Monday, October 29, 2012

BAHAN RENUNGAN PKP 30 OKTOBER 2012


TITUS 3:8-11

PENGANTAR
Titus adalah seorang pelayan yang dikader oleh Rasul Paulus. Ada banyak kondisi sulit yang dihadapi Titus di Kreta tempat ia melayani. Salah satunya adalah munculnya berbagai ajaran sesat sehingga menjadi perdebatan dalam jemaat. Ada beberapa saran Paulus terhadap kondisi ini yang harus segera dilakukan dan diajarkan Titus kepada jemaatnya yang tertuang dalam suratnya kepada Titus

TELAAH PERIKOP
Paulus menganjurkan kepada Titus untuk memperhatikan beberapa hal penting ketika menghadapi kondisi di Kreta, yakni:
1.      Lakukanlah Pekerjaan Baik (ay.8)
Umat Kristen di Kreta sering diperlakukan kurang baik oleh Pemerintah yang berlaku tidak adil serta pula orang banyak sekitar yang mencemooh iman mereka dan meremehkan mereka di depan umum. Apalagi banyak ajaran sesat yang berusaha untuk menganggu keutuhan jemaat. Paulus menasehati bahwa mereka harus tetap berbuat baik kepada semua orang termasuk kepada yang menjahati mereka sekalipun.

Paulus menekankan bahwa semua perbuatan baik yang dilakukan oleh orang percaya dengan cara tunduk kepada pemerintah ataupun berbuat baik kepada semua orang bukanlah pertama-tama dilakukan atas motivasi demi menyenangkan pemerintah atau sesama manusia, namun sebagai wujud hidup orang percaya yang telah diselamatkan oleh anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

Perbuatan baik kepada pemerintah dan sesama haruslah dipahami bukan sebagai syarat untuk dapat diselamatkan. Sebab umat percaya tidak diselamatkan karena perbuatan baik kita (ay.4) namun justru karena anugerah Allah. Karena itu motivasi yang tepat untuk tunduk pada para penguasa dan sesama harus dilakukan sebagai tanda syukur atas kemurahan Allah.

2.      Hindari Pertengkaran (ay.9-11)
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 9-10 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Titus dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut. Itulah sebabnya dalam ayat 10 Paulus mengajak Titus untuk meninggalkan si penyesat itu (bidat) supaya tidak lagi ada perdebatan yang membawa perselisihan. Selanjutnya biarlah Tuhan sendiri yang akan berurusan dengan orang itu karena dosanya (ay.11


APLIKASI DAN RELEVANSI
Kekristenan bukan hanya sebuah ajaran ketuhanan (teologi).  Kekristenan adalah sebuah nilai hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan nyata, di tengah masyarakat.  Dari surat Paulus ini kita dapat belajar bagaimana seharusnya orang-orang Kristen bersikap ketika harus hidup sebagai kelompok minoritas, di sebuah masyarakat dan pemerintahan yang tidak mengenal nilai-nilai kekristenan.  Paulus menasihati orang-orang Kristen di pulau Kreta agar mereka tunduk dan taat kepada pemerintah.  Sikap yang serupa juga harus ditunjukkan terhadap masyarakat, yaitu sikap bersahabat dan anti-kekerasan.

Mudahkah bersikap demikian?  Tentu tidak mudah!  Apalagi bila kita hidup di tengah pemerintah dan masyarakat yang tidak bersahabat dengan kekristenan. Namun, orang-orang Kristen mempunyai beberapa alasan (motivasi) yang jelas untuk bersikap demikian.  Pertama, kita harus ingat bahwa kita juga orang-orang berdosa (ay.3).  Firman Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati, juga secara rohani.  Bukankah sikap arogan dan merasa diri paling suci (dan orang lain sesat) sering digunakan sebagai alasan untuk memusuhi atau bahkan menganiaya orang lain?  Di Indonesia, kenyaatan semacam ini sangat memprihatinkan.  Kedua, kita harus senantiasa mengingat kasih dan kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita.  Jika kita ingat kasih dan kemurahan Tuhan kepada kita, masih adakah alasan untuk menahan kasih dan kemurahan kita kepada orang lain?  


Selanjutnya kita diajarkan untuk menjauhkan diri dari segala bentuk percekcokan dan perselisihan yang tidak menguntungkan. Entah itu berhubungan dengan pelayanan ataupun hidup bermasyarakat. Lebih baik hidup berdamai dengan semua orang, dan jika perlu tinggalkan orang-orang termasuk tertangga sekalipun jika ia selalu mencari persoalan atau fitnah dan gosip yang mendatangkan percekcokan. Amin

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 31 OKTOBER 2012


2 RAJA-RAJA 23:1-14

Jemaat Kekasih Kristus
Siapakah Yosia? Ia adalah salah satu raja Israel, seorang raja yang masih muda. Ia naik tahta pada saat berumur delapan tahun (2 Raj. 22:1), anak dari raja sebelumnya yaitu raja Amon (2 Raj. 21:26). Ayahnya Yosia adalah seorang raja yang melakukan hal-hal yang jahat di mata TUHAN, seperti juga yang telah dilakukan oleh kakeknya, raja Manasye (2 Raj. 21:20). Namun Yosia ternyata berbeda dengan ayah dan kakeknya, ia tidak menjadi seorang raja yang berbuat jahat. Sebaliknya, ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. (2 Raj. 22:2). Apa yang hebat tentang Yosia?

Sesungguhnya-lah, Yosia adalah seorang pahlawan. Yosia adalah raja yang juga adalah pahlawan bangsanya.

