Friday, October 7, 2011

MATERI KHOTBAH MINGGU 09 OKTOBER 2011 DANIEL 6:1-6


MATERI KHOTBAH MINGGU 09 OKTOBER 2011
DANIEL 6:1-6 (sesuai SBU Pagi)

PENDAHULUAN
Nama Daniel adalah nama dari orang Ibrani yakni dani’el yang berarti Allah adalah Hakim-ku. Ia terkenal dengan ketaatan dan kesetiaanya kepada TUHAN, Allah Israel dan sekaligus mampu menjadi saksi iman di tengah pembuangannya di Babel. Siapa sesungguhnya Daniel?

Daniel terlahir sebagai bangsawan dan lahir sekitar tahun 625 SM (1:3-4). Ia mendapatkan pelajaran yang sangat keras melalui pengalaman hidupnya yakni ia dibawa ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar. Pada saat mengalami pembuangan itu, Daniel berusia sekitar 20 tahun. Menarik untuk disimak bahwa Daniel bersama dengan beberapa orang muda terpilih dalam rekrutme bekerja di istana raja. Awal pertama mereka harus menikuti kegiatan pelatihan yang sifatnya “ikatan dinas” yaitu setelah tiga tahun belajar dan dididik  dalam pengetahuan keistanaan mereka wajib bekerja kepada raja (bd.1:4,5).

Alkitab menyebutkan bahwa ada 4 orang dari Yehuda yang lolos seleksi yakni Daniel (kemudian disebut Beltsazar = kiranya ibu dewa bel melindungi raja); Hananya yang berarti yang dikasihi Tuhan (kemudian disebut Sadrakh = Disinari oleh Dewa Matahari Ba); Misael yang berarti Siapakah Allah? (kemudian disebut Mesakh= hamba dari Dewa Shach); dan Azaraya yang berarti Tuhan adalah penolongku (kemudian disebut Abednego = hamba dari dewa Nego).

Karier para pemuda Yehuda ini terbilang sangat baik dan terus menanjak, istimewa Daniel yang diberi nama sebutan orang Babel, yakni Beltsazar itu. Dalam pasal 2:48, Nebukadnezar mengangkatnya menjadi kepala penguasa di propinsi Babilonia dan kepala gubernur dari seluruh orang-orang bijak dari Babilonia.

Puncak karier Daniel adalah ketika ia berusia 90 tahun, pada masa pemerintahan Raja Darius dari Media, yangmengangkat Daniel menjadi salah satu dari tiga pejabat Raja dan bahkan Sang Raja sempat berpikir untuk menetapkannya menjadi pemimpin seluruh Kerajaannya (6:4).

Pada latar kisah inilah bacaan kita minggu ini dimulai.


GALIAN PERIKOP
Terdapat beberapa catatan penting dalam pasal 6:1-6 ini yang perlu didalami untuk mengungkap kesuksesan dibalik karier Daniel ini, yakni:
1.      Dalam ayat 1-4 kita disuguhkan suatu kenyataan menarik bahwa Dainel terpilih sebagai salah satu dari 3 Pejabat Tinggi Kerajaan yang membawahi 120 pejabat wakil raja di seluruh kerajaan. Tugas utama Daniel adalah menjadi pengawas terhadap para wakil raja serta secara khusus menjaga wibawa raja agar kekuasaan dan kekayaan raja dapat diper-tanggung-jawabkan dan tidak terjadi kerugian.

Posisi ini bisa dibilang cukup “basah” dan sangat menjanjikan untuk dapat peluang memperkaya diri sendiri atau bahasa modern sekarang Korupsi. Mengapa tidak? Seluruh wakil-wakil raja yang membawahi luasnya kerajaan itu, dan bahkan sampai daerah jajahan sekalipun wajib untuk melaporkan apapun kondisi dan perkembangan kerajaan kepada Daniel termasuk juga barangkali jumlah upeti dan kekayaan raja.

Dengan kata lain, 3 0rang ini termasuk Daniel adalah pejabat tertinggi setelah Raja Darius tentunya. Satu-satunya pejabat yang mengawasi dan dapat memerintah Daniel adalah Raja sendiri. Tapi adalah mustahil seorang Raja melakukan pengawasan melekat kepada mereka bertiga sebab tugas itu sudah dilimpahkan kepada mereka sendiri (bd. Ay.3). Maka peluang untuk terjadi kejahatan “korupsi” sangatlah mungkin tanpa sepengetahuan raja. Daniel bisa saja memanfaatkan posisi dan jabatannya itu demi kesenangannya. Namun kita menemukan hingga akhir kisah ini, Daniel tetap “bersih” dari penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan.

