Tuesday, March 22, 2011

ROTI HIDUP

MATERI KHOTBAH IBADAH SEKTOR 23 MARET 2011
YOHANES 6:48-51

48Akulah roti hidup.  49Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati.  50Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. 51Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

PENDAHULUAN
Bacaan kita hari ini adalah lanjutan kisah sebelumnya tentang pengajaran Yesus mengenai diri-Nya. Orang banyak yang amat mengidolakan Musa dan menyebutnya sebagai utusan Allah bagi mereka, karena Musa memberi mereka makan roti dari Sorga atau Roti Manna, tetap tidak bisa menerima Yesus sebagai Roti Sorga yang sesungguhnya. Itulah sebabnya mereka menolak pengajaranNya itu dengan alasan bahwa mereka tahu siapa Dia dan siapa orang tuaNya (bd.42).

Bagian yang kita baca ini berisi penekanan Yesus terhadap siapa Dia sesungguhnya. Tema Ia adalah Roti hidup kembali diangkat dan dijelaskan Yesus.

TELAAH PERIKOP / TAFSIRAN
1.       Rangkaian Bacaan kita ini sering disebut sebagai “pidato Roti Hidup”. Karena seluruh pengajaran Yesus pada perikop ini terfokus pada pemaknaan Roti. Mengapa Roti dipilih Yesus menjadi salah satu tema pengajaran dalam rangka Ia menjelaskan tentang Siapa dirinya? Di Israel, roti memiliki makna dan arti yang sangat penting. Roti memainkan peran yang sangat sentral dalam setiap peribadahan mereka.
  1. Dalam perayaan Pentakosata misalnya, dua roti beragi akan dipersembahkan sebagai kurban bagi TUHAN bersama dengan korban bakaran lainnya. (bd. Im.23:17);
  2. Pada Kemah Suci setiap minggunya dan kemudian berlanjut di Bait Allah, orang Lewi sebagai pelayan di Bait Allah akan meletakkan dua belas roti tidak beragi sebagai lambang 12 suku Israel (Im 24:5);
  3. Di Bait Allah akan diletakkan juga Roti di hadapan TUHAN sebagai lambang kehadiran Allah bagi umatNya itu (bd. Kel.25:30).

Dengan kata lain, Yesus sengaja menggunakan analogi Roti untuk menjelaskan pengajaranNya itu karena memang orang Israel mengenal betul makna dari Roti yang berhubungan erat dengan korban keselamatan dan kehadiran TUHAN. Itu berarti jika Yesus menyebut diriNya sebagai Roti Hidup, hal ini menunjuk pada korban keselamatan dan juga jati diriNya sebagai penguasa alam semesta.

2.       Dalam sejarah iman orang Israel, ada satu roti yang mereka sebut sebagai “Roti Sorga”, yakni roti yang diturunkan TUHAN dari Sorga, yang biasa disebut dengan Roti “Manna” (bd. Kel.16:1-35). “Manna” itu kelihatannya seperti roti, “sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi” (Kel.16:14), “rasa-nya seperti rasa kue madu” (Kel.16:31), atau “seperti panganan yang digoreng” (Bil 11:8). Inilah Roti yang amat dikagumi oleh orang banyak tersebut saat mereka berbicara dengan Yesus.  Bagi mereka itulah cara ajaib yang TUHAN lakukan ketika memelihara mereka dan memberi hidup selama 40 tahun lamanya di gurun melalui makan roti yang turun dari Sorga itu.
       
Di sini Yesus meng-ibarat-kan dirinya bagaikan “manna” tadi,  makanan yang bersifat “spiritual and supernatural” dari Tuhan. Namun, sekali lagi Yesus membedakan Roti “manna” itu dengan Roti Hidup, yakni diriNya sendiri. Keunggulan Roti Sorgawi yakni Yesus sendiri dibanding dengan “manna” sangatlah nyata. Yang satu membawa hidup yang kekal, sementara roti “manna” tidak mampu melewati kematian. Hal ini di ditegaskan begitu kuat oleh Yesus pada ayat 49 dan 50 bacaan kita.

3.       Memang benar bahwa Roti “manna” itu pemberian Allah sehingga disebut roti dari Sorga. Tetapi Roti yang benar dari Sorga bukanlah Roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka. Sebab roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu hanya memberi rasa kenyang sesaat bagi mereka saja. Sedangkan Roti sesungguhnya yang benar dari sorga akan dinikmati bukan saja oleh nenek moyang mereka tapi oleh seluruh dunia. Selanjutnya roti yang dimaksud itu bukan hanya memberi rasa kenyang sesaat namun efeknya adalah memberi hidup kepada dunia.

Itulah sebabnya sambil menunjuk diriNya sendiri, Yesus berkata pada ayat 51: Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Memakan “dagingku” yang dimaksud Tuhan Yesus adalah menerima pengorbanan tubuNya yang disalib dan mati untuk dosa kita dan kemudian bangkit untuk menebus kita. Dengan kata lain, kehidupan kekal yang dimaksud Yesus hanya dapat diperoleh mereka apabila orang Israel itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya.

Tetapi hingga akhir perikop ini kita menemukan bahwa orang banyak itu tetap saja tidak mengerti.


APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Katakanlah, di rak buku kita tergeletak sebuah buku kumpulan sajak dari W.S. Rendra yang selama ini belum juga sempat kita baca.  Itu berarti bahwa selama itu pula isi buku tersebut tetap bersifat asing bagi Anda. Lalu suatu ketika kita pun membaca isi buku itu. Ternyata isinya benar-benar memukau. Sajak-sajak itu menyentuh dan bahkan merangsang berbagai perasaan. Dengan itu, isi buku tersebut. telah mengambil tempat dalam ingatan, pikiran dan hati Anda. Isi buku itu ternyata telah menjadi SANTAPAN bagi kita. Tadinya isi buku itu berada di luar sana, tetapi sekarang ia kini berada dalam diri kita. Mengapa? Karena kita telah mengecap dan menikmati isi dari tulisan itu. Sekarang syair sajak itu telah menjadi bagian diri kita melalui pikiran dan ingatan kita.

Demikian juga dengan Tuhan Yesus! Selama Ia hanya menjadi “tokoh” dalam sebuah buku (alkitab) maka Dia akan tetap berada diluar kita dan kitapun tidak akan pernah mengalami diriNya. Namun ketika Yesus masuk dalam kehidupan kita, maka Ia akan menjadi bagian dalam diri dan hidup kita dan kita ada di dalam diriNya. Itulah yang dimaksud dengan “memakan dagingKu” sebagaimana di ucapkan Yesus. Kita perlu untuk mengenal dan mengalami Yesus. Jangan biarkan pengenalan kita tentang Yesus hanya sampai pada pemahaman semu, namun yang lebih penting adalah mengenal Dia dengan lebih dalam lagi.

