Monday, July 4, 2011

MATERI KHOTBAH PELKAT PKP 05 JULI 2011


KELUARAN 23:10-13

10 Enam tahunlah lamanya engkau menabur di tanahmu dan mengumpulkan hasilnya,
11 tetapi pada tahun ketujuh haruslah engkau membiarkannya dan meninggalkannya begitu saja, supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan, dan apa yang ditinggalkan mereka haruslah dibiarkan dimakan binatang hutan. Demikian juga kaulakukan dengan kebun anggurmu dan kebun zaitunmu.  12 Enam harilah lamanya engkau melakukan pekerjaanmu, tetapi pada hari ketujuh haruslah engkau berhenti, supaya lembu dan keledaimu tidak bekerja dan supaya anak budakmu perempuan dan orang asing melepaskan lelah.  13 Dalam segala hal yang Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-awas; nama allah lain janganlah kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu."

Ibu-ibu kekasih Tuhan...
Bacaan kita hari ini merupakan lanjutan bacaan mulai dari hari minggu dan senin tentang bagaimana kepedulian kepada sesama itu dilakukan. Ada tiga hal penting dalam bacaan kita yang penjadi penekanan, yaitu:

1.       Memanfaatkan tahun Yobel bagi orang Miskin
Tahun Yobel atau tahun ketujuh ditetapkan Tuhan sebagai tahun pembebasan dari hutang, tetapi juga sebagai tahun anugerah bagi orang miskin. Bahwa setiap orang Israel yang memiliki ladang pastilah adalah orang kaya. Mereka diberikan hak oleh Tuhan untuk memanfaatkan tahan mereka untuk mencari keuntungan dari hasil tanah yang melimpah tersebut. Hidup mereka sangatlah terjamin sebab setiap mereka selama 6 tahun menyimpan dan mengumpul-kan hasil tanah. Selalu terjadi bahwa panen satu tahun tidak pernah dapat dihabiskan setahun dan salalu ada sisa saat panen tahun kedua datang. Jadi dapatlah dibayangkan bahwa simpanan hasil panen selama enam tahun itu selalu masih berlimpah.

Untuk itulah Tuhan mengajarkan umat untuk berbagi dari hasil kelimpahan mereka kepada orang miskin. Caranya adalah pada tahun ke tujuh tanah dibiarkan tidak digarap, dan tanaman yang tumbuh tahun lalu tidak dimusnakan. Saat tanaman itu berbuah, maka sang pemilik tanah dilarang keras memetik hasil tanah tersebut, sebab itu adalah hak orang miskin. Menarik sekali, bahwa walaupun tanah itu tidak diolah, namun selalu pada tahun ketujuh panen besar terjadi. Kalu bukan pemilik tanah yang mengolah, lalu siapa yang melakukannya? Jawabannya adalah TUHAN-lah yang mengerjakan tanah itu dan menumbuhkan hasilnya. Karena itu si pemilik lahan atau ladang atau kebun tersebut tidak memiliki hak atas hasil panen tahun ketujuh atau tahun Yobel.  Itu adalah hasil kerja Tuhan, dan menjadi milik para kaum miskin.

Perhatikanlah, bahwa tanah itu sengaja dibuat Tuhan menghasilkan sesuatu, padahal tidak diolah, supaya orang miskin dapat hidup. Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli kepada kaum miskin, dan mengajak Israel untuk juga peduli kepada mereka. Apakah hasil panen pada tahun ketujuh itu melimpah, sementara di tahun itu tanah tersebut tidak digarap? Jawabannya YA, HASIL nya sungguh melimpah. Hal ini terlihat jelas pada ayat 11 bacaan kita bahwa kaum miskin tidak sanggup menghabiskan sehingga sisanya diperuntukkan kepada binatang. Sungguh suatu mujizat yang Tuhan karyakan demi Ia meme-lihara kaum miskin yang tidak memiliki lahan.

2.       Memanfaatkan tahun Yobel bagi lingkungan hidup
Pada tahun ketujuh atau tahun Yobel, tanah tidak dioleh. Itu berarti tahun ketujuh adalah TAHUN ISTIRAHAT bagi tanah tersebut. Mengapa demikian? Tuhan ingin mengajarkan umat Israel untuk peduli pada kelestarian lingkungan. Lingkungan perlu dijaga dan perlu diremajakan lagi. Apabila tanah tidak digarap, maka ada pemulihan unsur hara atau unsur kehidupan untuk tanah. Tanah seakan diberikan kesempatan untuk ”bernafas” lega dan rehat atau istirahat. Dengan demikian kesuburan tanah akan terjaga dan lestari.

