Monday, April 20, 2015

MENGINGAT RAYAKAN PERBUATAN TUHAN SEBAGAI TANDA SYUKUR DAN KETAATAN

(IMAMAT 23:33-38)

BAHAN RENUNGAN PKP 21 APRIL 2015

PENGANTAR
Pada pasal 23 kitab Imamat, TUHAN Allah melalui Musa mengatur tata cara perayaan keagamaan yang disebut dengan “pertemuan kudus” sebagai ketetapan hari-hari raya Israel yang wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah di Firmankan (bd. Ay.1,2).

Tujuan utama dari pelaksanaan hari-hari raya tersebut adalah untuk mengajarkan umat tentang perbuatan TUHAN, Allah mereka yang ajaib di masa lalu. Perayaan hari-hari raya bangsa Israel berpusat kepada Tuhan yang telah membebaskan dan memberi berkat kepada bangsa Israel. Motivasi perayaan bangsa Israel adalah bersyukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan, bukan memohon berkat seperti bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, ketika umat Israel melaksanakan hari raya tersebut, mereka sekaligus menyatakan syukur dan pujian kepada Tuhan.

GALIAN/ TELAAH PERIKOP
Di pasal 23 ini terdapat daftar urutan pelaksanaan hari-hari raya israel yang harus mereka lakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan, yakni:
1.       Paskah (23:5) dan Roti Tidak Beragi (23:5-8) memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.
2.       Hasil Pertama (hasil sulung 23:9-14) dan Pentakosta (hari kelimapuluh, 23:15-22) mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang diakui sebagai berkat Tuhan.
3.       Peniupan Serunai (23:23-25) adalah perayaan Tahun Baru Umum yang mengungkapkan sukacita dan syukur kepada Tuhan.
4.       Hari Pendamaian (23:26-32) adalah saat merendahkan diri dan memulihkan hubungan dengan Tuhan.
5.       Pondok Daun (23:33-43) memperingati bimbingan Tuhan saat bangsa Israel mengembara di padang gurun.

Untuk diketahui bahwa pencatatan bulan dalam kitab Imamat didasarkan pada kalender keagamaan yang dimulai pada saat bangsa Israel keluar dari Mesir, Keluaran 12:2).

Pada ayat 33-38 perikop bacaan kita, TUHAN Allah meminta Musa agar Israel wajib melaksanakan hari raya pondok daun. Hari Raya Pondok Daun biasa disebut Ibrani khag hasukkot (Im 23:24; Ul 16:13) atau khag ha'asif (Kel 23:16; 34:22). Hari Raya ini adalah salah satu dari tiga pesta besar Yahudi, yang dirayakan dari tgl 15-22 bulan ke-7. Itu berarti hari raya ini dilakukan pada bulan ke-7 ketika mereka keluar dari tanah Mesir.

Pada awalnya hari raya ini dilakukan untuk memperingati perjalanan yang sulit bagi Israel yang hidup dipondok-pondok beratapkan ranting dan daun saat melakukan perjalanan sulit di padang gurun. Namun dalam perjalanan waktu setelah mereka hidup cukup lama di tanah perjanjian, dengan pergantian kekuasaan raja-raja hingga masa pembuangan dan sesudah pembuangan, bentuk pelaksanaan hari raya pondok daun ini mulai berubah.

Hari raya ini dikemudian hari dilakukan sebagai hari raya syukur panen. Inilah akhir tahun ketika panen dituai, dan merupakan salah satu dari pesta ketika setiap lelaki harus muncul di hadapan Tuhan (Keluarga 23:14-17; 34:23; Ulangan 26:16. Pesta itu sangat meriah (Ulangan 16:14). Nama 'hari raya pondok daun' berasal dari kebiasaan bahwa setiap orang Israel harus diam di pondok yg dibuat dari cabang dan daun selama 7 hari pesta itu (Imamat 23:42). 

Dalam perkembangan sejarah Israel, hari raya ini, yang ditetapkan oleh Allah, tidak pernah terlupakan. Diadakan pada waktu Salomo (2 Tawarikh 8: 13), Hizkia (2 Tawarikh 31:3; bandingkan Ulangan 16:16) dan sesudah Pembuangan (Ezra 3:4; Zakharia 14:6, 18-19). Upacara penumpahan air yang diadakan dalam pesta ini sesudah zaman Pembuangan, dan yang dicerminkan dalam pengumuman Yesus di Yohanes 7:37 dab, tidak ditetapkan dalam Pentateukh. Upacara ini mengakui bahwa hujan merupakan pemberian Tuhan yg dibutuhkan supaya tanah subur (bandingkan Zakharia 14: 17; 1 Samuel 7:6).