Para orang banyak itu sangat mengenal Yesus. Mereka tahu siapa Dia dan orang tuaNya. Namun ternyata mereka tidak mengenalNya lebih dalam lagi. Mereka masing mengagumi roti dkiriman dari sorga yang disebut “manna”, padahal di hadapan mereka saat itu ada Roti Sorga yang sesungguhnya, Roti Hidup yang memberi hidup Kekal. Sudahkan Yesus menjadi bagian hidup kita? Ini pertanyaan penting yang harus kita  renungkan. Atau barangkali kita hanya tahu tentang Yesus namun belum mengenalnya dan mengalami tentang Yesus dalam hidup beriman kita? Jika benar demikian itu sama dengan kita hanya membaca judul suatu buku namun tidak pernah membaca dan menikmati buku itu.

2.       Hari ini kita diingatkan untuk mulai saat ini berusaha mengenal Tuhan kita lebih dalam dan lebih sungguh lagi. Hanya dengan pengenalan yang benar tentang Yesuslah akan membuat kita mengerti dan memahami semua kehendaknya.

Bagaimana cara mengenalNya? Sebenarnya tidaklah sulit! Kita dapat mengenal Tuhan kita melalui kebenaran FirmanNya. Karena itu mengetahui Fiman Tuhan adalah hal yang patut dilakukan orang percaya demi dapat mengenal TUHAN lebih baik lagi. Itu berarti kita harus lebih banyak membaca Alkitab, merenungkan dan melakukannya supaya kita dapat mengenalNya dengan baik.

3.       Siapakah Yesus Kristus bagi kita? Apakah Ia benar kita terima sebagai Roti Hidup alias makanan rohani kita? Kata pepatah bijak: “makanan yang kita makan menunjuk siapa kita”. Pepatah ini ingin mengatakan tentang disiplin memelihara kesehatan, mengatur keuangan dalam hal makanan, dan juga kemampuan mengendalikan diri dari godaan makanan. Namun jika pepatah ini disejajarkan dengan Yesus sebagai Roti Hidup itu berarti bahwa kehidupan kita ditentukan dari apa yang kita makan.

Jika Roti hidup adalah makanan kita (Yesus telah menjadi bagian hidup kita) maka seharusnya dalam setiap hidup kita tergambar pola dan kehidupan yang benar sebagaimana Yesus adalah kebenaran itu. Jika pola kehidupan kita yakni pikiran, perkataan dan perbuatan kita tidak selaras dengan kehendak Kristus, maka sesungguhnya kita BELUM menjadikan Dia sebagai Roti Hidup kita. Karena itu marilah menerima Yesus sebagai Roti Hidup. Jalanilah kehidupan ini yang berpadanan dengan MAKANAN ROHANI kita itu supaya benar adanya bahwa kita dapat beroleh hidup kekal. Amin.

Monday, March 21, 2011

MATERI KHOTBAH PKB 21 MARET 2011 YOHANES 6:30-36

KEJARLAH KEBENARAN DAN BUKAN PEMBENARAN

6:30 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan?
6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."
6:32 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga.
6:33 Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."
6:34 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

PENDAHULUAN
Setelah orang banyak yang mencari Yesus bertemu denganNya, mereka dikejutkan dengan pemapaan Yesus tentang diriNya. Orang bayak menjadi  ragu tentang keilahian Yesus sebagai sang khalik yang lebih besar dari Musa. Itulah sebabnya mereka menuntut bukti berupa tanda yang jelas yang menunjuk siapa Yesus sebenarnya.

Bagian yang kita baca ini berisi tentang dialog yang bernuansa upaya debat dari orang banyak tentang identitas Yesus yang sesungguhnya.

TELAAH PERIKOP / TAFSIRAN
1.       Perhatikan ayat 30-31 bacaan kita. Orang banyak meminta tanda sebagai bukti bahwa Yesus memang diutus Allah untuk mereka. Bagi mereka, secara nalar dan logika, sesuatu hanya dapat dipercaya dan diterima sebagai suatu kebenaran apabila didukung oleh tanda dan pembuktian yang nyata.

Kekerasan hati mereka dikuatkan dengan peristiwa yang terjadi pada nenek moyang mereka ketika berada di padang gurun waktu keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian, tanah Kanaan. Menurut mereka, hanya Musalah yang dapat mereka terima sebagai utusan Allah karena Musa mampu membuat suatu mujizat yakni memberi makan ribuan orang dengan Roti dari Sorga yang disebut manna. Musa diterima dan diakui sebagai utusan Allah yang membebaskan mereka karena adanya pembuktian melalui Roti dari Sorga itu atau Roti manna. Dengan kata lain, kepercayaan orang banyak itu hanya bertumbuh dari sesuatu yang dapat dibuktikan. Mereka hanya percaya jika itu dapat dilihat dan terbukti benar. Itulah sebabnya mereka menggugat Yesus dan bertanya “pekerjaan mana yang Yesus lakukan untuk membuktikan ucapanNya?” Yesus tidak membuktikan apapun, sementara Musa telah terbukti pekerjaannya itu.

2.       Alasan dan cara berpikir orang Israel itu di patahkan oleh Yesus pada ayat 32-33 di bacaan kita. Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Dari uraian ayat 32-33 ini, ada dua hal penting yang ingin Yesus tegaskan, yakni:
  1. Bahwa nenek moyang mereka diberikan makan “manna”, sebenarnya bukan oleh Musa melainkan oleh Allah Bapa. Musa tidak pernah mampu untuk mendatangkan makanan itu. Musa hanyalah manusia dan tidak punya kuasa. TUHAN sendirilah yang bekerja dan memberi makan menek moyang mereka itu.
Jadi alasan Roti “Manna” sebagai hasil pekerjaan Musa sehingga itu membuktikan bahwa ia adalah utusan TUHAN adalah suatu kekeliruan besar. Musa memang utusan TUHAN, tapi bukan karena ia memberi “Manna” bagi Israel, sebab TUHAN-lah yang memberi makanan itu.

  1. Memang benar bahwa Roti “manna” itu pemberian Allah sehingga disebut roti dari Sorga. Tetapi Roti yang benar dari Sorga bukanlah Rotti yang dimakan oleh nenek moyang mereka. Sebab roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu hanya memberi rasa kenyang sesaat bagi mereka saja. Sedangkan Roti sesungguhnya yang benar dari sorga akan dinikmati bukan saja oleh nenek moyang mereka tapi oleh seluruh dunia. Selanjutnya roti yang dimaksud itu bukan hanya memberi rasa kenyang sesaat namun efeknya adalah memberi hidup kepada dunia.

