Sunday, April 13, 2014

BAHAN RENUNGAN IBADAH PKP 15 APRIL 2014



MAZMUR 71:1-14

Pendahuluan
Bertambah hari umur manusia tidak semakin berkurang, tapi makin bertambah.  Pada saatnya kita akan menjadi tua:  keriput, kekuatan tubuh berangsur-angsur merosot, menjadi lemah dan aktivitas pun sudah sangat terbatas.  Tidak sedikit orang takut menjadi tua sehingga berbagai upaya dilakukan agar supaya tetap awet muda.  Ada yang menempuh jalan oeprasi plastik  (permak wajah)  ke luar negeri dengan biaya yang selangit.  Sebesar apa pun biaya yang harus dikeluarkan, ia rela, yang penting hasilnya memuaskan:  tetap cantik dan awet muda.

Judul mazmur ini menarik: Doa minta perlindungan di masa tua. Manusia lahir, tua, dan mati. Itulah kegelisahan mazmur ini. Mazmur ini cukup panjang: 24 ayat. Mazmur ini dibagi tiga: Bagian I: ay.1-11; Bagian II: ay.12-16. Bagian III: ay.17-24. khusus bacaan kita saat ini mengulas tentang 2 bagian pertama.

Telaah Perikop
Mazmur 71 ini tidak dijelaskan siapa penulisnya (anonim) tetapi dari syair doanya kita dapat mengetahui bahwa pemazmur ini memang sudah berusia lanjut (ay.9, 18) Permohonannya jelas, agar Tuhan tidak membuangnya dan tidak meninggalkannya diusia yang sudah lanjut. Sepintas bisa dipastikan, ia menulis mazmur ini memang diusia yang sudah lanjut. Tetapi  bisa juga ketika masih muda namun mau menunjukan sikap berjaga-jaga menuju masa tua nanti. Karena permintaan akan perlindungan Tuhan itu tidak hanya dibutuhkan pada masa tua saja, sejak masa muda sampai tuapun pemazmur sudah menaruh harapnnya kepada Tuhan (ay. 5) Bahkan sejak masih di dalam kandungan ia telah menyatakan bertopang dan dikeluarkan dari kandunga oleh Allah (ay. 6) Nampaknya mazmur 71 ini pemazmur ingin melakukan instrospeksi diri dengan melihat perjalanan sejarah hidupnya, sejak dalam kandungan sampai tuanya.

Pemazmur mulai dengan pernyataan bahwa ia berlindung pada Tuhan dan berharap agar ia tidak malu. Karena ia berlindung pada Tuhan, ia berharap agar Tuhan melepaskan dan meluputkan dia dari rsoal hidupnya (ay.2). Salah satu soal yang ia hadapi ialah rongrongan orang fasik (ay.4). Ia berharap agar Tuhan menjadi gunung batu tempat ia bersembunyi dengan aman dari musuh (ay.3). Tetapi bukan baru di masa tua ia berseru kepada Allah, melainkan sejak masa muda ia sudah berharap pada Allah (ay.5).

Dalam ay.6 ia mengekstremkan ay.5 dengan mengatakan bahwa ia bertopang pada Allah sejak kandungan. Itu benar: sebab keajaiban proses perkandungan ialah misteri karya cipta dan penyelenggaraan Tuhan. Peristiwa lahir selamat juga dilihat sebagai penyelenggaraan Tuhan: Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku. Karena semuanya itu, ia selalu memuji Allah. Itu sebabnya, ia memandang hidupnya sebagai tanda ajaib di hadapan orang banyak, karena ia mengandalkan, memuji dan memuliakan Tuhan pelindungnya (ay.7-8). Atas dasar itu ia berharap bahwa di masa tuanya ini, ia tidak disia-siakan.

Betapa pedih dan menyakitkan disepelekan ketika kekuatannya habis, ketika sudah tua, lemah tak berdaya. Ia merasa bahwa di masa tua inilah ia membutuhkan pertolongan Tuhan karena di masa inilah secara psikologis ia seakan ditinggalkan banyak orang. Satu-satunya tempat berlindung sekarang ialah Allah (ay.9-11). 

Selanjutnya pada bagian kedua, digambarkan bahwa pemazmur dengan penuh kekhusukkan menghadap Allah: ia melanjutkan permohonannya agar Allah tidak meninggalkannya, melainkan harus selalu dan segera menolongnya (ay.12). Kalau Allah sudi bertindak, maka para lawannya akan tidak berdaya (ay.13). Ia tidak punya harapan dan andalan lain, selain Allah (ay.14). Karena itu, hanya satu hal yang akan ia lakukan dalam sisa hidupnya yaitu memuji dan memuliakan Tuhan (ay.14-15). Atas dasar itu, ia yakin bahwa ia bisa menghadapi lawannya dengan keperkasaan Tuhan Allah (ay.16). 

