Monday, July 4, 2011

MATERI KHOTBAH PELKAT PKB SENIN 04 JULI 2011


KELUARAN 23:4-9

Pelkat PKB yang dikasihi Tuhan.
Dalam dunia yang kita tempati ini akan kita jumpai berbagai bentuk kehidupan. Banyak keragaman yang akan menimbulkan pertanyaan dalam pemikiran kita oleh karenanya. Ada yang kaya; ada yang hidup serba kekurangan; ada yang lemah ada yang kuat, ada yang ditinggal di gedung ada juga yang tinggal di kolong jembatan atau bahkan ada yang tinggal dirumah mewah dan ada juga yang tinggal di pemukiman kumuh.

Bagaimanakah Israel harus menyikapinya? Bacaan alkitab kita saat ini merupakan aturan Taurat sebagai ketetapan Allah tentang bagaimana seharusnya hidup umat-Nya di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam ayat 4-9, minimal ada 4 hal penting menyikapi kondisi tertentu yang terjadi di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan dan hidup berjemaat, yaitu:

1.    Sikap kepada seseorang yang memusuhi kita (ay.4-5).
Apa yang harus dilakukan kepada seseorang yang jelas-jelas memusuhi kita, namun pada saat yang sama sedang mengalami kemalangan atau membutuhkan bantuan kita? Kepada umat Israel, dalam TauratNya Tuhan memerintahkan mereka untuk mengembangkan sikap penuh kasih tanpa memandang teman atau lawan.

Ayat 4-5 dicontohkan kasus tentang lembu atau keledai dari seorang yang memusuhi kita, sedang mengalami masalah maka pertolongan segera harus diberikan. Menarik untuk disimak bahwa TUHAN mencontohkan kasus terhadap musuh ini pada kondisi binatangnya dan bukan kondisi langsung dari orang yang memusuhi kita. Hal ini memberikan indikasi bahwa sebagaimana binatang dari musuhpun harus ditolong, apalagi kepada pemilik atau manusianya. Musuh tetap haruslah dibantu dan ditolong. Ini pernyataan tegas dalam bacaan kita. Ditolong dimaksud, apabila kita mengetahui persis bahwa ia membutuhkan pertolongan.

2.    Sikap untuk memberlakukan keadilan (ay 6-8)
Keadilan haruslah ditegakkan dan diterapkan oleh umat, apalagi ketika mereka nantinya telah berada di tanah perjanjian. Ukuran keadilan bukanlah soal siapa yang harus dibela dan dipihaki; bukan juga soal status sosial yakni si kaya atau si miskin; bukan juga soal karena kepentingan yang lebih menguntungkan atau merugikan. Melainkan ukuran keadilan itu menurut ayat 7 adalah keadilan menurut ukuran Tuhan. Jadi standar keadilan adalah keadilan menurut Tuhan dan bukan menurut hukum apapun.

Adalah tegas dilarang apabila hanya karena status sosial seseorang dan keadaan ekonominya, yakni kemiskinannya, maka ia tidak dibela bahkan mengalami ketidakadilan dalam hak maupun perkara. Dalam ayat 6 kita melihat bahwa justru hak-hak orang miskin tetap harus diperjuangan-kan selama dalam perkara itu ia memnag benar dan tidak melakukan kesalahan.

Keadilan Tuhan haruslah ditegakkan, walau pada akhirnya hal itu tidak mendatangkan keuntungan pada pihak yang kita bela. Sebab seringkali pembelaan diberikan karena kepentingan tertentu yang menguntungkan dan bukan demi keadilan. Sehingga praktek suap sudah menjadi hal lumrah dalam dunia peradilan. Pada jaman masih di padang gurun, kondisi ini sudah diingatkan, bahwa Tuhan menolak praktek Suap, sebab hal itu adalah corengan kasar terhadap keadilan Tuhan. Bukan berapa besar keutungan dari suap yang menentukan standar keadilan, tapi keadilan Tuhan-lah yang harusnya menjadi standart keputusan keadilan bagi seseorang.

3.    Sikap terhadap orang asing (ay.9)
Siapakah orang asin menurut kontkeks bacaan kita? Walaupun masih di padang gurun ketika Taurat ini ditetapkan Tuhan, namun kedepan Israel sudah disiapkan untuk memiliki tanah dan bangsa sendiri. Mereka yang dulunya menduduki negeri itu, yakni orang Kanaan kini menjadi tawanan perang. Mereka itu pula yang dimaksud dengan orang asing. Orang asing juga berarti pendatang di mana sudah pasti tidak memiliki lahan sendiri untuk digarap, dan juga rumah untuk ditinggali. Mereka inilah terkategori sebagai orang asing.