3.       Mendengar penjelasan Yesus itu, orang banyak menjadi sangat penasaran dan ingin menikmati roti yang Ia maksudkan. Itulah sebabnya mereka berkata: “Tuhan berikan roti itu!” Ternyata mereka amat menginginkannya. Mendengar permintaan itu, Yesus segera menyebut dan mendefinisikan Roti yang Ia maksudkan. Pada ayat 35 bacaan kita Yesus menyebutkan bahwa Dialah yang dimaksud dengan Roti itu.
Hal ini memberikan penekanan kepada orang Israel itu bahwa mereka harus lebih percaya kepada Yesus dibanding kepada Musa, dan mereka harusnya tidak memikirkan hal-hal yang dapat binasa melainkan sesuatu yang memberi hidup kekal. Yesuslah Roti Hidup yang memberi kehidupan kekal. Dialah Roti yang turun dari Sorga. Maka harusnya kepada Dia-lah orang Israel mempercayakan hidup mereka.

4.       Namun, apapun yang dijelaskan Yesus, Ia tahu bahwa mereka tidak akan percaya walaupun sudah mengetahui dan mengenal Dia. Me ngapa demikian? karena orang banyak itu hanya berpegang pada kebenaran yang mereka percayai dan bukan kepada ajaran yang Yesus sampaikan.


APLIKASI DAN RELEFANSI
1.       Sudah menjadi kenyataan yang tak terpungkiri bahwa segala sesuatu selalu diyakini jika sudah dapat dibuktikan. Sebagai manusia kita sendrung memuaskan nalar dan logika kita untuk menerima suatu kebenaran. Hari ini kita diajarkan Firman Tuhan tetang bagaimana kemudian orang Israel tidak dapat menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN karena tidak dapat mempercayaiNya.

Iman tidak yang sesungguhnya adalah kebenaran yang diterima tanpa pembuktian apapun melainkan kemampuan untuk meyakini dengan sungguh. Kita percaya kepada Yesus bukan karena alat bukti tertentu, namun seharusnya kita percaya kepadaNya karena memang kita percaya. Itu sudahlah cukup. Bukankah Yesus pernah berkata kepada murid2-Nya pada kasus Tomas yang kurang percaya: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh.20:29.b). Percaya kepada Yesus tidak harus menuntuk pembuktian atau karena melihat. Percaya kepada Yesus harusnya dilakukan tanpa syarat apa-pun sebagaimana Ia berkorban untuk kita tanpa menuntut syarat apapun dari kita.

2.       Mengapa walaupun Yesus telah memperkenalkan diriNya dan mematahkan argumen mereka tentang siapa Dia dibanding Musa, orang Isreal tetap tidak percaya? Jawabannya karena mereka lebih percaya kepada kebenaran yang mereka pahami dari pada kebenaran yang diajarkan Tuhan.

Hari ini kita diingatkan suatu hal yang penting. Bahwa kebenaran yang mutlak dan paling benar adalah kebenaran dari Allah. untuk dapat menerima kebenaran dari TUHAN kita harus bersedia menanggalkan prinsip, kaidah dan keteguhan logika kita terhadap kebenaran yang kita pegang sebelumnya. Apabila kebenaran yang kita miliki tidak sama dengan kebenaran dai TUHAN, maka sudah dapat dipastikan bahwa kebenaran yang kita pegang itu sebenarnya bukanlah kebenaran. Kita harus menerima kebenaran dari TUHAN.

Apakah kebenaran itu? Bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruslamat. Itulah kebenaran yang sesungguhnya. Ia-lah Roti Hidup itu. Kita harus menerimanya agar beroleh kehidupan kekal. Karena itu wujud menerima dan mengakui Yesus sebagai Juruselamat adalah ketika kita bersedia untuk menaati dan melalukan kehendaknya dalam hidup kita. Sebagai suami, jadilah suami yang taat kepada TUHAN. Sebagai istri. Jadilah istri yang hanya taat kepada TUHAN. Maka saat itulah kita telah menerima dan menikmati Roti Hidup itu yakni Tuhan Yesus Kristus. Amin

MATERI KHOTBAH PKP 22 MARET 2011 (YOHANES 6:41-43)

JANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA



6:41 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga."
6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
6:43 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut.

PENDAHULUAN
Bacaan kita hari inimerupakan lanjutan bacaan pada hari Minggu dan Senin tentang pengajaran Yesus kepada orang banyak ketika mereka mencarinya.

TELAAH PERIKOP / TAFSIRAN
1.       Pada bacaan sebelumya yakni ayat 32-33 Yesus menjelaskan siapa Musa dan perannya dalam memberikan Roti “Manna” waktu nenek moyang mereka berada di padang gurun. Yesus berkata: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia. Dari uraian ayat 32-33 ini, ada dua hal penting yang ingin Yesus tegaskan, yakni:
  1. Bahwa nenek moyang mereka diberikan makan “manna”, sebenarnya bukan oleh Musa melainkan oleh Allah Bapa. Musa tidak pernah mampu untuk mendatangkan makanan itu. Musa hanyalah manusia dan tidak punya kuasa. TUHAN sendirilah yang bekerja dan memberi makan menek moyang mereka itu.
Jadi alasan Roti “Manna” sebagai hasil pekerjaan Musa sehingga itu membuktikan bahwa ia adalah utusan TUHAN adalah suatu kekeliruan besar. Musa memang utusan TUHAN, tapi bukan karena ia memberi “Manna” bagi Israel, sebab TUHAN-lah yang memberi makanan itu.

  1. Memang benar bahwa Roti “manna” itu pemberian Allah sehingga disebut roti dari Sorga. Tetapi Roti yang benar dari Sorga bukanlah Rotti yang dimakan oleh nenek moyang mereka. Sebab roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka itu hanya memberi rasa kenyang sesaat bagi mereka saja. Sedangkan Roti sesungguhnya yang benar dari sorga akan dinikmati bukan saja oleh nenek moyang mereka tapi oleh seluruh dunia. Selanjutnya roti yang dimaksud itu bukan hanya memberi rasa kenyang sesaat namun efeknya adalah memberi hidup kepada dunia.

2.       Mendengar penjelasan Yesus itu, orang banyak menjadi sangat penasaran dan ingin menikmati roti yang Ia maksudkan. Itulah sebabnya mereka berkata: “Tuhan berikan roti itu!” Ternyata mereka amat menginginkannya. Mendengar permintaan itu, Yesus segera menyebut dan mendefinisikan Roti yang Ia maksudkan. Pada ayat 35 bacaan kita Yesus menyebutkan bahwa Dialah yang dimaksud dengan Roti itu.

Bahwa Yesus menyebut pada akhirnya apa dan bagaimana Roti Dari Sorga itu. Roti yang dimaksud Yesus adalah DiriNya sendiri yang memberi diri bagi kehidupan kekal untuk dunia. Hal ini memberikan penekanan kepada orang Israel itu bahwa mereka harus lebih percaya kepada Yesus dibanding kepada Musa, dan mereka harusnya tidak memikirkan hal-hal yang dapat binasa melainkan sesuatu yang memberi hidup kekal. Yesuslah Roti Hidup yang memberi kehidupan kekal. Dialah Roti yang turun dari Sorga. Maka harusnya kepada Dia-lah orang Israel mempercayakan hidup mereka.