Jemaat Kekasih Kristus
Seorang pahlawan, yang pertama-tama, adalah seorang yang memberikan hidupnya bagi orang lain. Ia tidak mengutamakan kedudukan, tidak meninggikan kuasa dan wibawa, tidak mencari-cari hormat dari dunia, melainkan berupaya untuk memberikan apa yang terbaik dalam kemampuan-nya kepada banyak orang. Bukankah demikian sosok raja Yosia?

Dalam kemudaannya, ia tidak menjadi raja yang tinggi hati atau mementingkan kuasa yang dimilikinya. Sebaliknya, ketika ia mendengar Firman Tuhan beserta ucapan-ucapan kutuk terhadap bangsanya, raja Yosia begitu menyesal hingga mengoyakkan pakaiannya (2 Raj. 22:11). Ia tahu betul betapa hebat kemarahan Tuhan karena perbuatan orang tua serta bangsa Israel yang tidak setia. Ia begitu prihatin atas nasib bangsanya.

Ia ingin bangsanya terluput, barangkali Tuhan bersedia meredakan murka-Nya yang menyala-nyala. Ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dengan dilihat oleh seluruh rakyatnya, ia tidak memikirkan bagaimana citra diri serta wibawanya sebagai raja, melainkan ia mengharapkan keselamatan bangsanya yang berdosa itu. Bukankah itu adalah sikap seorang pahlawan yang agung?

Yang kedua, seorang pahlawan juga adalah seorang yang meninggikan kebenaran di atas kepentingan dirinya. Ketika raja Yosia menemukan kebenaran itu dalam Hukum Taurat yang dibacakan padanya, segala kepentingan dirinya disingkirkan ke belakang. Bahkan, segala kepentingan lain disingkirkan ke belakang. Masalahnya jelas: bangsa Israel telah mengkhianati perjanjian yang mereka lakukan dengan Tuhan, bahkan mereka sudah melupakan perjanjian itu. Dengan tidak ragu-ragu, raja Yosia mengumpulkan seluruh orang Yehuda dan penduduk Yerusalem, agar mereka mendengar kembali kitab perjanjian yang telah mereka lupakan. Itu adalah hal yang paling penting, bahkan lebih penting daripada kedudukannya sebagai raja: Yosia membacakan sendiri kitab perjanjian itu (2 Raj. 23:2). Kebenaran bagi Yosia lebih utama daripada status dirinya sebagai raja, sungguh ia seorang pahlawan besar.

Yang ketiga, seorang pahlawan mempunyai komitmen yang kuat atas apa yang harus diperjuang-kannya. Bahkan ia tidak hanya membawa komitmen itu bagi dirinya sendiri, melainkan membawa serta orang-orang di sekelilingnya untuk turut mengambil komitmen yang serupa. Yosia tidak berhenti dengan hanya membacakan kitab perjanjian itu, melainkan menyatakan komitmen, menyatakan diri untuk hidup dengan mengikuti Tuhan, dan tetap menuruti perintah-perintah-Nya, peraturan-peraturan-Nya dan ketetapan-ketetapan-Nya dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan untuk menepati perkataan perjanjian yang tertulis dalam kitab itu. Dan seluruh rakyat turut mendukung perjanjian itu. (2 Raj. 23:3) Kita lihat, sang raja Yosia telah melepaskan kuasanya sebagai raja yang dapat mengatur apapun sesuka hatinya, beralih tunduk pada perintah, peraturan, dan ketetapan Tuhan. Itulah komitmen yang dibuat oleh seorang pahlawan!

Yang keempat, seorang pahlawan adalah seorang yang bekerja sesuai dengan apa yang dinyatakannya. Ketika Yosia selesai menyatakan perjanjian antara dia dengan Tuhan, Yosia segera bertindak. Ia membersihkan Bait Tuhan, membersihkan Yerusalem, bahkan membersihkan seluruh tanah Yehuda dari segala sesembahan yang menjijikan hati Tuhan. Dalam perjalanannya, kelihatannya tidak ada seorang pun yang berani menentang raja Yosia, namun pastilah apa yang dilakukannya itu sama sekali tidak populer bagi penduduk negeri ini yang sudah terbiasa menyembah dewa-dewa serta memuaskan diri dengan nafsu. Lihatlah bagaimana kuatnya intensitas Yosia dalam mentaati Firman yang didengarnya; ia tidak perlahan-lahan, ia tidak ragu-ragu. Ia menghancurkan segala sesuatu yang telah dibangun ayah dan kakeknya serta banyak orang Israel tanpa merasa sayang, tanpa memberi kesempatan lain. Seorang pahlawan yang dengan yakin maju berperang demi apa yang diyakininya.

Walaupun pada akhirnya Yosia tewas dalam pertempuran melawan Mesir serta penerusnya tidak mengikuti komitmen yang sama, melainkan kembali melakukan yang jahat di mata Tuhan, Yosia tetap telah menjadi raja pahlawan bangsanya. Bahkan, sebenarnya ia menjadi pahlawan bagi diri kita juga sekarang.

Jemaat Kekasih Kristus
Dengan memandang kepada raja Yosia, kita juga dapat belajar untuk mengutamakan kebaikan bagi banyak orang, memberi hidup kita bagi orang lain. Jika Yosia yang adalah seorang raja sanggup memberikan hidupnya yang berkelimpahan demi kebaikan bangsanya, bukankah kita juga – yang hanyalah orang biasa -- juga dapat memberikan hidup kita bagi kebaikan banyak orang? Kita dapat membuka mata lebar-lebar, memandang bagaimana keadaan di sekitar kita, apa yang dibutuhkan oleh orang lain, dan terutama, apakah Kristus telah ada dalam hidup mereka. Itulah kebaikan yang terbesar, memberikan keselamatan dalam hidup yang kekal kepada orang lain.