2.      Daniel bukan saja hidup “bersih” dari penyalah-gunaan jabatan dan kekuasaan, ia bahkan mampun untuk bekerja dengan baik dan berhasil dalam tugas dan tanggung-jawabnya itu. Hal ini terbukti lewat suksesnya Daniel “mengkaryakan” posisinya untuk kejayaan kerajaan sehingga oleh raja ia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi lagi dari rekan-rekan sekerjanya. Daniel disiapkan menjadi penguasa seluruh kerajaan Darius (ay.4).

Dengan kata lain, Daniel adalah seorang pekerja keras dan bukan pribadi yang cepat puas terhadap capaian diri. Ini tidak berarti bahwa Daniel seorang yang ambisius dan tidak pernah ingin berhenti mencapai posisi. Bukan, Daniel tidak seperti itu!! Hal ini disebabkan, menurut ayat 4, karena Daniel memiliki roh yang luar biasa. Apapun maksud dari pernyataan ayat tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Daniel memperoleh “Karunia” lebih dari mereka yang lain karena TUHAN menganugerahkannya. Dapatlah dikatakan bahwa semakin besar karunia yang ia miliki, semakin tinggi juga nilai capaian dan pertanggung-jawabannya kepada Sang Pemberi karunia. Artinya, talenta itu tidak ditanam Daniel dalam tanah.

3.      Mengapa Daniel mampu mencapai prestasi sedemikian? Kita pastilah sepakat bahwa itu atas anugerah TUHAN, Allah Israel yang juga adalah Allah-nya Daniel. Namun, hal yang perlu ditelusuri adalah kehadiran Allah bagi Daniel pastilah ada alasannya. Mengapa ia begitu disertai TUHAN; apakah yang sudah dilakukan Daniel? Jawabannya kita temukan pada sikap dan sifat Daniel sebagai pribadi yang dikasihi Allah (10:11), yakni:
  1. Daniel hidup dalam ketaatan (6:5,6)
Sesuatu yang penting dan utama dari tokoh ini adalah Daniel seorang pribadi yang memiliki semangat rohani yang luar biasa. Hal ini nampak dan jelas dinyatakan dalam ayat 5 bacan kita bahwa ketaatanNya kepada Allah dilakukan lewat “hidup bersih” dari segala kesalahan dan penyelewengan aturan kerajaan; yang diimbangi dengan Ketaatannya beribadah kepada Allah.

Daniel berhasil melakukan apa yang dikehendaki raja. Nilai kepercayaan raja tidak disia-siakan Daniel. Ia berhasil dipercayai manusia sehingga tidak satupun ditemukan kesalahan terhadapnya. Di sisi lain, kedekatannya dengan TUHAN adalah nilai lebih dan nilai beda dari para pejabat kerajaan. Kehidupan spiritualitasnya demikian baik yang justru terbentu karena hidupnya yang selalu beribadah kepada TUHAN.

  1. Daniel memilih menyenangkan TUHAN dari pada manusia (6:11-12)
Disebutkan di atas bahwa Daniel taat pada aturan kerajaan. Namun Daniel juga memiliki prinsip hidup spiritualitas yang teruji. Saat aturan kerajaan menghalanginya untuk beribadah kepada Allah, Daniel lebih memilih taat kepada TUHAN, Allah-nya dari pada aturan dan ketetapan manusia.
Perhatikanlah apa yang terjadi pada ayat 11 dan 12 bacaan kita. Harusnya jika ingin “aman” dari masalah hukum, bisa saja Daniel mengambil langkah taktis yang kompromistis yaitu: untuk sementara menunda beribadah kepada TUHAN selama 30 hari (aturan ayat 8) dengan keyakinan “pastilah TUHAN mengerti” kondisi ini. Luar biasanya adalah, Daniel tidak memilih langkah “aman” ini.

Apa yang ia lalukan? Daniel sadar bahwa ada larangan tentang beribadah kepada TUHAN, Allah. Kalaupun Daniel tetap berniat beribadah, harusnya ia segera menutup jendela dan kemudian berdoa diam-diam kepada TUHAN, Allahnya. Namun justru yang dilakukannya berbeda. Pada ayat 11 pasal 6, Daniel justru berdoa dengan jendela yang terbuka mengarah ke Yerusalem dan tentu saja efeknya, setiap orang dapat melihat dan mendengar ketika ia sedang berdoa. Akhirnya ia ditangkap.