3.       Namun, apapun yang dijelaskan Yesus, Ia tahu bahwa mereka tidak akan percaya walaupun sudah mengetahui dan mengenal Dia (ay.36). Mengapa demikian? karena orang banyak itu hanya berpegang pada kebenaran yang mereka percayai dan bukan kepada ajaran yang Yesus sampaikan. Itulah sebabnya mereka menolak Dia.

4.       Pada ayat 41-43 pada bacaan kita, dipaparkan alasan lain mengapa orang banyak itu menolak Yesus dan kebenaran yang diajarkan kepada mereka. Pada ayat 42 mereka berkata: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?". Bagi orang banyak itu, adalah sulit untuk menerima bahwa Yesuslah Roti yang turun dari Sorga itu sebab mereka tahu dari mana Yesus datang. Menurut mereka Yesus datang dari keluarga yang mereka kenal, yakni Maria dan Yusuf sehingga tidaklah mungkin Ia datang dari Sorga. Itu suatu kemustahilan untuk dapat dipercayai. 

Apakah salah pendapat orang banyak itu? Sebenarnya apa yang diucapkan orang banyak itu tidaklah salah. Bahwa memang benar Yesus berasal dari keluarga itu, Ia adalah seorang tukang kayu, bapaknya bernama Yusuf dan ibunya adalah Maria. Mereka amat mengenal Yesus, dan mungkin ada diantara mereka yang tumbuh bersama dan mengalami masa kecil bersama-sama Yesus. Itulah sebabnya adalah wajar apabila mereka menolak Yesus datang dari Sorga.

Tetapi kegagalan orang banyak Yesus yang membuat mereka gagal “melihat” Yesus yang sebenarnya adalah karena mereka sudah terlanjur cepat “menilai buku hanya dari sampilnya saja”. Artinya mereka berusaha mendefinisikan siapa Yesus berdasarkan apa yang mereka lihat dari luar dan tampilan saja. Mereka begitu yakin bahwa mereka sudah tahu siapa sesungguhnya Yesus. Padahal sesungguhnya mereka tidak tahu apapun tentang Yesus. Kebenaran yang mereka pegang  tentang Yesus justru menyesatkan mereka untuk dapat mengenalnya secara lebih mendalam.

APLIKASI DAN RELEFANSI
1.       Sudah menjadi kenyataan yang tak terpungkiri bahwa segala sesuatu selalu diyakini jika sudah dapat dibuktikan. Sebagai manusia kita cendrung memuaskan nalar dan logika kita untuk menerima suatu kebenaran. Hari ini kita diajarkan Firman Tuhan tentang bagaimana kemudian orang Israel tidak dapat menerima Yesus Kristus sebagai TUHAN karena tidak dapat mempercayaiNya.

Iman tidak yang sesungguhnya adalah kebenaran yang diterima tanpa pembuktian apapun melainkan kemampuan untuk meyakini dengan sungguh. Kita percaya kepada Yesus bukan karena alat bukti tertentu, namun seharusnya kita percaya kepadaNya karena memang kita percaya. Itu sudahlah cukup. Bukankah Yesus pernah berkata kepada murid2-Nya pada kasus Tomas yang kurang percaya: “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh.20:29.b). Percaya kepada Yesus tidak harus menuntut pembuktian atau karena melihat. Percaya kepada Yesus harusnya dilakukan tanpa syarat apa-pun sebagaimana Ia berkorban untuk kita tanpa menuntut syarat apapun dari kita.

2.       Mengapa walaupun Yesus telah memperkenalkan diriNya dan mematahkan argumen mereka tentang siapa Dia dibanding Musa, orang Isreal tetap tidak percaya? Jawabannya karena mereka lebih percaya kepada kebenaran yang mereka pahami dari pada kebenaran yang diajarkan Tuhan. Mereka terlalu cepat menilai Yesus dari luarnya saja dn bukan mengenalNya lebih dalam lagi.

Hari ini kita diingatkan suatu hal yang penting. Bahwa kebenaran semu yang kita pertahankan justru akan menjerumuskan kita kepada peyesatan diri. Jangan hanya berpikir bahwa kita sudah mengenal Dia, padahal sesungguhnya kita tidak mengerti tentang Dia. Karena itu kitapula diajarkan untuk mulai saat ini berusaha mengenal Tuhan kita lebih dalam dan lebih sungguh lagi. Hanya dengan pengenalan yang benar tentang Yesuslah akan membuat kita mengerti dan memahami semua kehendaknya.

Bagaimana cara mengenalNya? Sebenarnya tidaklah sulit! Kita dapat mengenal Tuhan kita melalui kebenaran FirmanNya. Karena itu mengetahui Fiman Tuhan adalah hal yang patut dilakukan orang percaya demi dapat mengenal TUHAN lebih baik lagi. Itu berarti kita harus lebih banyak membaca Alkitab, merenungkan dan melakukannya supaya kita dapat mengenalnya dengan baik.

3.       Ternyata berbahaya dampaknya jika hanya menilai seseorang dari tampilan luar saja. Kita diajarkan bahwa “Menilai buku hanya dari sampulnya saja” adalah suatu kekeliruan besar. Kekeliruan ini bukan saja akan menyesatkan tapi juga membuat kita menghakimi seseorang dengan keliru, sebagaimana orang banyak dengan bangga menghakimi Yesus.

Kitapun saat ini diajarkan untuk tidak menilai seseorang berdasarkan tampilan luarnya saja. Sebab jika itu terjadi kita menjadi hakim bagi orang itu dan kemudian menjadikan orang itu sebagai objek “kebenaran” yang kita pegang untuk membenarkan diri kita dan menyalahkan orang lain. Belajarlah untuk tidak cepat menilai seseorang berdasarkan ukuran yang kita ukur. Sebab ukuran yang kita pakai akan dipakai TUHAN juga untuk mengukur kita. Berpeganglah hanya pada kebenaran yang dari TUHAN supaya tidak ada kebenaran-kebenaran semu yang akan menyesatkan kita. Amin.

Tuesday, March 15, 2011

SALING MENOPANG DI TENGAH PERGUMULAN (Naomi dan Rut)

MATERI KHOTBAH PKB 14 MARET 2011
RUT 1:15-18

15 Berkatalah Naomi: "Telah pulang iparmu kepada bangsanya dan kepada para allahnya; pulanglah mengikuti iparmu itu."  16 Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;
17di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"  18 Ketika Naomi melihat, bahwa Rut berkeras untuk ikut bersama-sama dengan dia, berhentilah ia berkata-kata kepadanya.

PENDAHULUAN
Adalah hal yang biasa dewasa ini jika kita mendengar ada pertengkaran yang terjadi antara mertua dan menantu. Secara khusus pertengkaran tersebut sering terjadi antara ibu mertua dengan menantu perempuan. Masalah dan persoalannya kurang jelas, tetapi yang pasti selalu dipicu dari hal-hal sepele yang kemudian menjadi besar dan prinsipil. Simpulannya adalah ibu mertua dan menantu perempuannya jarang hubungan mereka tidak bermasalah.