Kita juga dapat belajar untuk mengutamakan kebenaran di atas segala sesuatu, bahkan di atas hidup kita sendiri. Di jaman masa kini, di mana kebenaran yang sungguh-sungguh telah diragukan, bahkan ditolak, orang banyak, kita dapat menyatakan kebenaran itu sebagai hal yang nyata dan utama dalam hidup. Bila raja Yosia menemukan kembali kitab perjanjian, kitab Hukum Taurat, bagi kita sekarang telah tersedia Alkitab, yaitu Firman Allah yang hidup. Dapatkah kita belajar dari raja Yosia untuk meninggikan Alkitab lebih daripada segala sesuatu? Hal ini sangat penting, karena walaupun Alkitab ditulis dengan bahasa yang biasa dipahami manusia, namun isinya berisi kebenaran yang mutlak, baik dalam perintah, penuturan sejarah, karya sastra, maupun surat-surat pengajaran yang diberikan.

Dan bagaimanakah dengan komitmen kita untuk setia kepada Tuhan?
Jika pada Yosia ada Perjanjian Lama, maka pada kita terdapat Perjanjian Baru antara kita dengan Tuhan. Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal, untuk mati dan bangkit bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Bagian hidup kita adalah bertobat dan percaya pada Tuhan Yesus Kristus serta hidup di dalam-Nya. Ini bukan hal yang mudah atau sederhana, sebab kita harus melepaskan ego dan keakuan diri kita, melepaskan keinginan kita untuk mengatur hidup sesuka hati, untuk hidup menurut perintah yang Tuhan berikan. Ini adalah komitmen yang tidak cukup hanya diucapkan, melainkan harus menjadi dasar dari seluruh kehidupan.

Jemaat Kekasih Kristus
Yang terakhir, dengan belajar dari raja Yosia, apakah yang kita lakukan? Dapatkah kita dengan tegas membuang segala sesuatu yang najis di hadapan Tuhan, seperti kepahitan, dendam, atau iri hati atau keserakahan? Mungkin tindakan kita ini tidak populer bagi dunia, tidak sesuai dengan jalan pikiran dunia yang penuh nafsu dan keserakahan, yang tak berbeda dari penyembahan berhala. Tetapi jika raja Yosia dapat memiliki intensitas penuh untuk menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi bangsanya dengan Tuhan, maka kita pun dapat memiliki intensitas yang serupa untuk menyingkirkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan antara kita dengan Tuhan.

Marilah jadikan hidup kita berarti bagaikan hidup seorang pahlawan, yang berjuang dengan gagah berani. Menjadi teguh dalam Tuhan yang telah memampukan kita semua. Amin

BAHAN RENUNGAN PKB 29 OKTOBER 2012


TITUS 3:1-7

PENGANTAR
Titus adalah seorang pelayan yang dikader oleh Rasul Paulus. Ada banyak kondisi sulit yang dihadapi Titus di Kreta tempat ia melayani. Salah satunya adalah perlakuan tidak adil pemerintah terhadap umat waktu itu dan juga sikap dan pola hidup umat Krsiten di Kreta yang tidak mejadi teladan Kristus bagi orang lain. Ada beberapa saran Paulus terhadap kondisi ini yang harus segera dilakukan dan diajarkan Titus kepada jemaatnya yang tertuang dalam suratnya kepada Titus

TELAAH PERIKOP
Paulus menganjurkan kepada Titus untuk memperhatikan beberapa hal penting ketika menghadapi kondisi di Kreta, yakni:
1.      Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada Pemerintah? (ay.1)
Umat Percaya dimintakan untuk melakukan ketaatan penuh kepada para penguasa atau pemerintah lewat tunduk kepada setiap perintah yang disampaikan. Mengapa perlu taat kepada pemerintah bahkan tunduk pada kekuasaan mereka. Dalam Roma 13:1-7 kita menemukan alasannya, yakni:

Pertama, pemerintah ada karena perkenan Allah (ayat 1). Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka berkuasa. Kepada Pilatus yang menyalibkan-Nya, Yesus berkata: “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas” (Yohanes 19:11). Kita tunduk pada pemerintah, bukan berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Allah yang menetapkan mereka.

Kedua, karena pemerintah ditetapkan oleh Allah, maka otoritas tertinggi ada di tangan Allah. Pemerintah yang memimpin menurut cara Allah akan memimpin dengan adil (ayat 3). Jika perintah mereka berlawanan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan. Beberapa contoh sikap dalam Alkitab: dua bidan di Mesir yang tidak menaati Firaun; Daniel yang melanggar titah Raja Darius, Petrus dan Yohanes yang menolak perintah mahkamah agama. Mereka tidak kasar berontak, tetapi dengan jelas dan tegas menyampaikan kebenaran apa pun risikonya.

2.      Bagaimanakah Sikap Orang Kristen Kepada masyarakat sekitar? (ay.2)
Paulus berpesan melalui Titus agar jemaat, pengikut Yesus, selalu ramah terhadap semua orang. Berlaku ramah bukan hanya kepada sesama pengikut Yesus, melainkan juga kepada semua orang, kepada mereka yang berlaku baik terhadap jemaat maupun yang tak menyukai jemaat. Kelemah-lembutan adalah suatu karunia Roh Kudus (Gal.5:23). Dengan demikian karena orang percaya telah dikuasai Roh Kudus maka sudah sepatutnya hidup ramah kepada semua orang.