Namun inti dari pelaksanaan hari raya Pondok Daun ini adalah untuk mengingatkan orang Yahudi akan keluaran dari Mesir dan pengembaraan Israel di padang gurun pada saat mereka tinggal di pondok (Imamat 23:43). Hari raya ini adalah suatu peringatan dan syukur terhadap perbuatan Tuhan yang ajaib dalam kehidupan umat Israel. Kegiatan ini bukan saja sekedar pesta dan perayaan biasa, namun mengandung unsur-unsur penting, yakni:

1.       Tanda Ketaatan (ay.34)
Melaksanakan hari raya itu bukan berasal dari ide Musa atau kemauan Israel sendiri. Namun dari ayat 1 dst, termasuk ayat 34, pelaksanaan hari-hari raya tersebut dilakukan atas perintah TUHAN, Allah Israel. Dengan kata lain, jika mereka melakukan maka itu merupakan wujud ketaatan umat kepada Allah mereka.

2.       Ibadah kepada Allah (ay.35)
Hari-hari raya tersebut dilakukan dalam bentuk “Pertemuan Kudus”. Hal awalnya dilakukan di sekitar kemah pertemuan yang kemudiaan hari setelah Bait Allah dibangun, dilaksanakan di Bait Allah. Pertemuan itu menjadi kudus karena kehadiran Allah Yang Maha Kudus dalam kumpulan umat yang merayakan. Dengan kata lain, melakukan hari-hari raya tersebut adalah wujud peribadahan kepada Tuhan dan bukan sekedar perkumpulan biasa, atau pesta dan kemeriahan.

3.       Dipersiapkan dengan matang (ay.36)
Pada ayat 35 disebutkan agar mereka tidak melakukan pekerjaan yang berat. Selanjutnya dalam ayat 36 tjuh hari lamanya mereka berada dipondok sambil mempersembahkan korban bakaran atau korban api-apian. Tidak mudah melakukannya. Sudah pasti memerlukan persiapan. Itulah sebabnya tidak boleh ada pekerjaan berat supaya umat focus pada persiapan pelaksanaan perayaan tersebut.

4.       Unsur syukur ditonjolkan (ay.37)
Pada perayaan itu umat wajib memberi persembahan dalam bentuk korban bakaran, korban sajian, korban sembelihan dll. Hari raya itu merupakan wujud syukur yang ditandai dengan pemberian persembahan. Dengan demikian, setiap mereka melaksanakan hari-hari raya tersebut, umat Israel secara langsung diarahkan bahwa bentuk perayaan itu juga sebagai tanda datang bersyukur kepada Tuhan. Itulah sebabnya, ibadah Israel identik dengan syukur dan persembahan, karena mereka tidak pernah datang kepada Tuhan dengan tangan hampa (bd.

RELEVANSI DAN APLIKASI
Berdasarkan uraian Firman Tuhan di atas, maka ada beberapa pokok penting yang menjadi bahan renungan untuk kita terapkan dalam kehidupan moderen saat ini, yaitu:

1. Apakah makna perayaan hari-hari raya gerejawi yang kita lakukan saat ini? Setiap perayaan hari raya Israel bukan saja mengandung makna namun juga sarat dengan didikan dan ajaran tentang Tuhan.mereka merasayakan pondok daun bertujuan untuk mengenang dan mengingat perbuatan Tuhan yang ajaib dalam perjalanan pengembaraan di Mesir dan juga rasa syukur atas panen diyakini sebagai berkat Tuhan. 

Jika mereka melakukannya tiap tahun sebagai suatu bentuk ketaatan, maka dari generasi ke   generasi Israel diajarkan untuk mengingat Tuhan dan bersyukur kepadaNya. Kitapun harusnya demikian. Bahwa setiap kegiatan perayaan yang kita buat harusnya mengndung makna pokok yang penting yakni bagi Tuhan dan untuk Tuhan. Sekaligus sebagai bahan pengajaran kepada generasi seterusnya tentang kemurahan Tuhan.

Artinya, fokus perayaan jangan hanya soal kemeriahan dan anggaran besar, sekedar melaksanakan program kerja dan atau hanya berupa rutinitas belaka. Kegiatan yang dilakukan harusnya fokus pada kemuliaan Tuhan untuk mengingat kemurahan dan kebaikan Tuhan. Itulah yang menjadi pokok ajaran kepada generasi seterusnya agar mereka tidak mengabaikan perayaan2 gerejawi yang harus dilaksanakan.

2.       Kegiatan perayaan gerejawi harus dilakukan sebagai wujud ketaatan kepada Allah yang diselenggarakan dengan khidmat dan kekudusan karena Tuhan diundang hadir saat itu. Ini berarti bahwa umat Tuhan termasuk kita saat ini tidaklah tepat memandang suatu perayaan sekedar pesta yang mengumbar kemeriahan tanpa menekankan kekudusan. Kita perlu menyiapakan dengan baik dan melakukan dengan sempurna karena Sang Maha Sempurna hadir dalam pertemuan itu.

Karena itu marilah mengajar anak-anak dan generasi kedepan; termasuk anggota keluarga kita agar bersungguh-sunguh memaknai tiap hari raya dengan benar dan tepat. Benar dan tepat adalah terukur dengan tujuan yang mulia, yakni untuk Tuhan dan bagi kemuliaan Tuhan. Amin.

No comments:

Post a Comment