Hal ini menunjukkan pembelajaran penting bagi umat Israel. Bahwa benar seluruh kekayaan alam ini diberikan kepada manusia untuk memanfaatkan. Tetapi pemanfaatan yang dimaksud adalah pemanfaatan yang penuh tanggung-jawab. Manusia wajib menjaga lestarinya alam ini. Salah satunya lewat membiarkan tanah garapan beristirahat dan memulihkan dirinya setelah 6 tahun dimanfaatkan. Bukankah itu sesuatu yang luar biasa, bahwa Tuhan sendiri peduli pada alam ciptaannya? Maka adalah bijak jika manusiapun peduli akan hal itu.

3.       Menanfaatkan hari ketujuh sebagai hari istirahat
Dalam keluaran 20 pada hukum Sabat ada kesan bahwa pemberlakukan hari istirahat yakni hari ketujuh atau hari Sabat, hanya untuk menghormati Tuhan. Namun justru pada ayat 12-13 bacaan kita ditemukan sesuatu yang luar biasa menarik. Bahwa ternyata pemberian ketentuan sabat tidak hanya untuk dikhususkan bagai Tuhan, tapi juga untuk kepentingan manusia sendiri bersama dengan ciptaan yang lain.
Mengapa demikian? Sebab pada kedua ayat tersebut jelas disebutkan bahwa hari ketuju adalah juga hari ISTIRAHAT manusia dan binatang pekerja. Hari itu adalah hari anugerah di mana manusia dan hewan peliharaannya diberikan kesempatan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sangat lelah bekerja selama 6 hari penuh. Hal ini menunjukkan bahwa ketetapan Sabat sebgai tanda bahwa Allah peduli terhadap kebutuhan jasmani manusia yang paling esensial yakni Istirahat yang cukup.

Bukankah jika demikian bahwa hari Sabat adalah suatu anugerah dari Tuhan yang harusnya penting untuk dimanfaatkan? Kita perlu beryukur, bahwa lewat Sabat, kita tahu bahwa Tuhan amat mengasihi kita sehingga memperhatikan kesehatan tubuh dan dapat memulihkan kondisi kelelahan yang ditanggung. Dengan demikian adalah tidak bijak, jika pada hari ketujuh, manusia masih saja bekerja dan tidak beristirahat.

Ibu-ibu kekasih Tuhan.
Hidup modern menuntut bekerja lebih keras dengan prinsip semakin keras bekerja, maka hasilnya akan semakin banyak. Itu tidak selalu benar, karena seringkali kita mendengar yang terjadi pada beberapa orang yang sudah bekerja keras (banting tulang, peras daging, paksa otot …), namun hasil yang didapatkan ’segitu-gitu aja …”. Ada pula yang mengatakan ”kalau belum rezeki, dikejar ke mana pun tak bakalan didapatkan”, sebaliknya ”kalau sudah rezeki, tak bakalan lari ke mana …”. Sering juga kita mendengar orang-orang yang menderita dan menjadi sakit karena ambisinya tidak kunjung tercapai meskipun sudah melakukan segalanya untuk mendapatkannya.

Hari ini kita mendapatkan sesuatu yang ”baru”: harus ada disisihkan waktu yang tersedia untuk beristirahat. Menikmati hidup dengan menikmati apa yang didapatkan pada saat itu. Alam pun tidak boleh terlalu dieksploitasi, apalagi manusia … Segala sesuatunya perlu penyegaran. Tumbuh-tumbuhan memerlukan reboisasi, kenapa pula manusia tidak membutuhkan hal yang sama?

Ibu-ibu kekasih Tuhan
Pada saat sabat, tak usah menjadi kuatir akan berkurangnya penghasilan. Tuhan dengan tegas mengatakan untuk mempergunakan saja apa yang didapatkan selama sabat tersebut. Itu pasti cukup! Berkat Tuhan tetap mengalir bagi anak-anaknya. Atau, bisa juga secara matematis jumlahnya berkurang, namun secara spiritual nikmatnya malah berlimpah-limpah. Para ahli mengatakan, hati dan pikiran adalah faktor yang paling menentukan dalam menikmati apa yang kita dapatkan dalam hidup ini. Yang penting mensyukurinya, yang salah satunya dilakukan lewat beristirahat. Beristirahat yang cukup adalah salah satu cara bersyukur kepada Tuhan yang ditunjukkan lewat menjaga kesehatan tubuh melalui istirahat cukup di hari Sabat.

Di sisi yang lain juga, Firman Tuhan mengingatkan kita, jika Tuhan begitu peduli terhadap hidup kita sebagai manusia, maka sudah saatnya juga kita peduli bagi orang lain yang berkekurangan dan memerlukan bantuan. Memang di dalam ajaran Kristen tidak ada kewajiban tahun Yobel atau tahun ketujuh yang dikhususkan bagi orang miskin. Namun jkita dapat melalukan dengan cara yang lain, yakni apabila kita merasa bahwa hidup kita mengalami kelimpahan dibanding orang lain, itulah tanda bahwa kita sudah saatnya menopang mereka yang dalam kemalangan. Jika kita berkata bahwa telah diberkati Tuhan, maka sudah saatnya juga kita menjadi berkat bagi orang lain. Bukan kah itu sama dengan kita sudah melaksanakan tahun Yobel?