3.      Apakah Motivasi melakukan dua hal di atas? (3-7)
Paulus menekankan bahwa semua perbuatan baik yang dilakukan oleh orang percaya dengan cara tunduk kepada pemerintah ataupun berbuat baik kepada semua orang bukanlah pertama-tama dilakukan atas motivasi demi menyenangkan pemerintah atau sesama manusia, namun sebagai wujud hidup orang percaya yang telah diselamatkan oleh anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.

Perbuatan baik kepada pemerintah dan sesama haruslah dipahami bukan sebagai syarat untuk dapat diselamatkan. Sebab umat percaya tidak diselamatkan karena perbuatan baik kita (ay.4) namun justru karena anugerah Allah. Karena itu motivasi yang tepat untuk tunduk pada para penguasa dan sesama harus dilakukan sebagai tanda syukur atas kemurahan Allah.


APLIKASI DAN RELEVANSI
Kekristenan bukan hanya sebuah ajaran ketuhanan (teologi).  Kekristenan adalah sebuah nilai hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan nyata, di tengah masyarakat.  Dari surat Paulus ini kita dapat belajar bagaimana seharusnya orang-orang Kristen bersikap ketika harus hidup sebagai kelompok minoritas, di sebuah masyarakat dan pemerintahan yang tidak mengenal nilai-nilai kekristenan.  Paulus menasihati orang-orang Kristen di pulau Kreta agar mereka tunduk dan taat kepada pemerintah.  Sikap yang serupa juga harus ditunjukkan terhadap masyarakat, yaitu sikap bersahabat dan anti-kekerasan.

Mudahkah bersikap demikian?  Tentu tidak mudah!  Apalagi bila kita hidup di tengah pemerintah dan masyarakat yang tidak bersahabat dengan kekristenan. Namun, orang-orang Kristen mempunyai beberapa alasan (motivasi) yang jelas untuk bersikap demikian.  Pertama, kita harus ingat bahwa kita juga orang-orang berdosa (ay.3).  Firman Tuhan mengajarkan kita untuk bersikap rendah hati, juga secara rohani.  Bukankah sikap arogan dan merasa diri paling suci (dan orang lain sesat) sering digunakan sebagai alasan untuk memusuhi atau bahkan menganiaya orang lain?  Di Indonesia, kenyaatan semacam ini sangat memprihatinkan.  Kedua, kita harus senantiasa mengingat kasih dan kemurahan Allah yang telah menyelamatkan kita.  Jika kita ingat kasih dan kemurahan Tuhan kepada kita, masih adakah alasan untuk menahan kasih dan kemurahan kita kepada orang lain?  Amin

 

Monday, October 15, 2012

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 17 OKTOBER 2012


2 TIMOTIUS 2:22-26

PENDAHULUAN
Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho-pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus kepada Timotius untuk mengajaknya melakukan pelayanan dengan strategi pelayanan yang lebih efektif.

TELAAH PERIKOP
Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan agar lebih efektif dan kreatif. Apakah yang harus dilakukan oleh Timotius? Ada beberapa pokok yang ditekankan Paulus, yakni:
1.       Utamakan Hal-Hal Yang mulia
Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Timotius adalah seorang Pelayan yang masih berusia muda. Orang muda biasanya lebih tidak sabar, rapuh, mudah goyah dan gampang tergoda. Itu semua disebut Paulus sebagai nafsu orang muda dan hal itulah yang harus dihindari Timotius. Bagaimana caranya? Timotius dimintakan untuk memikirkan, menginginkan dan melakukan hal-hal yang lebih tinggi dan mulia dari pada ”nafsu orang muda” tersebut.

Yang dimaksud Paulus adalah, sebagai seorang hamba Tuhan, Timotius justru harus lebih mengutamakan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai ketika hidup dalam kebersamaan persekutuan dan jemaat. Nampaknya saat surat ini ditulis, Timotius sedang menghadapi orang-orang yang menghambatnya dan sengaja mengacaukan pelayanannya.

2.       Berani Tampil Beda
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 23-24 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Timotius dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut.

3.       Membunuh Musuh dengan menjadikannya seorang Saudara
Hal inilah yang ditekankan Paulus kepada Timotius dalam ayat 25-26 ketika ia menghadapi banyak penentang dalam pelayanannya. Daripada menciptakan musuh, Paulus mengajak untuk mengeyahkan musuh-musuh Timotius dengan cara menyadarkan mereka dan menggiring mereka kepada kebenaran sehingga dapat mengubah mereka menjadi sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Timotius harus memiliki kecakapan mengajar yang mumpuni dan strategi jitu untuk menuntun seorang yang suka melawan dan mencari-cari persoalan itu ke arah pengenalan akan Allah. Timotius harus memberikan kesempatan tiap pribadi untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman dan kesembuhan rohani dengan cara memimpin mereka agar sadar dari jalan yang salah itu.  

Aplikasi dan Relevansi
Merawat kuku gajah bukanlah kemewahan, melainkan lebih pada keharusan. Menurut artikel dalam The Kansas City Star, jika kaki gajah-gajah yang ditangkap tidak dirawat secara teratur, mereka akan cenderung terkena infeksi yang dapat berakibat fatal. Akan tetapi, menggunting kuku kaki binatang yang bobotnya bisa mencapai 6 ton itu merupakan pekerjaan berbahaya. Jadi, ada orang yang memunculkan sebuah ide. Ia mengembangkan alat bernama “sirip untuk gajah” yang dapat mempermudah para pawang dalam menenangkan seekor gajah dengan mengaktifkan alat itu di samping gajah. Alat itu tingginya 3,6 meter, beratnya lebih dari 15 ton, dan harganya kurang lebih 900 juta rupiah. Beberapa kebun binatang telah membeli alat yang sangat membantu ini. Kegiatan ini disebut dengan strategi menghadapi masalah dengan resiko yang kecil.