  1. Daniel hidup mengekspresikan Kasih Allah (6:22-23)
Normalnya reaksi seseorang ketika disakiti adalah merasa dendam dan lebih cendrung memutuskan tali silahturahmi dengan orang lain yang telah melukai hati. Namun tidak demikian dengan Daniel. Ia mampu mengekspresikan Kasih Allah dalam dirinya lewat “melepaskan pengampunan” dan memaafkan sikap raja yang kurang bijak memjatuhi hukuman ke goa singa untuknya.

Sikap Daniel ini tergambar dalam ayat 22-23 ketika menjawab pertanyaan Raja dengan penuh hormat dan sanjungan tanpa menunjukkan sedikitpun rasa benci atau dendam. Inilah integritas pribadi yang mengasihi dan dikasihi Allah.

  1. Daniel tidak “silau” dengan harta duniawi (5:16,17)
Kita juga menemukan pribadi Daniel yang tahan uji dalam hal kekayaan dan kehormatan. Saat ia harus membaca tulisan di dinding itu dan menguraikan maknanya, Daniel ditawarkan hadiah dan jabatan yang luar biasa tak ternilai. Jika ia tidak tahan uji, pastilah tidak akan terucap dari bibirnya dalam ayat 17 yang berbunyi: “tahanlah hadia tuanku … berikanlah kepada orang lain.” Mengapa demikian? Karena yang utama bagi Daniel adalah menyampaikan pesan TUHAN melalui tulisan itu dan bukan soal iming-iming hadiah yang menggiurkan.

Daniel Fokus pada misi Allah bagi raja yang mencoreng kekudusan-Nya karena menajiskan alat-alat Bait Suci yang kudus itu. Harta dan kekuasaan tidak mampu mengalihkan Daniel pada prioritas utamanya ketika dihadirkan TUHAN dalam pembuangan tersebut, yakni menjadi jurubicara-Nya bagi bangsa tersebut.

Itulah empat alasan dari sekian banyak hal lain tentang sikap dan sifat Daniel sehingga ia menjadi pribadi yang berhasil di tengah pergumulan pembuangan dan sekaligus menjadi pribadi yang sangat di kasihi TUHAN, Allah Israel.

APLIKASI DAN RELEVANSI
Dari uraian di atas, pastilah ditemukan beberapa pokok penting yang cukup relevan dengan kehidupan orang percaya saat ini, secara khusus berhubung dengan menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan Yesus Kristus.

Silakan direnungkan dan kembangkan beberapa pokok ini yang mungkin dapat direlevansikan:
1.      Jangan hanya bangga dan berhenti pada menjadi orang KRISTEN yang percaya, tapi jadilah orang yang dapat DIPERCAYA! Daniel adalah pribadi yang sangat dipercayai dikalangan istana termasuk raja karena sikap dan sifat yang ditunjukkannya.

2.      Pada jaman Daniel bangsa Media menyembah berhala. Tetapi Daniel justru 3 kali sehari berlutut untuk berdoa dan menyembah Allah dan setia beribadah kepadaNya. Lingkungan seringkali memperngaruhi pola pikir, pola tutur dan pola laku setiap orang. Tapi hal ini tidak mempengaruhi Daniel. Mengapa? Karena ia setia kepada Allah. Pada bagian akhir justru bukan lingkungan pembuangan itu yang mempengaruhi Daniel, namun justru kerajaan itu berhasil dipengaruhi Daniel karena imannya (bd. 6:26-28)

3.      Banyak orang sering melupakan Tuhan saat telah mencapai nikmat hidup. Tidak demikian dengan Daniel. Kesetiaannya kepada TUHAN tetap terjaga di tengah gemilaunya harta dan tingginya jabatan dan kekuasaan yang ia peroleh. Kejatuhan orang percaya lewat meninggalkan TUHAN lebih besar kemungkinannya saat hidup dan keadaan sangat berkelimpahan dan tak berkesusahan. Semakin bergumul, pastilah semakin dekat dengan TUHAN. Namun jika jauh dari persoalan, jauh juga hidup kerohaniaannya dari TUHAN. Daniel adalah contoh pribadi yang memiliki integritas iman yang mumpuni ketika ia tidak mampu dipengaruhi oleh keadaan apapun.

Selamat Menyiapkan Khotbah