Thursday, October 4, 2012

BAHAN RENUNGAN HARI MINGGU 07 OKTOBER 2012


KISAH RASUL 15:22-29

A. P e n d a h u l u a n
Menjadi terpandang adalah impian semua orang. Dihormati dan dihargai sebagai pribadi yang penting adalah juga hal yang amat diharapkan banyak orang. Namun kadang orang mengusahakanya dengan cara yang keliru. Mencari pengakuan tersebut kadang menghalalkan segala cara. Padahal pengakuan2 seperti itu biasanya datang dgn sendirinya berdasarkan apa yang sudah kita kerjakan dan lakukan menurut penilaian orang lain. Jadi yang menyatakan kita terpandang bukanlah diri kita, namun harusnya orang lain.

Hal ini tercontohkan dengan baik dalam bacaan kita. Bahwa suatu ketika di Yerusalam pada jaman gereja mula-mula, di adakanlah Sidang Sinode untuk membahas tentang strategi pelayanan dalam rangka melawan ajaran-ajaran palsu di Antiokhia oleh para pengajar sesat yang datang dari Yerusalem.

B. Uraian Isi Perikop
Nampak di dalam isi surat itu (ay.24) bahwa ada beberapa pengkhotbah yang pergi ke gereja di Antiokhia yang tidak diutus oleh jemaat Yerusalem, dan yang tidak menerima aturan tentang hal itu. Mereka pergi atas nama mereka sendiri, dan menyebarkan pandangan mereka sendiri. Gereja sangat menyesalkan saudara-saudara yang berasal dari kaum legalis itu yang menyebabkan adanya masalah dan perpecahan. Kita tidak membaca mengenai hal itu dalam notulen ini, tetapi Paulus, dalam suratnya kemudian tentang orang-orang itu, menyebut mereka sebagai saudara-saudara palsu (Galatia 2:4). Kita hanya membaca bahwa mereka tidak diberi tugas oleh para rasul di Yerusalem, dan juga bahwa Sidang pertama di Yerusalem tidak setuju atau tidak suka dengan pekerjaan mereka yang membawa perpecahan.

Itulah sebabnya sidang memutuskan bahwa Rasul-rasul dan Penatua- penatua di Yerusalem memilih dua orang terpandang untuk mendampingi Paulus dan Barnabas ke Antiokia untuk menjelaskan hasil sidang di Yerusalem. Kedua orang itu ialah Yudas yang biasa disebut Barsabas dan Silas (ay.22). Tugas utama dari dua orang ini adalah mendampingi Rasul Paulus dan Rasul Barnabas. Alkitab mencatat bahwa baik Paulus maupun Barnabas adalah Tokoh besar yang cukup disegani. Jika mereka sangat disegani, mengapa perlu didampingi? Jawabannya hanya satu, yakni Pastilah Tugas ke Antiokhia ini sangat berat dan karena itu perlu untuk ada tambahan tenaga.

Yang menarik untuk direnungkan adalah, mengapa Silas dan Yudas yang dipilih? Bahkan menurut ayat 22 bagian akhir mereka disebut sebagai orang yang terpandang. Siapakah mereka itu? Sayang sekali, Alkitab tidak memuat informasi tentang jati diri dari kedua tokoh ini. Yang sempat disebutkan bahwa Silas adalah Seorang teman seperjalanan Paulus, Kis 15:40-18:5 dan sesungguhnya sama dengan Silwanus yang namanya disebutkan dalam surat 1 Tesalonika 1:1; 2Korintus 1:19.

Selanjutnya, mengapa mereka disebut terpandang? Alkitab tidak menguraikan alasan Sidang Gereja di Yerusalam menyebut mereka sebagai pribadi yang terpandang. Namun dalam ayat 26 bacaan kita ditemukan bahwa kedua orang ini telah mempertaruhkan nyawa mereka demi Nama Tuhan Yesus Kristus. Tidak seperti umumnya mereka dikatakan terpandang karena melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Mereka mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan Yesus Kristus (26). Sebagai seorang pemimpin gereja di Yerusalem. Silas tentu mengalami banyak tantangan dari pihak-pihak orang Yahudi.

Sedemikian beratnya tantangan itu, sampai ia harus mempertaruhkan nyawanya. Itulah yang membuat Silas (juga Yudas Barsabas) menjadi orang terpandang. Bukan karena atribut yang melekat atau dilekatkan pada dirinya tetapi karena melakukan pelayanan dengan rasiko yang begitu besar. Para pemimpin gereja di Yerusalem memilih dan mengutus mereka karena dedikasi yang besar. Mereka sedia mengorbankan segala sesuatu untuk Tuhan Yesus Kristus, bahkan nyawa sekalipun.

Dengan demikian dari Yudas Barsabas dan Silas kita mendapat petunjuk tentang ciri-ciri orang "terpandang" yang semestinya melayani gereja : 

1.       Sedia mengorbankan apa yang ada pada dirinya (bukan mencari keuntungan bagi dirnya). 
2.       Mempunyai reputasi (nama baik) atas imannya dalam kehidupan berjemaat (bukan hanya reputasi di masyarakat dan lingkungan kerjanya).
3.       Setia melakukan pekerjaan pelayanan sekalipun harus mengalami ketidaknyamanan (bukan melayani untuk merasakan nyaman). 