Memerhatikan orang lain juga bisa berisiko. Paulus menjelaskan bahwa menolong orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran juga bisa mengandung bahaya. Namun, Paulus tak menawarkan alat canggih untuk menolong orang-orang yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain (2 Timotius 2:23,25). Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa ketika kita harus memerhatikan pikiran dan perasaan orang lain, kita tak dapat bergantung pada kecerdikan dan otot manusia. Yang sangat kita perlukan adalah hikmat Allah. Pelayan Tuhan tak boleh memicu pertengkaran atau menjadi sombong. Sebaliknya, ia harus lemah lembut dan sabar (ayat 24).

Memadukan kebenaran dan kasih karunia saat menghadapi bahaya, jauh lebih baik daripada sikap melindungi diri sendiri. Sikap ini menggambarkan hati Pribadi yang ingin kita perkenalkan kepada orang-orang yang menyimpang itu

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah! Amin.


GUNAKAN SIKAP BIJAK DAN penuh kasih
SAAT MENYADARKAN KEMBALI ORANG YANG TERSESAT

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 17 OKTOBER 2012


2 TIMOTIUS 2:22-26

PENDAHULUAN
Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho-pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus kepada Timotius untuk mengajaknya melakukan pelayanan dengan strategi pelayanan yang lebih efektif.

TELAAH PERIKOP
Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan agar lebih efektif dan kreatif. Apakah yang harus dilakukan oleh Timotius? Ada beberapa pokok yang ditekankan Paulus, yakni:
1.       Utamakan Hal-Hal Yang mulia
Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Timotius adalah seorang Pelayan yang masih berusia muda. Orang muda biasanya lebih tidak sabar, rapuh, mudah goyah dan gampang tergoda. Itu semua disebut Paulus sebagai nafsu orang muda dan hal itulah yang harus dihindari Timotius. Bagaimana caranya? Timotius dimintakan untuk memikirkan, menginginkan dan melakukan hal-hal yang lebih tinggi dan mulia dari pada ”nafsu orang muda” tersebut.

Yang dimaksud Paulus adalah, sebagai seorang hamba Tuhan, Timotius justru harus lebih mengutamakan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai ketika hidup dalam kebersamaan persekutuan dan jemaat. Nampaknya saat surat ini ditulis, Timotius sedang menghadapi orang-orang yang menghambatnya dan sengaja mengacaukan pelayanannya.

2.       Berani Tampil Beda
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 23-24 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Timotius dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut.

3.       Membunuh Musuh dengan menjadikannya seorang Saudara
Hal inilah yang ditekankan Paulus kepada Timotius dalam ayat 25-26 ketika ia menghadapi banyak penentang dalam pelayanannya. Daripada menciptakan musuh, Paulus mengajak untuk mengeyahkan musuh-musuh Timotius dengan cara menyadarkan mereka dan menggiring mereka kepada kebenaran sehingga dapat mengubah mereka menjadi sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Timotius harus memiliki kecakapan mengajar yang mumpuni dan strategi jitu untuk menuntun seorang yang suka melawan dan mencari-cari persoalan itu ke arah pengenalan akan Allah. Timotius harus memberikan kesempatan tiap pribadi untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman dan kesembuhan rohani dengan cara memimpin mereka agar sadar dari jalan yang salah itu.  

Aplikasi dan Relevansi
Merawat kuku gajah bukanlah kemewahan, melainkan lebih pada keharusan. Menurut artikel dalam The Kansas City Star, jika kaki gajah-gajah yang ditangkap tidak dirawat secara teratur, mereka akan cenderung terkena infeksi yang dapat berakibat fatal. Akan tetapi, menggunting kuku kaki binatang yang bobotnya bisa mencapai 6 ton itu merupakan pekerjaan berbahaya. Jadi, ada orang yang memunculkan sebuah ide. Ia mengembangkan alat bernama “sirip untuk gajah” yang dapat mempermudah para pawang dalam menenangkan seekor gajah dengan mengaktifkan alat itu di samping gajah. Alat itu tingginya 3,6 meter, beratnya lebih dari 15 ton, dan harganya kurang lebih 900 juta rupiah. Beberapa kebun binatang telah membeli alat yang sangat membantu ini. Kegiatan ini disebut dengan strategi menghadapi masalah dengan resiko yang kecil.

Memerhatikan orang lain juga bisa berisiko. Paulus menjelaskan bahwa menolong orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran juga bisa mengandung bahaya. Namun, Paulus tak menawarkan alat canggih untuk menolong orang-orang yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain (2 Timotius 2:23,25). Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa ketika kita harus memerhatikan pikiran dan perasaan orang lain, kita tak dapat bergantung pada kecerdikan dan otot manusia. Yang sangat kita perlukan adalah hikmat Allah. Pelayan Tuhan tak boleh memicu pertengkaran atau menjadi sombong. Sebaliknya, ia harus lemah lembut dan sabar (ayat 24).

Memadukan kebenaran dan kasih karunia saat menghadapi bahaya, jauh lebih baik daripada sikap melindungi diri sendiri. Sikap ini menggambarkan hati Pribadi yang ingin kita perkenalkan kepada orang-orang yang menyimpang itu

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah! Amin.