Jika kita melanjutkan pada bagian III, yaitu 17-24, kita melihat suatu dinamika lain. Dalam ay.17 ia mulai dengan nostalgia: Tuhan sudah mengajar dirinya sejak masa kecil, dan karena itu hingga tua pun ia tetap memuji dan memuliakan Tuhan. Ia berharap bahwa penyertaan Tuhan yang selama ini ia rasakan, akan tetap ia rasakan juga di masa tuanya, agar dengan itu ia punya kesempatan memahsyurkan namaNya (ay.18). Ia yakin ia sudah merasakan dan mengalami keadilan Tuhan dalam hidupnya. Ia mengalami mukjizat Tuhan (ay.19). Tidak hanya itu. Ia juga mengalami sisi gelap dan negatif dalam hidup ini. Tetapi itu bukan kata final dalam hidup, sebab Tuhan meluputkan dia dari situasi gelap dan negatif itu; bahkan ada metafor “diselamatkan” dari alam maut yang dilambangkan samudera raya (ay.20). Atas dasar pengalaman di masa silam, pemazmur yakin bahwa Tuhan akan menambah perbuatan ajaib dalam hidupnya sekarang dan di sini (ay.21). 

Aplikasi dan Relevansi
Ketaatan dan kesetiaan pemazmur kepada Tuhan tergambar dalam beberapa ayat, misalnya: Ayat. 5-6 menjelaskan betapa kuatnya pemazmur berpaut dan berpegang pada Tuhan yang diimaninya. Tetapi rupanya dalam perjalanan pengiringannya kepada Tuhan itu tidak mudah dilaluinya. Bisa jadi dia banyak diperhadapkan kepada penggoda-penggoda yang berusaha membuat imannya menjadi lemah. Atau bisa juga keteguhan iman dan pengharapannya kepada Tuhan yang telah menyelamatkanya diuji oleh banyaknya ketidkadilan disekitarnya, sehingga ia berseru agar Tuhan meluputkannya dari ketidak-adilan. Tetapi dalam semuanya itu, pemazmur dengan tegas menyatakan bahwa keberadaan hidupnya adalah seperti tanda ajaib (ay.7).

Hal itu menjelaskan bahwa memang dalam sepanjang pengiringannya kepada Tuhan pemazmur kerap kali mengalami tekanan, tantangan, ketidakadilan, serangan dan mungkin juga perlakuan-perlakuan yang mempermalukannya. Bahkan di ay. 4, 10, 13 kita menemukan ada indikasi bahwa pemazmur sering berada dalam suatu ancaman musuh-musuhnya. Bisa jadi dia dimusuhi karena imannya kepada Tuhan (ay.11) namun pada akhirnya dia dapat terlepas dan selamat dari semua ancaman itu. Itulah dikatakan bahwa keberadaanya seperti tanda ajaib. Karena jelas dengan begitu banyaknya pergumulan, tetapi jika dia masih eksis sampai masa tua dan putih rambutnya itu adalah sebuah keajaiban yang Tuhan buat dalam dirinya.

Dalam doanya begitu banyak ungkapan dimana pertolongan Tuhan dianalogikan sebagai: Allah adalah gunung batu, kubu pertahanan dan bukit batu semua hendak menggambarkan bahwa pemazmur tidak salah dalam menaruh pengharapannya kepada Allah, karena terbukti sanggup menolong dan menyelamatkanya dari musuh-musuh. Pemazmur tidak keliru menjadikan Allah sebagai Tuhan dalam hidupnya, karena terbukti sanggup menopang, memeliharan dan menyertainya dari sejak dalam kandungan sampai putih rambutnya.

Di hari ini atau kedepan tentu akan ada banyak hal yang bisa membuat engkau menjerit “aku takut..” bisa jadi imanmu yang teguh pada Yesus membuat posisi, status dan kariermu terancam. Bisa jadi karena hidup kita diberkati dengan keberhasilan, kita justru menjadi sasaran iri hati orang lain. Bisa jadi kesetiaan dan ketaatan kita pada Tuhan membuat bagian-bagian milikmu terancam di copot, dianulir dan lain sebagainya. Tetapi ingat ada tanda ajaib yang selalu Tuhan lakukan untukmu. Untuk itu tetap setia dan taat padaNya jangan takut.

No comments:

Post a Comment