Orang-orang seperti ini sudah pasti adalah pribadi yang sangat membutuhkan pertolongan. Dalam ayat 9 disebutkan bahwa secara psikologi orang asing akan merasa terjajah dalam diri dan ditengah masyarakat yang asing baginya. Jiika karena keangkuhan Israel yang sok memiliki tanah, dan menekan orang asing, maka bisa dibayangkan betapa lebih tertekan lagi mereka menjalani kemalangan hidup itu. Mengapa orang asing perlu diperhatikan? Jawaban sederhana untuk Israel adalah karena mereka sendiri pernah merasskan bagaimana tidak enaknya menjadi orang asing dinegeri orang dan mengalami tekanan berat di Mesir. Hal cukup menjadi pelajaran, dan sekarang tidak kemudian dilalukan bagi orang lain. Karena itu, orang asing tetaplah perlu diperhatikan oleh mereka.

Berdasarkan Firman Tuhan ini, ada beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian kita tentang Firman Tuhan ini, yang dapat kita bahwa dan praktekkan dalam hidup keseharian kita, yakni:
1.    Kasihilah musuhmu! Itulah perintah penting yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dalam Mat 5:44 yang juga sangat jelas diuraikan pada ayat 4 dan 5 bacaan kita. Memang sulit untuk melakukannya. Namun sebagaimana Israel mematauhi hukum Taurat itu dengan wajib, demikian juga kita harus mengerjakan perintah Tuhan ini dengan penuh ketaatan. Ada rahasia penting dari mengasihi musuh, yakni jika kita mengasihi musuh, itu sama dengan membunuh musuh itu, dan mengubahnya menjadi sahabat kita. Dengan demikian, semakin banyak kita mengasihi musuh, semakin banyak pula kita menciptakan persahabatan dan persaudaraan yang baru.

Ini adalah perintah Tuhan. Perintah ini sekaligus menjadi ciri kekristenan di manapun berada. Itu berarti saat kita berhasil mengampuni seorang musuh lewat mengasihinya, maka di saat yang sama kita sedang menyebarkan injil Tuhan, bukan lewat khotbah namun lebih dari pada itu, yakni lewat perbuatan yang nyata.

2.    Perhatikanlah kondisi negeri ini. Indonesia adalah negeri yang sangat diberkati dengan kekayaan yang melimpah. Namun kerakusan dan keserakahan termasuk ketidakadilan justru mewarnai perjalanan bangsa ini yang acapkali tidak pernah puas dengan apapun yang sudah dimiliki. Silakan menyimak berita diberbagai media informasi. Keadilan sudah menjadi barang unik dan langkah dinegeri ini. Bahkan keadilan rasanya terlalu mahal untuk dimiliki oleh masyarakat kecil yang tidak mampu. Suap sana suap seni untuk membeli keadilan. Standart keadilan diukur bukan soal kebenaran tapi soal berapa harga rupiah yang bisa dikantongi.

Lewat bacaan kita hari ini kita diajak untuk kembali kepada ukuran keadilan menurut standart tertinggi, yakni Firman Tuhan. Ukuran keadila yang dimaksud adalah ukuran keadilan menurut TUHAN. Sesuatu yang adil harusnya juga adalah sesuatu yang benar dan bukan karena stasus kaya-miskin; rugi atau untung. Gereja dipanggil untuk menyuarakan kondisi ini, lewat menjadi pelaku-pelaku keadilan yang benar. Hal ini dapat kita mulai di rumah masing-masing. Ajarkanlah kebenaran dan keadilan kepada anak-anak kita, agar kedepan mereka mampu menerapkan kebenaran dan keadilan itu dengan sesungguhnya.

Dimanapun kita berada, dikantor, di masyarakat, di jemaat maupun dalam kehidupan rumah tangga, marilah menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan. Katakan TIDAK pada kecurangan dalam berbagai bentuk termasuk suap. Mari perjuangankan keadilan, sebab itulah yang dikendaki TUHAN untuk kita kerjakan. Amin.





No comments:

Post a Comment