GUNAKAN SIKAP BIJAK DAN penuh kasih
SAAT MENYADARKAN KEMBALI ORANG YANG TERSESAT

BAHAN RENUNGAN IBADAH KELUARGA 17 OKTOBER 2012


2 TIMOTIUS 2:22-26

PENDAHULUAN
Filippo Inzaghi adalah seorang striker sepakbola asal Italia. Gaya permainan bolanya tidak secantik Ronaldinho-pemain nasional Brasil. Tubuhnya kecil, kecepatan larinya pun rata-rata. Namun, yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya mencari ruang kosong, sehingga setiap serangan yang ia buat menjadi efektif. Tak banyak gaya, tetapi gol tercipta. Itulah yang membuatnya menjadi striker yang tetap diandalkan oleh AC Milan, timnya, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Prinsip ini senada dengan nasihat Paulus kepada Timotius untuk mengajaknya melakukan pelayanan dengan strategi pelayanan yang lebih efektif.

TELAAH PERIKOP
Ayat-ayat yang kita baca adalah nasihat Paulus kepada Timotius yang hendak menjadi hamba Tuhan agar lebih efektif dan kreatif. Apakah yang harus dilakukan oleh Timotius? Ada beberapa pokok yang ditekankan Paulus, yakni:
1.       Utamakan Hal-Hal Yang mulia
Agar pelayanannya berhasil, Timotius diminta untuk tidak mengejar nafsu orang muda (ayat 22), tetapi menyalurkan energi dan waktunya untuk hal-hal yang lebih berguna. Timotius adalah seorang Pelayan yang masih berusia muda. Orang muda biasanya lebih tidak sabar, rapuh, mudah goyah dan gampang tergoda. Itu semua disebut Paulus sebagai nafsu orang muda dan hal itulah yang harus dihindari Timotius. Bagaimana caranya? Timotius dimintakan untuk memikirkan, menginginkan dan melakukan hal-hal yang lebih tinggi dan mulia dari pada ”nafsu orang muda” tersebut.

Yang dimaksud Paulus adalah, sebagai seorang hamba Tuhan, Timotius justru harus lebih mengutamakan keadilan, kesetiaan, kasih dan damai ketika hidup dalam kebersamaan persekutuan dan jemaat. Nampaknya saat surat ini ditulis, Timotius sedang menghadapi orang-orang yang menghambatnya dan sengaja mengacaukan pelayanannya.

2.       Berani Tampil Beda
Biasanya pertengkaran hanya mungkin terjadi jika melibatkan minimal dua orang atau dua kelompok. Pertengkaran muncul akibat hadirnya aksi yang berlebihan yang dibarengi dengan reaksi yang tidak kalah berlebihan pula. Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 23-24 bacaan kita. Adalah lebih bijak menurut Paulus untuk menghindari pertengkaran dari pada berusaha masuk dan terjun dalam arena pertengkaran tersebut.

Timotius dimintakan untuk berani tampil beda dan lebih banyak untuk mengalah. Sebab seorang hamba Tuhan sangat disayangkan jika terlibat dalam pertengkaran dan menghamburkan emosi yang sia-sia itu. Kunci untuk terhindar dari pertengkaran adalah dengan berusaha tetap ramah kepada siapaun termasuk orang yang memusuhinya; dan sabar menghadapi setiap cercaan tersebut.

3.       Membunuh Musuh dengan menjadikannya seorang Saudara
Hal inilah yang ditekankan Paulus kepada Timotius dalam ayat 25-26 ketika ia menghadapi banyak penentang dalam pelayanannya. Daripada menciptakan musuh, Paulus mengajak untuk mengeyahkan musuh-musuh Timotius dengan cara menyadarkan mereka dan menggiring mereka kepada kebenaran sehingga dapat mengubah mereka menjadi sahabat dan saudara dalam iman pada Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Timotius harus memiliki kecakapan mengajar yang mumpuni dan strategi jitu untuk menuntun seorang yang suka melawan dan mencari-cari persoalan itu ke arah pengenalan akan Allah. Timotius harus memberikan kesempatan tiap pribadi untuk bertobat dan mengalami pemulihan iman dan kesembuhan rohani dengan cara memimpin mereka agar sadar dari jalan yang salah itu.  

Aplikasi dan Relevansi
Merawat kuku gajah bukanlah kemewahan, melainkan lebih pada keharusan. Menurut artikel dalam The Kansas City Star, jika kaki gajah-gajah yang ditangkap tidak dirawat secara teratur, mereka akan cenderung terkena infeksi yang dapat berakibat fatal. Akan tetapi, menggunting kuku kaki binatang yang bobotnya bisa mencapai 6 ton itu merupakan pekerjaan berbahaya. Jadi, ada orang yang memunculkan sebuah ide. Ia mengembangkan alat bernama “sirip untuk gajah” yang dapat mempermudah para pawang dalam menenangkan seekor gajah dengan mengaktifkan alat itu di samping gajah. Alat itu tingginya 3,6 meter, beratnya lebih dari 15 ton, dan harganya kurang lebih 900 juta rupiah. Beberapa kebun binatang telah membeli alat yang sangat membantu ini. Kegiatan ini disebut dengan strategi menghadapi masalah dengan resiko yang kecil.

Memerhatikan orang lain juga bisa berisiko. Paulus menjelaskan bahwa menolong orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran juga bisa mengandung bahaya. Namun, Paulus tak menawarkan alat canggih untuk menolong orang-orang yang membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain (2 Timotius 2:23,25). Sebaliknya, ia mengingatkan bahwa ketika kita harus memerhatikan pikiran dan perasaan orang lain, kita tak dapat bergantung pada kecerdikan dan otot manusia. Yang sangat kita perlukan adalah hikmat Allah. Pelayan Tuhan tak boleh memicu pertengkaran atau menjadi sombong. Sebaliknya, ia harus lemah lembut dan sabar (ayat 24).

