Tuesday, May 11, 2010

AMON DAN TAMAR

AMNON DAN TAMAR

“Hati-hatilah Terhadap Cinta Yang Buta” (2 Samuel 1-22)

Pendahuluan

Cerita ini adalah “kisah drama keluarga” yang terjadi dalam dinasti Raja Daud. Terdapat 2 (dua) tokoh utama yakni Amnon dan Tamar; dan 2 (dua) tokoh peran pembantu yakni Absalom dan Yonadab. Siapakah ke-4 tokoh tersebut? Berikut ini sedikit informasi tentang mereka (bd. 2Sam.3:2-5):

- Amnon adalah Putera sulung Raja Daud yang lahir dari rahim Ahinoam, seorang perempuan Yizreel

- Absalom adalah Putera ketiga dari Raja Daud dari Maakha yakni anak perempuan dari Talmai, Raja Gesur

- Tamar adalah adik kandung Absalom (ay.1)

- Yonadab adalah sepupu Amnon yang juga adalah sahabatnya, anak dari Simea, kakak Raja Daud.

Pada setting latar penokohan inilah, kisah tragis Tamar dipaparkan dalam cerita ini.

Eksegese Teks

(ay.1,2) Dimulai dengan menjelaskan hubungan antara Absalom, Amnon dan Tamar, sebagaimana disebutkan di atas. Amnon jatuh cinta kepada adik tirinya (sebapak, lain ibu) ini. Cinta yang begitu kuat dan amat sangat, sehingga iapun jatuh sakit karenanya. Dalam ayat 2 kita menemukan bahwa alasan Amnon jatuh cinta dan tergoda itu adalah “…mustahil melakukan sesuatu terhadap dia” (ay.2b). penekanan “tergoda” dan “masih perawan” dalam ay.2 ini menyimpulkan bahwa alasan birahi-lah yang menyebabkan Amnon jatuh cinta hingga jatuh sakit dan bukan karena “ketulusan cinta”. Mengapa “Mustahil”? sebab adalah terkutuk jika seorang laki2 tidur dengan anak perempuan ayah atau anak perempuan ibunya (lih.Ul.27:22). Bahkan, jangankan “tidur bersama”, menyingkapkan auratnya pun adalah dosa (bd. Ul.27:22).

(ay.3-5) Siapa Yonadab? Ia adalah anak Simea (Syama) yang merupakan kakak dari Raja Daud. Mengenai Simea ini, Alkitab mencatat bahwa TUHAN sendiri tidak berkenan kepadanya, secara khusus, dalam hal ketika pemilihan Raja pengganti Saul (bd. 1.Sam.16:9). Dan justru dari “orang cerdik” inilah, yakni Yonadab, Si Amnon mendapat solusi untuk masalah cintanya itu. Cinta buta itu “membutakan” segalanya, termasuk akal sehat Amnon ketika tidak mampu memilah dan membedakan mana nasehat yang benar dan mana yang justru menghancurkan.

(ay.6-14) Segala daya dan upaya yang dilakukan oleh Amnon menunjukkan bahwa perbuatannya tidaklah main-main. Nafsu birahi yang tak tertahan dan begitu kuat menggoda membuatnya tidak berpikir lagi apakah hal itu merupakan dosa dan kekejian bagi TUHAN (bd.ay.12); ataupun menghiraukan rengekan mengiba minta pengasihan dari adiknya dalam hal masadepan seorang perempuan yang diperkosa (bd.ay.13-14). Tamar akhirnya diperkosa, Amnonpun terpuaskan.

(ay.15-19) Cinta berubah menjadi benci (ay.15). Hal ini disebabkan, sebagaimana diuraikan sebelumnya, dasar cinta Amnon justru adalah nafsu birahi dan bukan ketulusan. Setelah birahinya terpuaskan, selesai sudah keinginan untuk mencintai. Bahkan bukan itu saja, cinta yang berubah menjadi kebencian itu sangat sadis dan tidak toleran lagi pada kondisi adik perempuannya itu. Dengan bengis dan tanpa perasaan, Tamar diusir bak sampah atau sesuatu yang tak berguna lagi.