Selanjutnya marilah kita memperhatikan isi surat yang dititipkan oleh Sidang di Yerusalam kepada dua orang yang terpandang ini (ayat 23-29). Dari seluruh isi surat dapatlah disimpulkan bahwa surat ini adalah Surat yang Bijaksana dan Peka terhadap masalah. Oleh karena itu tidaklah heran bila akhirnya jemaat-jemaat itu mendapat berkat dari surat tersebut (31). Itu juga merupakan kunci sukses dari pengimplementasian keputusan pertemuan di Yerusalem. Para pemimpin sering kali menganggap bahwa setelah kesepakatan dibuat maka selanjutnya adalah tugas bawahan untuk melaksanakannya. Padahal untuk memahami suatu keputusan tidaklah mudah, mereka harus menafsir dan menjabarkan sendiri ke dalam bentuk-bentuk yang lebih praktis. Itulah sebabnya di tingkat bawahan, kesalah-pahaman dan konflik sering terjadi.

Para rasul agaknya memahami hal ini. Karena itulah mereka mengambil berbagai langkah untuk menjamin suksesnya pengimplemen-tasian kesepakatan Yerusalem, agar kesatuan Kristen tidak hanya terjadi di kalangan para rasul, namun juga seluruh Kristen dimana pun mereka berada. Mereka memberikan informasi yang jelas dan tuntas kepada jemaat-jemaat tentang keputusan Yerusalem, secara tertulis dan lisan melalui orang-orang yang berkualitas (ay.22), untuk menjamin kesahihan dan keobyektifan informasi. Kemudian mereka menegaskan posisi mereka tentang tuntutan sunat (ay.24).

Penegasan ini penting bagi Kristen di Antiokhia sebagai suatu konfirmasi dan peneguhan atas doktrin atau ajaran yang sudah mereka yakini selama ini. Dan itu tidak dilakukan hanya dengan pernyataan lisan, namun keputusan Roh Kudus. Allah melegitimasi keputusan itu karena itulah keputusan resmi dan berlaku bagi semua jemaat di sepanjang zaman.

Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan? Setelah jemaat Antiokhia membaca surat itu dan bertemu dengan para utusan rasul dari Yerusalem, mereka bersuka cita, terhibur, dan dikuatkan (31-32). Ini merupakan bukti bahwa keputusan dan pengimplementasiannya telah dilakukan secara bijak dan sehat. Ini merupakan bukti bahwa gereja mula-mula mempunyai manajemen yang baik.

Dari uraian isi surat ini kita dapat menyimpulkan bahwa dari setiap pelayanan para Rasul dalam gereja mula-mula termasuk strategi menghadapi masalah adalah: agar jemaat mengalami penghiburan, sukacita, penguatan, dan tetap dipersatukan dalam menghadapi segala macam tantangan dan ancaman yang semakin banyak.

C. Aplikasi dan Relevansi
Menjadi pemimpin tanpa hikmat Tuhan dapat mengaburkan pengambilan keputusan untuk menyelesaikan berbagai masalah pelik. Mungkin itu sebabnya, banyak masalah internal gereja kini yang tak kunjung terselesaikan. Bagaimana seharusnya para pemimpin bersikap untuk mengambil keputusan yang tepat? Dan apa dasar-dasar dalam pengambilan keputusan itu?

Dalam bacaan hari minggu ini, kita membaca tentang hasil persidangan Yerusalem yang disampaikan kepada jemaat Antiokhia mendatangkan sukacita. Pertama, persidangan pemimpin gereja di Yerusalem menghasilkan keputusan yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan jelas sehingga kemungkinan kesalahpahaman pun dapat dihindari (ayat 31). Kedua, para pemimpin gereja mengutus Yudas dan Silas untuk menyampaikan surat tersebut sekaligus menyatakan niat baik dari para pemimpin gereja di Yerusalem untuk menerima jemaat Antiokhia menjadi bagian dari umat Allah (ayat 22-28). Inilah berkat yang tidak terduga oleh jemaat Antiokhia. Yudas dan Silas ditunjuk sebagai wakil para pemimpin di Yerusalem berdasarkan kredibilitas mereka yang telah teruji (ayat 26). Ketiga, isi surat itu sangat melegakan hati jemaat di Antiokhia (ayat 31).

Dengan mengacu pada keputusan para pemimpin di Yerusalem yang sesuai dengan kehendak Tuhan, jemaat di Antiokhia bisa mengatasi konflik pengajaran yang berbeda (ayat 24). Mereka pun tahu bagaimana menjalankan kehidupan yang kudus sesuai firman Tuhan (ayat 29).

Dari pengalaman krisis jemaat Antiokhia, kita melihat dua prinsip. Pertama, Tuhan mengizinkan masalah di dalam gereja untuk mendewasakan umatnya. Kedua, perselisihan internal gereja yang diselesaikan secara tepat dengan mengikuti pimpinan Tuhan akan mendatangkan persatuan dan damai sejahtera.

Saat ini kita diutus sebagai utusan TUHAN yang harusnya dinilai terpandang juga di Mata Tuhan maupun orang banyak. Kita di sebut terpandang bukan karena status sosial kita; bukan pula karena jabatan dan harta kekayaan kita. Namun menjadi utusan Tuhan yang terpandang adalah terukur dari perbuatan nyata yang sungguh mengasihi Tuhan dan berkorban bagi kemuliaan namaNya melalui pengorbanan bagi sesama. Itulah yang dilakukan Yudas dan Silas, yang juga harus dilakukan oleh kita.

SELAMAT MELAYANI