Memadukan kebenaran dan kasih karunia saat menghadapi bahaya, jauh lebih baik daripada sikap melindungi diri sendiri. Sikap ini menggambarkan hati Pribadi yang ingin kita perkenalkan kepada orang-orang yang menyimpang itu

Sekarang coba kita terapkan nasihat ini bagi kita secara pribadi. Adakah kita masih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang berguna; seperti bertengkar, menggosip, menjelekkan orang lain, dan sebagainya? Waktu yang ada begitu singkat dan tak akan terulang, jadi sudah seharusnya kita menggunakan waktu untuk melakukan hal-hal dan aktivitas yang menyenangkan hati Tuhan. Apalagi Tuhan memberi kita tugas untuk mengajar dan menuntun orang lain (ayat 24,25). Jangan buang waktu lagi, hiduplah efektif bagi Allah! Amin.


GUNAKAN SIKAP BIJAK DAN penuh kasih
SAAT MENYADARKAN KEMBALI ORANG YANG TERSESAT

Friday, October 12, 2012

BAHAN RENUNGAN IBADAH MINGGU 14 OKTOBER 2012


 2 TIMOTIUS 2:1-7

A. Pendahuluan
Christian A. Schwarz, peneliti pertumbuhan gereja alamiah, mendapat pertanyaan yang mengubah pemikirannya tentang kehidupan yang berbuah. Donald McGravan, yang dihormatinya sebagai bapak pertumbuhan gereja, suatu ketika menanyainya, "Apakah buah sejati sebatang pohon apel?" Dengan naif Schwarz menjawab, "Tentu saja buah apel." McGravan tampaknya sudah menduga jawaban itu. "Salah, " katanya, kemudian terdiam sejenak penuh arti. "Buah sejati pohon apel bukan buah apel, melainkan bertumbuhnya pohon apel lainnya yang juga menghasilkan." Berbuah, dengan demikian, sebenarnya bukan sekadar menghasilkan buah, melainkan melipatgandakan kehidupan yang serupa.

Paulus pun mengemukakan prinsip pelipat-gandaan tersebut dalam hal pemuridan orang percaya (ayat.2). Ia mendorong Timotius agar tidak berpuas diri hanya dengan mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada jemaat yang dipimpinnya. Anggota jemaat harus diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga mereka bukan hanya memahami dengan baik dan menerapkan kebenaran yang diajarkan, melainkan mampu pula mengajarkan lagi kebenaran itu kepada orang lain. Estafet pengajaran ini merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan gereja.

B. Telaah Perikop
Paulus menasihatkan Timotius, anak rohaninya, agar mempercayakan apa yang telah ia peroleh dari Paulus kepada orang lain yang dapat dipercaya, yang juga cakap untuk mengajar orang lain (ay. 2). Paulus ingin agar Timotius mempercayakan Firman Tuhan dan ajaran Tuhan kepada orang lain. Tentunya, Paulus dan juga Tuhan menginginkan agar Firman Tuhan itu tidak berhenti hanya di satu generasi saja, sehingga Paulus mengingatkan Timotius juga mencari orang yang dapat dipercaya dan yang juga cakap mengajar orang lain.

Paulus menekankan agar Timotius melakukan semuanya itu bukan karena terpaksa, tetapi karena Timotius sadar akan panggilannya dalam pelayanan. Paulus mengibaratkan Timotius sebagai seorang yang melaksanakan 3 profesi, yakni sebagai seorang prajurit, olahragawan atau atlet, dan juga sebagai seorang petani. Sebagai seorang prajurit, berarti Paulus ingin agar Timotius hanya memfokuskan diri pada apa yang diinstruksikan oleh komandannya (ayat 4). Ketika bertugas, seorang prajurit seharusnya hanya melakukan instruksi komandannya. Untuk hal-hal lainnya, komandan itulah yang bertanggung jawab, termasuk untuk hal-hal kecil seperti makanan, gaji, dan lain-lain. Apalagi jika komandan kita adalah Tuhan Yesus sendiri (ay. 3), pasti Tuhan akan memberikan yang lainnya ketika kita mau sungguh-sungguh melakukan apa yang Tuhan mau (Mat 5:33).

Sama juga dengan seorang atlet. Ketika akan bertanding, atlet yang baik seharusnya akan berlatih keras serta memfokuskan diri untuk bertanding. Urusan lain-lainnya tentunya bukan menjadi urusan atlet tersebut, tetapi sudah diurus oleh pelatihnya atau panitia pertandingan. Fokus perhatian seorang atlit hanyalah satu yakni melakukan pertandingan dengan baik sehingga memperoleh mahkota (ay.5). Atlit yang baik adalah pribadi yang bukan hanya mencari juara, namun memikirkan dan disiplin dengan cara mencapai juara tersebut, yakni sesuai dengan aturan yang ada. Paulus meminta Timotius bahwa dalam melaksanakan panggilan pelayanannya, ia harus mengerjakan dengan cara yang benar dan sesuai dengan aturan Ilahi.

Seorang petani pasti akan bersukacita ketika tanamannya akhirnya dipanen (ay. 6), dan tentunya ini menggambarkan Paulus yang akan sangat bersukacita jika ia memiliki anak rohani seperti Timotius, dan pastinya akan lebih bersukacita ketika Timotius dapat mempercayakan Firman Tuhan tersebut kepada orang lain. Bagi Paulus, tanggung-jawab pelayanan yang dilakukan Timotius harusnya menggunakan prinsip kerja seorang Petani, yakni bekerja keras dengan pengharapan pasti, yakni dapat melihat hasil panen nantinya. Kerja keras yang disertai harapan inilah yang harusnya menginspirasi pekerjaan pemberitaan Injil oleh Timotius.