Berbeda kisahnya dalam bacaan kita saat ini. Rut adalah menantu dari Anomi. Setelah suaminya meninggal Rut memutuskan untuk mengikuti Naomi dan menganggapnya bukan hanya sekedar mertua namun juga seperti ibunya sendiri. Namun, Naomi cukup bijak. Menurutnya, Rut masih memiliki masa depan yang lebih baik, apalagi ia menikah lagi. Itulah sebabnya Naomi memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Bet-lehem (rumah roti) dan meminta Rut melanjutkan kehidupannya sendiri. Namun justru prinsip yang berbeda ini menjadi dialog yang menarik (bisa disebut adu mulut yang kental) dalam bacaan kita serta menggambarkan tentang betapa eratnya hubungan mertua dan menantu dalam kisah ini.

TAFSIRAN / TELAAH PERIKOP
1.       Menurut ayat 1-5 anak-anak Naomi menikahi perempuan Moab sebagai Istri mereka masing-masing. Mahlon menikahi Opra; dan Kilyon menikahi Rut. Telah disebutkan tadi bahwa ketika suami masing-masing mereka meninggal, maka mereka memutuskan untuk meninggalkan Moab dan mengikuti Naomi ibu mertua mereka (ay.6-7).

Selanjutnya ayat 8-13 menceritakan tentang berbagai adu argumentasi dilakukan antara mertua dengan kedua menantu perempuannya. Mereka berdua, Orpa dan Rut, bersikeras untuk tidak akan meninggalkan Naomi mengalami kepahitan hidup seorang diri. Mereka ingin menemani, mereka ingin saling berbagi. Namun bagi Naomi yang lebih dahulu mengalami asam-garam hidup ini justru berpandangan beda dgn mereka. Bagi Naomi mereka berdua masih muda dan masa depannya masih ada. Adalah lebih tepat jika mereka kembali ke orang tua masing-masing  untuk memulai hidup baru dan jika mungkin, mereka dapat menikah lagi.

Penjelasan yang sangat detail dilakukan Naomi agar mereka mengerti. Naomi tidak bermaksud menolak pendampingan mereka, tapi Naomi juga menginginkan mereka bermasa depan. Akhirnya hati Orpa lulu dan mengalah iapun berpisah dengan mertuanya dalam suasana sedih dan haru (ay 13). Bisa dibayangkan kasih dan kesetiaan menantu itu bagi mertuanya; kasih Orpa untuk Naomi yang tiada duanya.
  
2.       Bagaimana dengan Rut. Bacaan kita menguraikan tentang bagaimana Rut bertahan pada prinsipnya. Rut terkesan menjadi menantu yang keras kepala. Naomi pada ayat 15 meminta Rut untuk mengikuti Orpa yang mengalah dan kemudian kembali ke ibu kandungnya. Demi ketaatan kepada mertua Opra kembali ke bangsanya dan kepada allahnya. Apakah benar Rut memang keras kepala dan tidak mau mengalah? Mari perhatikan ayat 16-17 bacaan kita. Dari ayat-ayat itu menemukan alasan yang kuat mengapa Rut bertahan pada Prinsipnya, yaitu:
  1. Naomi saat  itu sedang mengalami kepahitan hidup. Itulah sebabnya ia menyebut namanya bukan lagi Naomi pada ayat 19 namun menyebut dirinya dengan nama MARA. Dalam bahasa Ibrani “mara” berarti pahit, artinya hidup Naomi pahit adanya. Ia penuh dengan pergumulan karena ditinggal mati oleh suami sebagai tulang punggung dan anak2 lelakinya sebagai penggati suaminya pun meninggal dunia. Cukuplah lengkap penderitaannya, dan sebagai manusia biasa Naomi tidak mungkin menjalani sendiri semua itu.

  1. Kondisi ini amat jelas diketahui oleh Rut menantunya. Sebagai seorang anak, Rut amat mengasihi Naomi mertuanya itu. Ia ingin berbagi beban dan penderitaan yang dialami Naomi. Ia tidak tega meninggalkan Naomi menjalani sendirin kepahitan hidupnya. Itulah sebabnya Naomi berkata dengan tegas pada ayat 16: “ke manapun engkau pergi; di manapun engkau bermalam di situ pula aku berada”. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesetiaan dan kasih Rut terhadap Naomi tidaklah tertandingi melebihi sayangnya pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin berpisah dari mertuanya demi menopang dan mendampingi Naomi.

  1. Prinsip hidup yang begitu kuat ditampilkan Rut soal besar kadar keinginannya untuk “menyatu” dengan ibu mertuanya. Hal ini juga terlihat pada ayat 16 bagian akhir. Menurutnya bangsa Naomi adalah bangsanya juga. Itu berarti demi kasihnya kepada ibu dari suaminya ini, Rut bersedia kehilangan identitas dan meninggalkan identitas lama sebagai orang Moab dan selanjutnya mengambil identitas baru sebagai orang Yahudi sebagaimana identitas mertuanya. Bukankah itu suatu hal yang jarang dilakukan orang? Rut belum tahu keadaan orang-orang Yahudi; Rut tidak tahu apakah ia diterima di komunitas orang2 Israel itu. Namun resiko itu bersedia ia ambil demi mendampingi hidup mertuanya.

  1. Selanjutnya puncak argument Rut yang tidak dapat dibantah lagi oleh Naomi adalah ketika ia menyampaikan dua hal penting diakhir ayat 16 dan ay.17. Pertama: Agama dan Allah Naomi akan menjadi Allahnya juga; Kedua: atas dasar iman yang baru itu, ia bersedia dihukum TUHAN nya Naomi (yang sekarang adalah TUHANnya ia juga) apabila ia meninggalkan ibu mertuanya itu, kecuali karena Maut.

3.       Rut bersedia berpindah keyakinan. Suatu hal yang sangat prinsipil dan asasi sekali dari setiap pribadi. Namun, itu ia sedia lakukan. Mengapa? Pastilah tidak mudah bagi Rut untuk berpindah keyakinan selain ada suatu sebab yang kuat. Karena itu apa sebab yang kuat itu? Jawaban utamanya Cuma satu yaitu karena Naomi. Sikap hidup Naomi selama ia tinggal di Moab, cara ia bersikap sebagai mertua untuk menantu dan ketegaran imannya untuk bertahan di tengah duka dan kepahitan hidup, walau seakan menurutnya TUHAN seakan meninggalkannya (ay.20-21) serta hal2 lainnya ternyata menjadi kesaksian kuat untuk Rut menerima agama dan Iman yang baru yakni menyembah Allah-nya Naomi. Bukankah itu suatu hal yang luar biasa?


APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Hari ini kita belajar tentang pengalaman hidup seorang janda bernama Naomi. Ketika di Israel mengalami kelaparan, maka ia dan keluarganya mencari kehidupan di negeri asing bernama Moab. Namun malang tak dapat dihindari. Suami dan anak-anaknya meninggal. Ia tidak dapat menjalani hidup lagi di negeri orang tersebut. Kepahitan ia alami dan rasanya tak terhiburkan lagi. Namun, Naomi tidak sendiri menjalani kondisi itu. Orpa dan Rut berkomitmen mendampingi, walau pada akhirnya Orpa meninggalkannya, bukan karena tidak setia namun demi ketaatan pada ibu mertuanya itu.

Hal pertama dari Firman Tuhan ini mau berbicara tentang pentingnya menghadapi hidup ini tidak sendiri. Kita diajarkan bahwa sebagai manusia kita membutuhkan orang lain. Kita tidak dapat menghadapi tantangan dan pergumulan seorang diri saja. Pada ayat 18, syukurnya Naomi menyadari hal ini dan berhenti memninta Rut pergi. Jika baca kisah selanjutnya, kita dapat melihat peran Rut dalam menghidupkan perekonomian dan kebutuhan pokok Naomi. Bayangkan jika Rut tetap di suruh pergi. Pasti akan lain ceritanya.

Demikian juga kita! Jangan pernah menutup diri dengan pergumulan dan persoalan sendiri. Kita butuh orang lain untuk membantu dan menopang. Jangan pernah untuk menanggung beban sendiri, berbagilah beban dengan orang lain, sebab topangan dua orang lebih kuat dari seoranhg diri saja.

2.       Selain kita diajak untuk terbuka seperti Naomi, kita juga oleh Firman Tuhan bersedia untuk menjadi RUT. Ada banyak Naomi modern saat ini yang sedang berbeban sendiri. Saatnya bagi kita untuk menjadi Rut yang memiliki prinsip mulia. Rut tidak menyerah utuk menjalankan ide mulia itu. Penolakan Naomi tidak menyurutkannya, ia memahami bahwa Naomi sedang gundah dan wajar jika menolaknya.

Akhirnya prinsip kokoh Rut menjadi berkat buat Naomi, tapi juga menjadi berkat buat Rut sendiri. Akhir kitab ini mengisahkan tentang happy ending yang mengharukan bagi masa depan Rut di negeri dan bangsa yang baru, di sayap perlindungan imannya yang baru.

Karena itu, marilah menghadapi setiap pergumulan hidup ini seperti Naomi yang membuka diri bagi orang lain, tapi juga mari menjadi Rut yang bersedia memberi diri bagi penderitaan orang lain dan menopang hidup mereka yang bergumul sendiri. Sebab hal itu bukan hanya menjadi berkat untuk orang lain itu, tapi juga menjadi berkat bagi kita yang bersedia membantu. Kiranya TUHAN memampukan kita. Amin.

PERTOLONGAN TUHAN YANG TIDAK PERNAH TERLAMBAT (Boas dan Rut)

MATERI KHOTBAH PKP 14 MARET 2011
RUT 2:1-7

1 Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas. 2 Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."  3 Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.
4 Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: "TUHAN kiranya menyertai kamu." Jawab mereka kepadanya: "TUHAN kiranya memberkati tuan!"  5 Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: "Dari manakah perempuan ini?"
6 Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab. 7 Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."

PENDAHULUAN
Kisah ini adalah lanjutan cerita perjalanan hidup Naomi dan Rut ketika mereka telah kembali dari Moab dan sekarang tiba di Beth-lehem (rumah roti). Bagaimana nasib mereka di sana? Perjatikanlah bahwa baik Naomi maupun Rut menantunya adalah sama-sama seorang janda. Dalam tradisi Yahudi, jika seorang suami meninggal, harta kekayaannya tidak langsung menjadi milik jandanya melainkan dikembalikan kepada keluarga laki-laki. Jadi kita dapat membayangkan keadaan hidup Naomi dan Rut. Mereka tidak memiliki harta benda, dan itu berarti sangat sulit melanjutkan kehidupan.

Bacaan kita saat ini bercerita tentang dua orang janda yang mencoba untuk betahan hidup ditengah keterbatasan dan ketidak berdayaan mereka.  Kisah ini juga sarat dengan kehadiran TUHAN yang ajaib dan tidak tinggal diam di tengah pergumulan yang dialami. Ada beberapa catatan penting sehubungan dengan bagaimana cara mereka berdua bisa tetap hidup di tengah pergumulan hidup yang berat itu.

TAFSIRAN / TELAAH PERIKOP
1.       Sebenarnya adalah mudah bagi Naomi untuk meminta tolong sanaknya dari pihak keluarga suami yakni Boas yang kaya raya dari kaum Elimelekh (ay.1). Namun sepertinya Naomi sungkan melakukannya karena Boas bukanlah kerabatnya melainkan kerabat mendiang suaminya. Tetapi Rut kemudian berinisiatif untuk mencari pekerjaan lewat memungut bulir-bulir jelai yan terlewatkan dari para pekerja. Ide ini dipandang baik oleh Naomi. Dan sebagai ibu mertuanya, Naomi mengijinkan Rut melakukannya.

2.       Perhatikan ayat 2 bacaan kita. Mengapa Naomi mengijinkan Rut memungut bulir-bulir jelai di belakang para pekerja? Apakah ia tidak takut pekerja dan pemilik ladang (Boas) memarahinya? Bukankah tindakan itu tidaklah sopan atau mencuri jika mengambil bagian yang jatuh dari belakang? Mengapa pula Naomi mengijinkan menantunya melakukan hal yang tidak baik itu?

Ternyata apa yang dilakukan Rut tidaklah salah. Naomi tahu bahwa Rut tidak akan terkategori sebagai lancang mengambil milik orang lain. Sebab tindakan itu wajar dilakukan dalam tradisi Yahudi dan sah sesuai Firman Tuhan. Dalam Kitab Imamat 19:9-10 di sebutkan sbb:
9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. 10Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Pada saat Panen, bagian yang terlewatkan atau tertinggal di belakang penuai atau pekerja yang memanen secara langsung akan menjadi milik dan hak orang miskin dan juga orang asing. Itu berarti adalah wajar dan tepat yang dilakukan Rut dan tidak keliru jika Naomi menyetujui hal tersebut.

3.       Rut kemudian bekerja dengan cara turut memungut apa yang ditinggalkan (dengan sengaja) oleh para pekerja tersebut (ay.3). Perhatikanlah bahwa Rut juga turut menyabit bagian yang tidak disabit oleh para penyabit. Apa yang dilewatkan oleh pemilik ladang melalui pengerjanya adalah sepenuhnya hak dari aorang miskin dan orang asing. Hal ini memberi isyarat kuat bagi kita bahwa ketika ke ladang Boas, Rut tidak datang dengan tangan hampa melainkan siap untuk bekerja.