Ibu-ibu kekasih Tuhan
Sebagaimana Tuhan mengajarkan 3 hal penting ini kepada Israel, maka demikian juga sebagai ibu-ibu dan orang tua kita perlu mengajarkan ini kepada anak-anak dan keluarga kita. Tanamkan dalam setiap hidup keluarga kita bahwa Tuhan menghendaki agar kita peduli bagi orang yang mengalami kesusahan; peduli jugalah pada kelestarian lingkungan; dan peduli juga pada kesehatan diri sendiri lewat beristirahat yang salah satunya dilakukan pada hari Istirahat itu.

Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita melakukan Firman Nya saat ini melalui bimbingan Roh Kudus. Amin

MATERI KHOTBAH PELKAT PKB SENIN 04 JULI 2011


KELUARAN 23:4-9

Pelkat PKB yang dikasihi Tuhan.
Dalam dunia yang kita tempati ini akan kita jumpai berbagai bentuk kehidupan. Banyak keragaman yang akan menimbulkan pertanyaan dalam pemikiran kita oleh karenanya. Ada yang kaya; ada yang hidup serba kekurangan; ada yang lemah ada yang kuat, ada yang ditinggal di gedung ada juga yang tinggal di kolong jembatan atau bahkan ada yang tinggal dirumah mewah dan ada juga yang tinggal di pemukiman kumuh.

Bagaimanakah Israel harus menyikapinya? Bacaan alkitab kita saat ini merupakan aturan Taurat sebagai ketetapan Allah tentang bagaimana seharusnya hidup umat-Nya di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam ayat 4-9, minimal ada 4 hal penting menyikapi kondisi tertentu yang terjadi di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan dan hidup berjemaat, yaitu:

1.    Sikap kepada seseorang yang memusuhi kita (ay.4-5).
Apa yang harus dilakukan kepada seseorang yang jelas-jelas memusuhi kita, namun pada saat yang sama sedang mengalami kemalangan atau membutuhkan bantuan kita? Kepada umat Israel, dalam TauratNya Tuhan memerintahkan mereka untuk mengembangkan sikap penuh kasih tanpa memandang teman atau lawan.

Ayat 4-5 dicontohkan kasus tentang lembu atau keledai dari seorang yang memusuhi kita, sedang mengalami masalah maka pertolongan segera harus diberikan. Menarik untuk disimak bahwa TUHAN mencontohkan kasus terhadap musuh ini pada kondisi binatangnya dan bukan kondisi langsung dari orang yang memusuhi kita. Hal ini memberikan indikasi bahwa sebagaimana binatang dari musuhpun harus ditolong, apalagi kepada pemilik atau manusianya. Musuh tetap haruslah dibantu dan ditolong. Ini pernyataan tegas dalam bacaan kita. Ditolong dimaksud, apabila kita mengetahui persis bahwa ia membutuhkan pertolongan.

2.    Sikap untuk memberlakukan keadilan (ay 6-8)
Keadilan haruslah ditegakkan dan diterapkan oleh umat, apalagi ketika mereka nantinya telah berada di tanah perjanjian. Ukuran keadilan bukanlah soal siapa yang harus dibela dan dipihaki; bukan juga soal status sosial yakni si kaya atau si miskin; bukan juga soal karena kepentingan yang lebih menguntungkan atau merugikan. Melainkan ukuran keadilan itu menurut ayat 7 adalah keadilan menurut ukuran Tuhan. Jadi standar keadilan adalah keadilan menurut Tuhan dan bukan menurut hukum apapun.

Adalah tegas dilarang apabila hanya karena status sosial seseorang dan keadaan ekonominya, yakni kemiskinannya, maka ia tidak dibela bahkan mengalami ketidakadilan dalam hak maupun perkara. Dalam ayat 6 kita melihat bahwa justru hak-hak orang miskin tetap harus diperjuangan-kan selama dalam perkara itu ia memnag benar dan tidak melakukan kesalahan.

Keadilan Tuhan haruslah ditegakkan, walau pada akhirnya hal itu tidak mendatangkan keuntungan pada pihak yang kita bela. Sebab seringkali pembelaan diberikan karena kepentingan tertentu yang menguntungkan dan bukan demi keadilan. Sehingga praktek suap sudah menjadi hal lumrah dalam dunia peradilan. Pada jaman masih di padang gurun, kondisi ini sudah diingatkan, bahwa Tuhan menolak praktek Suap, sebab hal itu adalah corengan kasar terhadap keadilan Tuhan. Bukan berapa besar keutungan dari suap yang menentukan standar keadilan, tapi keadilan Tuhan-lah yang harusnya menjadi standart keputusan keadilan bagi seseorang.