Selanjutnya, Paulus memaparkan kepada Timotius tentang 3 (tiga) prinsip pelayanan yang menjadi panduan khusus sehingga anak rohaninya ini dapat menjalani tanggung-jawab pelayanan yang penuh dengan rintangan ini. Tiga Prinsip dimaksud adalah sbb:
1.       Sumber Kekuatan dalam Pelayanan
Tidak mudah bagi Timotius, menurut Paulus, untuk berhasil melaksanakan tanggung-jawab pelayanannya. Pada pasal 1:7-8 kita menemukan kesan bahwa Timotius mengalami tantangan yang berat saat melayani dan memberitakan Injil Kristus. Tekanan pergumulan dalam pelayanan membawa Timotius dalam kondisi takut terhadap ancaman dan atapun malu terhadap begitu banyaknya cibiran dan celaan terhadap tanggung-jawab nya itu.

Itulah sebabnya, Paulus menekankan bahwa Tomotius haruslah kuat untuk dapat melaksanakan panggilan pelayanannya itu. Sumber kekuatan itu, menurut Paulus, hanyalah berasal dari Yesus Kristus melalui Kasih KaruniaNya itu (ay.1). Hal ini berarti, Timotius dinasehatkan untuk tetap berharap kepada kekuatan yang bersumber dari Allah sendiri. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2Tim 1:7).

2.       Ukuran Keberhasilan Pelayanan
Paulus tidak hanya berpuas diri bahwa apa yang ia ajarkan telah berguna bagi Timotius. Memang benar bahwa pelayanan itu telah berhasil. Namun bagi Paulus, adalah sungguh tidak berfaedah jika Injil itu hanya sampai pada Timotius dan jemaat yang Ia layani. Adalah lebih berhasil jika Injil itu diajarkan kepada para Timotius baru yang juga siap untuk mengajarkan kepada jemaat dan melanjutkan kader yang akan meneruskan berita Injil itu. Timotius di mintakan untuk menyiapkan orang lain agar dapat dipercayakan benih injil untuk diberitakan (ay.2).

Ukuran keberhasilan pelayanan dan pemberitaan injil menurut Paulus bukan hanya membuat orang menjadi percaya pada Yesus Kristus, namun juga mempercayakan benih Injil itu untuk dapat ditaburkan dan diberitakan oleh orang percaya tersebut. Artinya Injil tidak hanya berhenti di suatu tempat, namun tersebar di berbagai tempat melalui terlahirnya para pemberita2 Injil generasi berikut yang melanjutkan estafet penginjilan.

3.       Kepada Siapa pelayanan itu dikerjakan
Penting bagi Paulus untuk menegaskan dan menasehati Timotius bahwa pelayanan yang ia lakukan tidak tergantung pada masalah dan tantangan yang ia hadapi, termasuk reaksi orang terhadap karya yang dikerjakannya. Pelayanan Timotius tidak dikerjakan untuk manusia namun fokus pelayanan itu dikerjakan untuk TUHAN.

Hal inilah yang dimaksud Paulus dalam ayat 3 bacaan kita. Timotius memang akan menderita dalam pelayanannya. Namun penderitaan itu harus diterima sebagai bentuk bakti dan ketaatan seorang prajurit kepada komandannya, yakni Yesus Kristus sang pemilik pelayanan. Pekerjaan memberitakan Injil tidak dilakukan untuk manusia, namun dikerjakan dengan gembira sebagai tugas mulia karena perintah Tuhan Yesus dan demi menyenangkan hatinya.

C. Aplikasi dan Relevansi (perlu dikembangkan sesuai konteks jemaat)

Kita semua juga merupakan orang-orang yang telah dipercayakan Firman Tuhan dari orang lain. Pertanyaan yang penting adalah apakah kita mau mempercayakan Firman Tuhan yang telah kita terima itu kepada orang lain lewat memberitakan itu kepadanya? Mungkin kita mengelak dengan alasan belum siap, tidak berani, atau alasan-alasan yang lainnya. Tetapi ingatlah janji Tuhan bahwa Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita melalui kasih karuniaNya (ay. 1), sebagaimana hal itu menjadi sumber kekuatan bagi Timotius.

Memang tidaklah mudah melakukan dan melaksanakan panggilan itu. Ada tantangan dan mungkin juga cemoohan. Namun bukankah seorang prajurit harus siap berkorban? Bukankah seorang prajurit harus patuh dan setia melaksanakan tuntutan komando dari komandan? Kristus adalah pemberi perintah itu dan kita harusnya setia untuk melaksanakannya. Banyak pelayan tersandung dalam pelayanan karena fokus pelayanan telah berubah yakni untuk melayani jemaat dan bukan melayani TUHAN. Efeknya sangat besar. Ukuran keberhasilan dalam pelayanan bukan lagi apakah telah menyenangkan Tuhan, namun lebih pada untuk menyenangkan manusia atau jemaat yang dilayani.

Kita dipanggil untuk melayani dan melaksanakan panggilan itu. Tidak mudah memang karena kebanyakan dari kita lebih banyak merasa tidak siap dan tidak sempurna. Namun, sebagaimana janji untuk Timotius dari Tuhan, demikian pula kita juga dijanjikan sesuatu oleh Tuhan. Bahwa Ia yang memanggil kita akan menyempurnakan dan melengkapi kita, yang salah satunya melalui pemberian pengertian kepada kita dalam segala sesuatu oleh Tuhan yang mengutus kita (ay. 7). Dengan demikian tidak ada alasan bagi kita untuk berkata tidak, melainkan kita harus berkata “Ini aku, utuslah aku” (Yes 6:8). Amin.