Monday, April 30, 2012

MATERI KHOTBAH PKP 1 MEI 2012



YAKOBUS 5:1-6

Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Banyak orang salah memahami nats ini dengan berpikir bahwa Firman Tuhan melarang untuk menjadi orang kaya atau mencari kekayaan. Tindakan mengumpulkan harta yang disapa dalam nas ini tidaklah sama dengan bekerja mencari nafkah. Alkitab mengharuskan kita bekerja untuk mencari nafkah (2Tes 3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan, bnd Kej. 3:17-19) dan karenanya itu bukanlah dosa. Bahkan jikalau kita bekerja untuk tujuan tertentu seperti ingin membangun atau membeli rumah, dsb itu tentu tidak bisa disalahkan. Tindakan yang di kecam dalam nas ini adalah orang yang mengumpulkan harta atau uang demi harta itu sendiri, atau harta itu menjadi tujuan akhir dari semangat (nafsu) kerjanya dalam hidup ini.

Di dalam perikop ini, Yakobus menyampaikan kecaman serius kepada orang-orang kaya. Dia bukan sekadar mengungkapkan dosa-dosa mereka; dia juga berkata bahwa Allah akan menghakimi dosa-dosa mereka. Siapakah orang orang kaya yang ditegur ini? Orang orang Kristen di gereja atau orang orang yang tidak percaya? Banyak penafsir Alkitab yang berpendapat bahwa orang-orang kaya yang dimaksudkan di sini bukanlah orang-orang percaya karena Yakobus tidak menyebut mereka dengan sapaan saudara seiman. Tentu saja, sangat sulit bagi kita untuk memastikan apakah mereka orang percaya atau bukan. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa surat dari Yakobus ini ditujukan kepada jemaat. Seperti surat-surat Paulus yang dibacakan di depan jemaat, surat dari Yakobus juga dibacakan keras-keras di depan jemaat di gereja. Surat-surat dari para rasul itu tidak dikirimkan kepada orang-orang non-Kristen. Jika kita adalah orang orang percaya, maka kita wajib memperhatikannya.

Pertama-tama, kita lihat bahwa Yakobus menyebut tentang 4 dosa orang-orang kaya di dalam ayat 1-6:
-          pertama ada di ayat 3, bahwa mereka hanya peduli pada urusn menimbun kekayaan;
-          kedua ada di ayat 4, bahwa mereka menahan atau menekan upah para pekerjanya;
-          ketiga ada di ayat 5, bahwa mereka menceburkan diri pada kesenangan duniawi;
-          keenam ada di ayat 6, bahwa mereka membunuh orang-orang benar. Walaupun Yakobus menguraikannya menjadi 4 macam dosa, namun semua itu memiliki akar yang sama, yaitu keserakahan. Semua dosa itu adalah hasil dari keserakahan.

Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Ungkapan 'mengumpulkan harta' di ayat 3 itu adalah kata kerja dala,m bahasa Yuanani yang berarti 'menyimpan (save)' atau' mengumpulkan (gather); pada umumnya, benda yang kita simpan adalah harta yang berharga, jadi kata benda untuk ungkapan tersebut bermakna 'harta (treasure)'. Apakah arti dari 'mengumpulkan' itu? Maknanya adalah menimbun sisa yang lebih, entah berupa hasil panen, pakaian, emas maupun perak. Kelebihan itu ditimbun dan disimpan. Itulah awal dari keserakahan. Mengapa hal tersebut dikatakan serakah? Karena dengan kelebihan tersebut, si Kaya bukan menyalurkan kepada orang yang membutuhkannya; namun justru menimbunnya sampai menjadi rusak atau buruk. Orang tidak mau berbagi dengan orang-orang lain yang benar benar membutuhkannya.

Dengan kata lain upaya menimbun ini akan dilakukan dengan berbagai cara supaya jauh dari kerugian dan pengeluaran biaya.  Itulah sebabnya di ayat 4, Yakobus berkata bahwa orang-orang kaya itu sering berhutang upah kepada para pekerjanya. Ini bukan karena mereka tak punya uang untuk membayar upah. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana cara untuk terus bisa memperbanyak jumlah uang mereka. Berhutang upah pada para pekerja atau mempertaruhkan kesejahteraan pekerja, adalah taktik yang lazim dipakai orang-orang kaya dalam menambah kekayaan mereka.

Mereka-mereka yang mengumpulkan sejumlah besar jenis property yang menyenangkan hati mereka, mereka menyimpannya terus sampai barang-barang itu hancur/rusak, “lebih baik hancur dari pada dipakai oleh orang-orang yang sedang membutuhkan” (Luk. 6:24 “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”)

Mereka-mereka yang menumpuk harta dengan melakukan ketidakadilan dan penipuan, menyimpannya dari orang yang layak menerimanya (Yak. 5:4), harta itu akhirnya “terkorosi” oleh karat. Memang emas dan perak takkan terkena karat seperti halnya besi dan baja, tapi karena disimpan dalam jangka waktu yang lama apalagi di tempat yang lembab dan basah, maka akan ada warna gelap mirip karat. Karat atau perubahan warna ini hendak menyaksikan dan menyadarkan bahwa kekayaan atau harta itu tidak dipergunakan sebagaimana mestinya, juga untuk membayar pekerja-pekerja yang layak mendapatkan upahnya.

Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Emas dan Perak yang berkarat sama kondisinya dengan daging yang “dihinggapi” api, hukuman Allah akan datang atas keserakahan dan ketidakadilan manusia. Pada hari penghakiman kelak, harta yang sebenarnya akan dinyatakan, harta yang dipakai bukan untuk kesombongan, bukan untuk kemewahan, atau untuk dipergunakan di masa yang akan datang (Rom. 2:5 “tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan”).

Dampak dari mengumpulkan harta di bumi adalah bahwa kita akan mendasarkan jaminan rasa aman kita pada harta duniawi dan iman kita kepada Allah akan semakin berkurang, karena kita semakin bergantung kepada kekayaan yang kita miliki di bumi, apakah kita masih perlu untuk percaya kepada Allah? Banyak orang Kristen, demi menimbun harta untuk jaminan masa depan, sampai mencurahkan segenap waktu dan tenaga bekerja keras memperbesar penghasilan mereka. Mereka tak punya waktu untuk Allah. Yesus menyuruh kita untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya namun firman tersebut semakin diabaikan. Yang kita pedulikan serta kita kejar adalah rasa aman dan kekayaan duniawi dan mulai abaikan hal-hal  yang sifatnya rohani.

Ibu-ibu Kekasih Tuhan.
Mencari kekayaan adalah manusiawi dan bukan dosa. Namun kita diajarkan Firman Tuhan ini bahwa kekayaan adalah berkat Tuhan. Berkat itu harusnya tidak merugikan orang lain dan merendahkan kemanusiaan orang lain. Karena kekayaan yang kita cari adalah berkat Tuhan, maka adalah keliru jika kita menjadi lupa untuk lebih dulu mencari Tuhan Sang Pemberi berkat itu. Karena itu marilah memuliakan Tuhan dengan harta dan kekayaan. Marilah pula menyukacitakan orang lain lewat harta kekayaan yang dianugerahi TUHAN itu. Amin.

No comments:

Post a Comment