3.    Sikap terhadap orang asing (ay.9)
Siapakah orang asin menurut kontkeks bacaan kita? Walaupun masih di padang gurun ketika Taurat ini ditetapkan Tuhan, namun kedepan Israel sudah disiapkan untuk memiliki tanah dan bangsa sendiri. Mereka yang dulunya menduduki negeri itu, yakni orang Kanaan kini menjadi tawanan perang. Mereka itu pula yang dimaksud dengan orang asing. Orang asing juga berarti pendatang di mana sudah pasti tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap, dan juga rumah untuk ditinggali. Mereka inilah terkategori sebagai orang asing.

Orang-orang seperti ini sudah pasti adalah pribadi yang sangat membutuhkan pertolongan. Dalam ayat 9 disebutkan bahwa secara psikologi orang asing akan merasa terjajah dalam diri dan ditengah masyarakat yang asing baginya. Jiika karena keangkuhan Israel yang sok memiliki tanah, dan menekan orang asing, maka bisa dibayangkan betapa lebih tertekan lagi mereka menjalani kemalangan hidup itu. Mengapa orang asing perlu diperhatikan? Jawaban sederhana untuk Israel adalah karena mereka sendiri pernah merasskan bagaimana tidak enaknya menjadi orang asing dinegeri orang dan mengalami tekanan berat di Mesir. Hal cukup menjadi pelajaran, dan sekarang tidak kemudian dilalukan bagi orang lain. Karena itu, orang asing tetaplah perlu diperhatikan oleh mereka.

Berdasarkan Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian kita tentang Firman Tuhan ini, yang dapat kita bahwa dan praktekkan dalam hidup keseharian kita, yakni:
1.    Kasihilah musuhmu! Itulah perintah penting yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Mat 5:44 yang juga sangat jelas diuraikan pada ayat 4 dan 5 bacaan kita. Memang sulit untuk melakukannya. Namun sebagaimana Israel mematauhi hukum Taurat itu dengan wajib, demikian juga kita harus mengerjakan perintah Tuhan ini dengan penuh ketaatan. Ada rahasia penting dari mengasihi musuh, yakni jika kita mengasihi musuh, itu sama dengan membunuh musuh itu, dan mengubahnya menjadi sahabat kita. Dengan demikian, semakin banyak kita mengasihi musuh, semakin banyak pula kita menciptakan persahabatan dan persaudaraan yang baru.

Ini adalah perintah Tuhan. Perintah ini sekaligus menjadi ciri kekristenan di manapun berada. Itu berarti saat kita berhasil mengampuni seorang musuh lewat mengasihinya, maka di saat yang sama kita sedang menyebarkan injil Tuhan, bukan lewat khotbah namun lebih dari pada itu, yakni lewat perbuatan yang nyata.

2.    Perhatikanlah kondisi negeri ini. Indonesia adalah negeri yang sangat diberkati dengan kekayaan yang melimpah. Namun kerakusan dan keserakahan termasuk ketidakadilan justru mewarnai perjalanan bangsa ini yang acapkali tidak pernah puas dengan apapun yang sudah dimiliki. Silakan menyimak berita diberbagai media informasi. Keadilan sudah menjadi barang unik dan langkah dinegeri ini. Bahkan keadilan rasanya terlalu mahal untuk dimiliki oleh masyarakat kecil yang tidak mampu. Suap sana suap seni untuk membeli keadilan. Standart keadilan diukur bukan soal kebenaran tapi soal berapa harga rupiah yang bisa dikantongi.

Lewat bacaan kita hari ini kita diajak untuk kembali kepada ukuran keadilan menurut standart tertinggi, yakni Firman Tuhan. Ukuran keadila yang dimaksud adalah ukuran keadilan menurut TUHAN. Sesuatu yang adil harusnya juga adalah sesuatu yang benar dan bukan karena stasus kaya-miskin; rugi atau untung. Gereja dipanggil untuk menyuarakan kondisi ini, lewat menjadi pelaku-pelaku keadilan yang benar. Hal ini dapat kita mulai di rumah masing-masing. Ajarkanlah kebenaran dan keadilan kepada anak-anak kita, agar kedepan mereka mampu menerapkan kebenaran dan keadilan itu dengan sesungguhnya.

Dimanapun kita berada, dikantor, di masyarakat, di jemaat maupun dalam kehidupan rumah tangga, marilah menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Katakan TIDAK pada kecurangan dalam berbagai bentuk termasuk suap. Mari perjuangankan keadilan, sebab itulah yang dikendaki TUHAN untuk kita kerjakan. Amin.