Tuesday, March 15, 2011

PERTOLONGAN TUHAN YANG TIDAK PERNAH TERLAMBAT (Boas dan Rut)

MATERI KHOTBAH PKP 14 MARET 2011
RUT 2:1-7

1 Naomi itu mempunyai seorang sanak dari pihak suaminya, seorang yang kaya raya dari kaum Elimelekh, namanya Boas. 2 Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku."  3 Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.
4 Lalu datanglah Boas dari Betlehem. Ia berkata kepada penyabit-penyabit itu: "TUHAN kiranya menyertai kamu." Jawab mereka kepadanya: "TUHAN kiranya memberkati tuan!"  5 Lalu kata Boas kepada bujangnya yang mengawasi penyabit-penyabit itu: "Dari manakah perempuan ini?"
6 Bujang yang mengawasi penyabit-penyabit itu menjawab: "Dia adalah seorang perempuan Moab, dia pulang bersama-sama dengan Naomi dari daerah Moab. 7 Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketikapun ia tidak berhenti."

PENDAHULUAN
Kisah ini adalah lanjutan cerita perjalanan hidup Naomi dan Rut ketika mereka telah kembali dari Moab dan sekarang tiba di Beth-lehem (rumah roti). Bagaimana nasib mereka di sana? Perjatikanlah bahwa baik Naomi maupun Rut menantunya adalah sama-sama seorang janda. Dalam tradisi Yahudi, jika seorang suami meninggal, harta kekayaannya tidak langsung menjadi milik jandanya melainkan dikembalikan kepada keluarga laki-laki. Jadi kita dapat membayangkan keadaan hidup Naomi dan Rut. Mereka tidak memiliki harta benda, dan itu berarti sangat sulit melanjutkan kehidupan.

Bacaan kita saat ini bercerita tentang dua orang janda yang mencoba untuk betahan hidup ditengah keterbatasan dan ketidak berdayaan mereka.  Kisah ini juga sarat dengan kehadiran TUHAN yang ajaib dan tidak tinggal diam di tengah pergumulan yang dialami. Ada beberapa catatan penting sehubungan dengan bagaimana cara mereka berdua bisa tetap hidup di tengah pergumulan hidup yang berat itu.

TAFSIRAN / TELAAH PERIKOP
1.       Sebenarnya adalah mudah bagi Naomi untuk meminta tolong sanaknya dari pihak keluarga suami yakni Boas yang kaya raya dari kaum Elimelekh (ay.1). Namun sepertinya Naomi sungkan melakukannya karena Boas bukanlah kerabatnya melainkan kerabat mendiang suaminya. Tetapi Rut kemudian berinisiatif untuk mencari pekerjaan lewat memungut bulir-bulir jelai yan terlewatkan dari para pekerja. Ide ini dipandang baik oleh Naomi. Dan sebagai ibu mertuanya, Naomi mengijinkan Rut melakukannya.

2.       Perhatikan ayat 2 bacaan kita. Mengapa Naomi mengijinkan Rut memungut bulir-bulir jelai di belakang para pekerja? Apakah ia tidak takut pekerja dan pemilik ladang (Boas) memarahinya? Bukankah tindakan itu tidaklah sopan atau mencuri jika mengambil bagian yang jatuh dari belakang? Mengapa pula Naomi mengijinkan menantunya melakukan hal yang tidak baik itu?

Ternyata apa yang dilakukan Rut tidaklah salah. Naomi tahu bahwa Rut tidak akan terkategori sebagai lancang mengambil milik orang lain. Sebab tindakan itu wajar dilakukan dalam tradisi Yahudi dan sah sesuai Firman Tuhan. Dalam Kitab Imamat 19:9-10 di sebutkan sbb:
9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu. 10Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

Pada saat Panen, bagian yang terlewatkan atau tertinggal di belakang penuai atau pekerja yang memanen secara langsung akan menjadi milik dan hak orang miskin dan juga orang asing. Itu berarti adalah wajar dan tepat yang dilakukan Rut dan tidak keliru jika Naomi menyetujui hal tersebut.