Rut sama sekali tidak mengemis kasih sayang lewat meminta-minta namun ia juga turut bekerja mengambil bagian yang “dijatahkan” TUHAN untuknya melalui ladang Boas. Tidak ada niat untuk berpangku tangan. Semuanya dikerjakan Rut dengan setia demi kelangsungan hidupnya dan juga mertuanya yaitu Naomi.

4.       Perhatikanlah reaksi dari kepala pekerja dan pemilik ladang yakni Boas dalam ayat 5-7. Baik kepala pengawas maupun Boas selaku pemilik ladang tidaklah marah malam bersimpati dengan apa yang dilakukan Rut. Bahkan kalau kita baca terus hingga ayat 10 kita menemukan betapa Boas amat mengasihi Rut dan memperlakukannya dengan baik.

Mengapa Boas menjadi begitu baik? Kita menemukannya pada ayat 11 bacaan kita. Ini disebabkan karena Boas telah mendengar tentang kemalangan mereka (Naomi dan Rut) tetapi juga tentang pengorbanan dan kebaikan hati Rut yang setia kepada mertuanya. Ternyata kebaikan yang ditabur Rut kepada mertuanya kini menuai kebaikan untuk Rut sendiri.


APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Belajar dari sikap seorang menantu perempuan yakni Rut kepada ibu mertuanya yaitu Naomi tidaklah mudah. Namun sejak SBU kemarin kita diajak untuk mencontohi sikap Rut kepada Naomi. Sudahkan kita menghormati mertua seperti menhormati dan mengasihi orang tua sendiri? Pada bacaan SBU kemarin disebutkan bawa Ia tidak tega meninggalkan Naomi menjalani sendirin kepahitan hidupnya. Itulah sebabnya Rut berkata dengan tegas pada ayat 16: “ke manapun engkau pergi; di manapun engkau bermalam di situ pula aku berada”. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesetiaan dan kasih Rut terhadap Naomi tidaklah tertandingi melebihi sayangnya pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin berpisah dari mertuanya demi menopang dan mendampingi Naomi.

2.       Cara TUHAN menolong kesusahan Naomi dan Rut tidak terjadi bagaikan sulap secara ajaib. Namun berproses secara alamia dengan menggunakan banyak cara. Salah satu misalnya melalui aturan hidup yang Dia tentukan dalam kitab Taurat termasuk Kitab Imamat 19:9-10 tadi. Selanjutnya TUHAN mengirim orang lain yang mmemiliki karunia murah hati untuk membantu mereka, yakni Boas.

Hari inipun kita diingatkan bahwa dalam kesusahan kita, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Ada banyak cara ajaib yang Tuhan kerjakan untuk kita walaupun terkesan sederhana dan alamiah. Bisa saja tiba-tiba Dia menciptakan kesempatan kita bertemu dengan seseorang di masa lampau yang kemudian di saat ini dialah yang menolong dan menopang kita. Rut tertolong karena TUHAN melalui Boas. Kitapun juga pasti tertolong dengan cara Tuhan yang tidak bisa kita terka.

3.       Selanjutnya mari juga bersikap seperti Naomi dan Rut. Mereka tidak mau menerima begitu saja dalam kepasrahan yang pasif tanpa usaha keluar dari kemelut itu. Bukitanya Rut segera pergi keladang dan mengusahakan berkat yang memang disediakan TUHAN di sana.

Demikian juga dengan kita. Kita perlu berusaha! Jangan mau menyerah! Berkat Tuhan tidak pernah jatuh dari langit dan tiba-tiba tersaji begitu saja. Kita perlu mengusahakannya dan menjemput berkat TUHAN yang memang Dia sediakan di sana. Itu berarti perlu usaha keras dan kesabaran dalam mencapai kemenangan dalam hidup tersebut. Jangan mudah menyerah teruslah berjuang! Sebab kita tahu jerih-payah kita bersama TUHAN tidaklah sia-sia. Amin

TUHAN BEKERJA DENGAN CARANYA SENDIRI (Naomi, Boas, Rut)

MATERI KHOTBAH SEKTOR 16 MARET 2011
RUT 2:14-23

PENDAHULUAN
Kisah ini adalah lanjutan cerita perjalanan hidup Naomi dan Rut ketika mereka telah kembali dari Moab dan sekarang tiba di Beth-lehem (rumah roti). Bagaimana nasib mereka di sana? Perhatikanlah bahwa baik Naomi maupun Rut menantunya adalah sama-sama seorang janda. Dalam tradisi Yahudi, jika seorang suami meninggal, harta kekayaannya tidak langsung menjadi milik jandanya melainkan dikembalikan kepada keluarga laki-laki. Jadi kita dapat membayangkan keadaan hidup Naomi dan Rut. Mereka tidak memiliki harta benda, dan itu berarti sangat sulit melanjutkan kehidupan.

Bacaan kita saat ini bercerita tentang dua orang janda yang mencoba untuk betahan hidup ditengah keterbatasan dan ketidak berdayaan mereka.  Kisah ini juga sarat dengan kehadiran TUHAN yang ajaib dan tidak tinggal diam di tengah pergumulan yang dialami. Pertolongan TUHAN datang melalui Boas yang masih famili dengan Almarhum suami Naomi. Ia adalah seorang yang kaya. Di ladang milik Boasl itulah, sesuai kisah SBU kemarin, Rut memperoleh berkat TUHAN untuk ia nikmati bersama ibu mertuanya. Ada beberapa catatan penting sehubungan dengan kisah pertolongan TUHAN melalui Boas yang dapat kita renunkan.

TAFSIRAN / TELAAH PERIKOP
1.       Pada bacaan kemarin disebutkan bahwa Rut memungut jelai yang ditingalkan dibelakang para pekerja. Mengapa Rut melakukan hal seperti itu? Apakah itu tidak berarti mengambil milik orang lain? Dalam Kitab Imamat 19:9-10 di sebutkan sbb:
9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. 10Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Pada saat Panen, bagian yang terlewatkan atau tertinggal di belakang penuai atau pekerja yang memanen secara langsung akan menjadi milik dan hak orang miskin dan juga orang asing. Itu berarti adalah wajar dan tepat yang dilakukan Rut dan tidak keliru jika Naomi menyetujui hal tersebut. Rut kemudian bekerja dengan cara turut memungut apa yang ditinggalkan (dengan sengaja) oleh para pekerja tersebut (ay.3). Perhatikanlah bahwa Rut juga turut menyabit bagian yang tidak disabit oleh para penyabit. Apa yang dilewatkan oleh pemilik ladang melalui pengerjanya adalah sepenuhnya hak dari orang miskin dan orang asing. Hal ini memberi isyarat kuat bagi kita bahwa ketika ke ladang Boas, Rut tidak datang dengan tangan hampa melainkan siap untuk bekerja.

