Tuesday, October 18, 2011

MATERI KHOTBAH IBADAH SEKTOR RABU 19 OKTOBER 2011 ROMA 9:30-10:3



Jemaat Kekasih Kristus
Pada suatu peristiwa kebakaran besar di sebuah apartemen, seorang petugas pemadam kebakaran berusaha untuk menyelamatkan seorang anak kecil yang ketakutan di lantai III. Dengan susah payah petugas itu berusaha menjangkau anak itu yang menangis dan menggigil karena takut. Namun setiap petugas itu mendekat, anak itu selalu saja mundur dan menjauh. Anak itu begitu takut apalagi melihat orang asing yang mendekatinya. Semakin anak ini akan dijangkau oleh petugas itu lewat tangga darurat, anak kecil yang panik itu terus menghindar dan mundur menjauh hingga usaha penyelamatan berlangsung menegangkan.

Akhirnya, dapat ditebak. Anak itu-pun tidak tertolong, ketika pada langkah mundur yang tak terduga olehnya, beberapa bagian atap yang sedang terbakar itu pun ambruk dan jatuh menimpahnya. Anam kecil yang malang itu meninggal di tempat tanpa sempat ditolong petugas tadi. Sambil menangis penuh sesal, petugas itu membawa tubuh kecil tak bernyawa dan menyerahkan kepada keluarganya. Dengan masih terguncang, ia berkata kepada pimpinannya: “saya ingin menyelamatkannya, namun sayang sekali anak itu TIDAK MEMPERCAYAIKU, dia menolak kehadiranku…

Jemaat Tuhan,…
Paulus, dalam bacaan kita, menyampaikan kesedihannya (9:1) ketika membicarakan penolakan keselamatan TUHAN, Allah Israel bagi umat pilihannya itu. Israel lebih memilih model keselamatan yang lain, yakni melalui Hukum Taurat yang berarti menolak keselamatan melalui Yesus Kristus. Alasannya sederhana, karena mereka TIDAK PERCAYA bahwa Yesus mampu menyelamatkan. Sulit bagi mereka untuk menerima bahwa Yesus adalah penyelamat itu. Israel cendrung untuk memilih HUKUM TAURAT, sebagai sumber keselamatan mereka.

Ada beberapa alasan, menurut Paulus mengapa kemudian Israel mengambil sikap radikal seperti itu, sehingga menolak Kristus, yakni:
1.       Sesuai dengan PL mereka adalah umat pilihan sekaligus umat perjanjian. Bagi mereka, dengan memperoleh predikat seperti ini, yakni sebagai bangsa pilihan, maka otomatis mereka akan diselamatkan (bd.9:4).
2.       Mereka merasa bahwa mereka adalah turunan Abraham. Yang sejak dulu telah menerima janji keselamatan. Karena itu adalah mustahil memperoleh keselamatan dari sumber lain, selain dari jalur perjanjian keturunan Abraham dengan TUHAN, Allah mereka (bd. 9:5).

3.       Sumber keselamatan menurut Israel adalah kepatuhan terhadap Hukum Taurat. Semakin banyak melakukan kebenaran, maka semakin mungkin untuk diselamatkan. Ukuran kebenaran dimaksud adalah Hukum Taurat sendiri. Dengan demikian, bagi Israel, letak keselamatan itu adalah pada upaya mereka berdasarkan perbuatan (lihat 9:32). Perbuatan benar menjamin keselamatan, demikian pandangan Israel ini sehingga menolak Kristus.

4.       Oleh karena prinsip inilah, maka Israel tidak mengenal Allah yang sesungguhnya telah datang sebagai manusia sempurna yakni Yesus Kristus. Mereka menolak kebenaran lain dan berusaha mendirikan kebenaran sendiri sehingga akhirnya tidak takluk pada kebenaran Allah yang menyelamatkan itu (bd. 10:3).

Dari uraian di atas, ada beberapa hal penting yang dapat kita relevansikan sesuai kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupan masing-masing kita, yakni:

1.       Oleh karena Israel mengejar keselamatan berdasarkan perbuatan dan bukan iman, sehingga mereka menolak beriman kepada Kristus, maka sekarang bangsa2 lain akhirnya memperoleh keselamatan karena beriman dan percaya kepada Kristus. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Paulus dalam ayat 30 bacaan kita.

Ini berarti mengingatkan kita bahwa keselamatan itu tidak pernah diperoleh dengan cara apapun menurut perbuatan benar dan baik, namun hanya melalui iman percaya kepada Kristus. Siapapun kita tidak akan pernah diselamatkan hanya berdasarkan amal soleh atau perbuatan baik belaka. Siappun yg berbuat baik, namun tidak mengimani Kristus itu sama dengan menolak KEBAIKAN yang sesunguhnya dari Allah.

2.       Israel begitu yakin oleh karena sejak dulu mereka adalah turunan Abraham yang adalah orang benar. Karena Abraham adalah orang benar, dan mereka adalah turunannya, maka pastilah mereka juga beroleh keselamatan. Anggapan ini adalah anggapan yang keliru. Dalam pasal 9:4-6 bacaan kemarin, kita diingatkan Paulus bahwa tidak semua Israel adalah orang Israel, demikian juga tidak semua turunan Abraham adalah benar turunan Abraham.

Manusia telah dicemarkan dosa, termasuk turunan Abraham. Dengan demikian, identitas kita tidak menjamin keselamatan. Keselamatan bukan urusan turunan, tapi ini menyangkut hal pribadi dan sifatnya personal.

Lewat bacaan ini kita juga diingatkan, bahwa kendatipun lahir dari keluarga Kristen dan turunan keluarga percaya, maka tidaklah langsung mendapat jaminan untuk beroleh keselamatan itu. Agama dan ritual keagamaan Kristen sendiri tidak menjamin keselamatan.

Jaminan keselamatan justru datang melalui iman (ay.30) yang sungguh kepada Kristus Sang Juruselamat dan bukan karena alasan lahir dari keturunan apapun. Ini sangatlah penting!! Jika orang hanya rajin ke gereja sebagai suatu hal rutin dan ritual, namun iman percaya pada Kristus tidak sebanding dengan kegiatan keagamaannya, maka semua juga adalah sia-sia. Iman haruslah terlihat dari sikap hidup, cara berpikir dan pola tutur dari orang percaya. Kita perlu menunjukkan bahwa keselamatan itu telah menjadi bagian kita.

3.       Banyak orang berpikir tentang alternatif kebenaran dan keselamatan seperti Israel dan pola pikirnya (bad. 10:3) sehingga kemudian dengan mudah beralih pada kebenaran dan cara keselamatan lain yang menurutnya lebih baik. Bahkan banyak orang relah meninggalkan Yesus demi perkawinan, jabatan ataupun status sosial dan kemudian mencari sumber keselamatan yang lain.

Orang-orang seperti ini adalah orang BODOH yang membuang hal yang paling berharga, yakni kebenaran Allah. Keselamatan adalah anugerah atau pemberian Cuma-Cuma oleh Allah atau GRATIS! Siapapun yang menolak anugerah adalah pribadi yang tidak bijak.

Karena itu jangan mau terkecoh dan tertipu dengan produk keselamatan lain, selain dari Tuhan Yesus Kristus. Bersyukurlah bahwa kita tidak perlu mencari keselamatan itu, namun, Keselamatan itulah (yakni Allah sendiri) yang mencari dan menemukan kita. Jadi, janganlah disia-siakan. Amin.