3.       Rut kemudian bekerja dengan cara turut memungut apa yang ditinggalkan (dengan sengaja) oleh para pekerja tersebut (ay.3). Perhatikanlah bahwa Rut juga turut menyabit bagian yang tidak disabit oleh para penyabit. Apa yang dilewatkan oleh pemilik ladang melalui pengerjanya adalah sepenuhnya hak dari aorang miskin dan orang asing. Hal ini memberi isyarat kuat bagi kita bahwa ketika ke ladang Boas, Rut tidak datang dengan tangan hampa melainkan siap untuk bekerja.

Rut sama sekali tidak mengemis kasih sayang lewat meminta-minta namun ia juga turut bekerja mengambil bagian yang “dijatahkan” TUHAN untuknya melalui ladang Boas. Tidak ada niat untuk berpangku tangan. Semuanya dikerjakan Rut dengan setia demi kelangsungan hidupnya dan juga mertuanya yaitu Naomi.

4.       Perhatikanlah reaksi dari kepala pekerja dan pemilik ladang yakni Boas dalam ayat 5-7. Baik kepala pengawas maupun Boas selaku pemilik ladang tidaklah marah malam bersimpati dengan apa yang dilakukan Rut. Bahkan kalau kita baca terus hingga ayat 10 kita menemukan betapa Boas amat mengasihi Rut dan memperlakukannya dengan baik.

Mengapa Boas menjadi begitu baik? Kita menemukannya pada ayat 11 bacaan kita. Ini disebabkan karena Boas telah mendengar tentang kemalangan mereka (Naomi dan Rut) tetapi juga tentang pengorbanan dan kebaikan hati Rut yang setia kepada mertuanya. Ternyata kebaikan yang ditabur Rut kepada mertuanya kini menuai kebaikan untuk Rut sendiri.


APLIKASI DAN RELEVANSI
1.       Belajar dari sikap seorang menantu perempuan yakni Rut kepada ibu mertuanya yaitu Naomi tidaklah mudah. Namun sejak SBU kemarin kita diajak untuk mencontohi sikap Rut kepada Naomi. Sudahkan kita menghormati mertua seperti menhormati dan mengasihi orang tua sendiri? Pada bacaan SBU kemarin disebutkan bawa Ia tidak tega meninggalkan Naomi menjalani sendirin kepahitan hidupnya. Itulah sebabnya Rut berkata dengan tegas pada ayat 16: “ke manapun engkau pergi; di manapun engkau bermalam di situ pula aku berada”. Prinsip ini menunjukkan bahwa kesetiaan dan kasih Rut terhadap Naomi tidaklah tertandingi melebihi sayangnya pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin berpisah dari mertuanya demi menopang dan mendampingi Naomi.

2.       Cara TUHAN menolong kesusahan Naomi dan Rut tidak terjadi bagaikan sulap secara ajaib. Namun berproses secara alamia dengan menggunakan banyak cara. Salah satu misalnya melalui aturan hidup yang Dia tentukan dalam kitab Taurat termasuk Kitab Imamat 19:9-10 tadi. Selanjutnya TUHAN mengirim orang lain yang mmemiliki karunia murah hati untuk membantu mereka, yakni Boas.

Hari inipun kita diingatkan bahwa dalam kesusahan kita, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Ada banyak cara ajaib yang Tuhan kerjakan untuk kita walaupun terkesan sederhana dan alamiah. Bisa saja tiba-tiba Dia menciptakan kesempatan kita bertemu dengan seseorang di masa lampau yang kemudian di saat ini dialah yang menolong dan menopang kita. Rut tertolong karena TUHAN melalui Boas. Kitapun juga pasti tertolong dengan cara Tuhan yang tidak bisa kita terka.

3.       Selanjutnya mari juga bersikap seperti Naomi dan Rut. Mereka tidak mau menerima begitu saja dalam kepasrahan yang pasif tanpa usaha keluar dari kemelut itu. Bukitanya Rut segera pergi keladang dan mengusahakan berkat yang memang disediakan TUHAN di sana.

Demikian juga dengan kita. Kita perlu berusaha! Jangan mau menyerah! Berkat Tuhan tidak pernah jatuh dari langit dan tiba-tiba tersaji begitu saja. Kita perlu mengusahakannya dan menjemput berkat TUHAN yang memang Dia sediakan di sana. Itu berarti perlu usaha keras dan kesabaran dalam mencapai kemenangan dalam hidup tersebut. Jangan mudah menyerah teruslah berjuang! Sebab kita tahu jerih-payah kita bersama TUHAN tidaklah sia-sia. Amin

No comments:

Post a Comment