diterima selanjutnya.

Kemudian mujizat itu terjadi atas kesediaan manusia terlibat di dalamnya. Para murid dan bebrapa orang tergerak juga menolong orang banyak yang kelaparan. Apa yang ada pada mereka diserahkan kepada Tuhan Yesus. Tujuh ketul roti diberikan kepada Yesus. Perhatikanlah bahwa mustahil memberi makan 4000 orang hanya dengan 7 ketul roti. Namun inilah yang penting, yakni mereka melakukan bagian mereka yang dapat dikerjakan, dan sisanya Tuhan Yesus yang selesaikan.

3.      Ayat 36, Yesus mengucap syukur dan membagikannya
Mustahil 7 ketul roti menjadi banyak untuk dimakan 4000 orang. Namun itulah kenyataannya. Hal yang kecil di tangan manusia tidak berguna, namun jika diserahkan di tangan Sang Ilahi akan berbeda hasilnya. Hal kecil di tangan kita sering dilihat kecil dan tak berfaedah, namun Yesus yang Maha Besar kuasanya itu dapat mengubah yang tak berguna menjadi bermanfaat besar.

Kita tidak harus memulai sesuatu dengan hal-hal besar!! Jangan menghitung dan mengukur pelayanan secara matematis. Jangan tunggu modal besar baru kemudian melakukan sesuatu untuk pekerjaan Tuhan. Apa yang kita meiliki, walau kecil, lakukanlah. Selanjutnya biarlah Tuhan yang cukupkan semua itu untuk menjadikannya mujizat.

4.      Ayat 37, Mujizat terjadi, ada sisa 7 bakul.
Hal yang luar biasa terjadi dalam bacaan kita bukan hanya soal 4000 orang itu kenyang, namun lebih dari itu masih ada sisa dari yang tadinya terasa tidak cukup. Dengan modal 7 buah roti, mereka menerima saldo 7 bakul lagi setelah proyek mustahil itu selesai dikerjakan.

Mujizat terjadi bukan hanya cukup dan sesuai kebutuhan. Mujizat terjadi dengan hasil melipah hingga berkelebihan juga. Sesuatu hal menjadi bearti jika paling awal semuanya diserahkan kepada Yesus. Mujizat terjadi di tangan Yesus asalkan juga tangan kita tergerak menyerhkan kepadaNya.


Jemaat Tuhan....
Belas kasihan terhadap mereka yang miskin, susah, dan menderita itu mudah, tetapi sejauh mana kita digerakkan oleh belas kasihan itu hingga terwujud dalam tindakan menolong mereka? Bagaimana dengan Tuhan Yesus sendiri?

Tuhan Yesus juga mengharapkan kita menunjukkan belas kasihan dan kepedulian terhadap semua orang tanpa membedakan status, jenis kelamin, suku, dan ras. Kita perlu memperhatikan kebutuhan manusia secara holistik. Bila kita merasa potensi dan kemampuan kita tidak seberapa, jangan cemas, tetapi serahkanlah kepada Yesus. Ia akan mencukupkan kita untuk menjadi saluran berkat bagi banyak orang. Oleh karena itu, selain memberitakan Injil kita juga harus melayani kebutuhan fisik mereka yang menderita agar mereka disentuh oleh kasih Allah yang sungguh nyata di dalam hidup kita sehingga mau percaya Tuhan Yesus.

Jemaat Tuhan....
Empat Ribu orang tersebut dikatakan telah mengikut Yesus selama 3 hari dan mereka tidak mempunyai makanan. Mengikut Yesus-lah yang menjadi fokus mereka, bukan perut, bukan diri. Ini membuktikan konsep nilai yang mereka miliki, bahwa mereka adalah sekelompok orang yang sudah mempunyai kepastian di dalam mengikut Tuhan, hanya berfokus kepada Kristus dan memberikan diri mereka sepenuhnya berserah di dalam pengaturan dan pemeliharaan Allah. Orang-orang seperti inilah yang dipelihara Tuhan dalam keutuhannya.

Inilah teladan yang seharusnya menjadi ciri-ciri orang Kristen di dalam mengikut Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah yang menjadi fokus di dalam hidup kita? Tuhan Allah? Atau tuhan yang lain? Uang? Perut? Kenyamanan diri? Keluarga? Fokus ini dapat dideteksi dengan sederhana saja, lihatlah hal-hal apa yang sehari-hari paling menyita perhatian kita. Renungkanlah, benarkah kita menyerahkan dan mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan? Maukah kita membiarkan Tuhan yang memelihara dan mengatur seluruh hidup kita?

Marilah kita bersama-sama sekali lagi menajamkan fokus kita kepada Tuhan, kemudian berhenti memusingkan hal-hal yang lain lebih dari memikirkan dan melakukan kehendak Allah. Ingat dan percayalah bahwa makanan kita pun berasal dari tangan Allah, yang akan memberikannya pada waktu-Nya dan dengan cara-Nya. Mari kita meneladani 4000 orang ini, yang setia mengikut Tuhan dan sepenuhnya berserah, sampai kehendak Tuhan yang mahabaik jadi pada waktu-Nya. Amin