Perhatikanlah reaksi dari kepala pekerja dan pemilik ladang yakni Boas dalam ayat 5-7. Baik kepala pengawas maupun Boas selaku pemilik ladang tidaklah marah malam bersimpati dengan apa yang dilakukan Rut. Bahkan kalau kita baca terus hingga ayat 10 kita menemukan betapa Boas amat mengasihi Rut dan memperlakukannya dengan baik.

Mengapa Boas menjadi begitu baik? Kita menemukannya pada ayat 11 bacaan kita. Ini disebabkan karena Boas telah mendengar tentang kemalangan mereka (Naomi dan Rut) tetapi juga tentang pengorbanan dan kebaikan hati Rut yang setia kepada mertuanya. Ternyata kebaikan yang ditabur Rut kepada mertuanya kini menuai kebaikan untuk Rut sendiri.

2.       Kebaikan Boas tidak hanya sampai pada membiarkan Rut mengambil jelai yang ditinggalkan para pekerja, sebagimana diwajibkan TUHAN untuk dilakukan oleh para pemilik ladang bagi orang miskin menurut kitab Imamat tadi. Namun lebih jauh Boas malah memberikan “Bonus” yang lain lagi dari kebaikan hatinya. Perhatikan ayat 14-17 bacaan kita. Boas dengan sengaja meminta para pekerjanya untuk meninggalkan onggokan jelai agar Rut dapat memungutnya.

Hingga petang Rut memungut hasil kerjanya tersebut. Ayat 17 menyebutkan bahwa hasil pungutannya sangat banyak. Jumlahnya mencapai 1 efa banyaknya. Mengapa disebut banyak? Satuan ukuran timbangan untuk biji-bijian termasuk biji jelai adalah efa. Ukuran efa adalah ukuran bejana yang sangat besar dan dapat menampung satu orang manusia dewasa. Jadi bayangkan ukuran efa hasil pungutan Rut. Sangat besar, sangat banyak! Itulah yang ia peroleh dari pagi hingga petang.

3.       Ketika hasil itu dibawa pulang dan ditunjukkan oleh Rut kepada Naomi, maka kagetlah ibu mertuanya. Sebab apa yang Rut hasilkan sangatlah banyak. Pada ayat 18-20 digambarkan bagaimana reaksi Naomi yang dengan penuh kegembiraan pengucap-syukur kepada TUHAN. Perhatikan ayat 20 dari ucapan Naomi. Pertolongan Boas ia pahami sebagai pertolongan TUHAN. Apa yang dilakukan Boas, Naomi aminkan sebagai perbuatan TUHAN. Itulah sebabnya Naomi memuliakan TUHAN dan mendoakan Boas akan diberkati oleh TUHAN.

4.       Selanjutnya pada ayat 20 bagian akhir, Naomi berkata kepada Rut: Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita. Apakah maksud kalimat “wajib menebus kami yang diucapkan Naomi? Istilah Menebus dari bahasa Ibrani qa’al yang berarti membayarkan sesuatu untuk jaminan tertentu. Dalam tradisi Ibrani, qa’al ini adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang masih memiliki hubungan keluarga dengan cara membayarkan sesuatu kepada orang lain supaya sanaknya dapat ditebus.

Dalam hal kasus Naomi dan kondisinya, Boas memiliki hak untuk menebus Naomi karena ia masih famili denganya dari pihak almarhum suami Naomi. Karena seorang jada tidak memiliki hak atas harta suaminya dan harta itu menjadi hak keluarga suami, maka Boas berhak untuk membayarkan sejumlah uang agar tanah, aladang atau rumah Naomi tidak diambil keluarga almarhum suami, sehingga tetap menjadi milik Naomi. Dengan demikian, si penebus harus masih memiliki hubungan keluarga dan mampu membayar nilai tebusan. Pada bacaan seterusnya kita akan dapat memahami maksud tersebut.


APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Bacaan kita hari ini memberikan suatu pemahaman iman yang tepat bagi siapa saja yang merasa hidupnya berada dalam kebuntuan jalan keluar. Sebagaimana Rut dan Naomi ditolong oleh TUHAN dengan caraNya yang ajaib, demikian juga dengan setiap kita yang menghadapi kesulitan hidup. Cara-cara TUHAN tidak terselami. Ia bekerja dengan cara yang misterius.

Boas dipakai TUHAN untuk menyatakan kasihNya kepada dua orang janda ini. Mereka tidak dibiarkan sendiri, namun pendampingan TUHAN nyata melalui Boas. Demikian juga dengan hidup orang percaya. Siapapun kita, TUHAN tidak pernah meninggalkan kita sendiri. Ia selalu mendampingi kita melalui banyak cara antara lain mengirim Boas-Boas tertentu dalam kehidupan kita.

2.       Apa reaksi Naomi adalah juga menjadi reaksi kebanyakan orang ketika ia menerima pertolongan. Naomi begitu gembira dan bersyukur sambil memuliakan TUHAN. Saat ini kita juga diajar untuk menjadi alat TUHAN seperti Boas dipakai menjadi alatNya. Ketika kita memberi diri bagi orang lain dengan penuh ketulusan menolong dan membantu mereka, secara tidak langsung hal itu adalah jawaban doa bagi mereka yang kita tolong. Efeknya adalah akan ada pujian bagi kemuliaan TUHAN.

Kita bisa menjadi alat TUHAN bagi kemuliaan namaNYA dengan cara yang sederhana. Tidak harus menjadi pendeta atau pengkotbah ulung. Tapi dengan kesediaan mengulurkan tangan dan membantu orang lain, maka di sana akan ada ucapan syukur dan pemuliaan bagi nama TUHAN.

3.       Minggu ini kita memasuki minggu pra-paskah VI. Kita diingatkan tentang prisip penebusan secara alkitabiah yang dilalkukan Yesus. Bahwa seorang penebus hanya boleh menebus jika memiliki hubungan kekeluargaan dan kemampuan untuk membayar. Dalam rangka itu kita diingatkan ulang pada karya penebusan Tuhan Yesus Kristus.

Supaya Ia dapat menebus kita, maka Dia harus memiliki hubungan kekeluargaan dengan kita. Itulah sebabnya kita kemudian diangkat menjadi anak-anak Allah supaya Yesus menjadi yang Sulung bagi kita dan BapaNya juga menjadi Bapa kita di sorga (Ef.1:5). Dengan mengangkat kita menjadi anak-anakNya, maka Bapa dapat dengan leluasa menebus kita. Namun adakah nilai yang dapat Dia bayar untuk menebus kita? Ada!! Nilainya adalah NYAWA PUTERA-NYA terkasih.

Karena itu kita harus bersyukur atas kesediaan TUHAN menebus kita, sebagaimana Naomi kemudia bersyukur kita ia dan Rut ditebus Boas. Marilah kita saling memperhatikan, menolong dan menopang orang lain, sebgaimana TUHAN telah menolong dan mendampingi kita dalam segala sesuatu. Amin