Nasib Tamar dapat ditebak (ay.19). Ia merasa tak bernilai lagi, ia meratap dan berkabung. Sikap Tamar ini, sama dengan sikap perkabungan seorang istri (orang Israel) yang ditinggal mati suaminya.

(ay.19-22) Menarik untuk diperhatikan bagaimana sikap Daud sebagai Raja menghadapi kasus ini, apalagi yang menimpa bukan saja pada rakyatnya tapi justru pada anak perempuannya sendiri. Pada ay.21 disebutkan Daud marah, namun tidak diuraikan tindakan apa yang diambil termasuk pada ayat2 seterusnya. Seakan kasus ini di”putihkan” saja. Mengapa? Padahal jelas dalam Im.20:17 kasus ini adalah serius menurut TUHAN dan hukumannya amatlah berat. Mengapa Daud bersikap seperti itu? Sebab dosa itu (nafsu, zinah) pernah dilakukan Daun kepada kepada Batsyeba (lih. Psl.11). Perbuatan Daud itu telah melemahkan dan merusak kemampuannya untuk mendisiplinkan anak2nya dan mengatur rumah tangganya sendiri. Teladannya yang kurang baik menghancurkan pengaruh moralnya atas orang-orang yang diasuhnya. Daud memang benar bukan tanpa cela dan pasti menanggung malu atas perbuatannya (Ams.6:32-33), namun tidak berarti, hal itu, menjadi alasan untuk tidak menegur kesalahan orang lain. Akibat dosa bukan saja mendatangkan murka Allah, namun juga menjadi batu sandungan kelak bagi orang lain dan diri kita sendiri.

Aplikasi / Penerapan (untuk didiskusikan)

1. Benarlah apa yang dikatakan Pengkotbah bahwa “cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya… seperti nyala api TUHAN!” (bd.8:6,7). Demikian cinta (eros) Amnon yang akhirnya membawa pada kejahatan. Bagimana sikap dan cara anda menghadapi kekuatan cinta yg dasyat yang berujung pada kejahatan? (bd. Rm.12:21)

2. Siapapun, termasuk kita orang muda, bisa mabuk kepayang karena cinta. Mencintai seseorang adalah suatu anugerah TUHAN. Namun bagaimana kita mengatur, membentuk dan memelihara cinta itu untuk dan bagi orang lain agar tidak menghadirkan dosa perzinahan dan percabulan seperti Amnon? (bd. 1.Kor.13:1-13; 1.Kor.6:12-20)

3. Kejahatan (baca=dosa) terjadi karena ada kesempatan dan keinginan. Disekitar kita penuh dengan godaan dan tidak sedikit peluang (baca=kesempatan) untuk berbuat dosa, termasuk dosa seperti perbuatan Amnon. Hanya butuh sedikit keinginan (baca=keberanian) maka dosa pasti terjadi, sebab begitu banyak kesempatan yang menggoda. Bagaimana anda mengendalikannya agar dapat memandamkan keinginan dosa? [(bd. Kej.39:1-10 (ay.9-10)].

4. Hati-hati dalam pergaulan. Sahabat karib sekalipun dapat menjerumuskan kita ke dalam dosa, sebagaimana Yonadab terhadap Amnon. Bagaimana cara anda melakukan pertemanan secara baik dan benar sesuai Firman Tuhan? (bd. Ams.20:19; Ams.13:20;1Kor.5:9-11; 2Tes.3:14-15).

Catt: ayat-ayat dalam kurung adalah pembanding dalam diskusi.

Selamat Berdiskusi

Membalas kasih dengan kebencian adalah kejahatan

Membalas kasih dengan kasih adalah manusiawi

Membalas kebencian dengan kasih, itulah yang Ilahi

No comments:

Post a Comment