Sunday, November 19, 2023

Tembok Berapi Zakharia 2:1-5

 ZAKHARIA 2:1-5

 


Pendahuluan

Tembok Besar Cina mulai didirikan pada abad ke-3 SM. Tembok yang kerap disebut sebagai "keajaiban dunia kedelapan" itu memiliki panjang sekitar 1.500 mil (2.400 kilometer). Tembok Besar tersebut dibangun untuk melindungi rakyat dari serbuan mendadak para pengembara dan menjaga mereka dari penyerangan yang dilakukan oleh negara-negara musuh. Bacaan kita hari ini berbicara juga tentang pembangunan tembok dan kota Yerusalem pasca pembuangan di Babel. Waktu itu, masih sangat sedikit orang yang kembali dari pembuangan, sehingga Yerusalem belum dapat dibangun kembali. Kota itu masih berupa puing-puing,


Dalam kondisi inilah Nabi Zakharia menerima penglihatan dari TUHAN tentang bagaimana nantinya TUHAN, Allah Israel akan terlibat dalam pemulihan umatNya yang mengalami penderitaan karena pembuangan akibat dosa kesalahan dan hukuman yang diberikan TUHAN bagi mereka.


Telaah Perikop (Tafsiran)

Sebutan "Zakharia" menunjuk kepada Zakharia anak dari Berekhya dan cucu dari Ido (1:1.7). Nama "Zakharia" adalah nama yang populer. Dalam Perjanjian Lama, ada sekitar 27-30 orang yang memakai nama "Zakharia". Sebutan "Zakharia" berarti Allah mengingat atau Allah telah mengingat. Nama "Zakharia" menjelaskan bahwa Allah mengingat umat-Nya dan Ia mengingat (setia terhadap) janji-Nya terhadap bangsa Israel. Mungkin nama ini mengungkapkan rasa syukur orang tua Zakharia karena mereka dikaruniai anak laki-laki. Seperti Yeremia dan Yehezkiel, Zakharia adalah seorang nabi sekaligus seorang imam (Nehemia 12:16). Ido (kakek Nehemia) juga seorang imam (Nehemia 12:1,4). Zakharia dilahirkan di Babel.

 

Saat orang Yahudi kembali ke Palestina di bawah pimpinan Zerubabel dan Imam Besar Yosua, dia ikut dengan kakeknya kembali ke Palestina. Bila yang dimaksud dengan "orang muda" dalam Zakharia 2:4 adalah Zakharia, maka berarti bahwa Zakharia dipanggil untuk bernubuat pada tahun 520/519 BC (sebelum Masehi), saat usianya masih muda. 

 

Terdapat delapan penglihatan yang dialami oleh Zakharia mulai dari pasal 1-6 kitab ini. Khusus pasal 2:1-5 adalah penglihatan ketiga tentang: “Seorang Yang Sedang Memegang Tali Ukur”. Isi dari penglihatan yang dimaksud adalah sebagai berikut:


1.     Pada ayat 1-2, Zakharia melihat ada seorang malaikat yang sedang memegang tali pengukur. Tujuan dari malaikat pemegang tali pengukur itu hadir adalah untuk mendapatkan ukuran panjang dan lebar dari kota Yerusalem yang hancur tersebut. Penglihatan ini memberi makna penting bagi Zakharia yang saat itu sedang berada di tengah reruntuhan Yerusalem ketika ia dan kakeknya kembali dari pembuangan. Bagi Israel dan Zakharia, penglihatan itu memberikan suatu harapan bahwa Kota Yerusalem yang akan diukur berarti itu akan segera dibangun, sebagaimana halnya dalam Yeh 41:13.

 

Hadirnya malaikat Tuhan yang turun tangan mengukur dan memulai persiapan pembangunan itu, hendak menyatakan bahwa TUHAN akan terlibat langsung  dalam pembangunan itu. Penglihatan ini juga memberikan makna bahwa Allah memberikan semangat kepada mereka untuk terus bekerja dan berusaha memulihkan Yerusalem karena DIA sendiri menyertai umatNya itu.

 

2.     Perhatikan ayat 3-5 bacaan kita. Terdapat kontradiksi antara ayat 1-2 dengan ayat 3-5 pada perikop ini. Pada ayat 1-2 pembangunan Yerusalem dan terutama temboknya akan segera dimulai. Namun justru pada ayat 3-4 kita menemukan bahwa malaikat TUHAN menubuatkan bahwa Yerusalem itu tidak akan didirikan tembok dan dibiarkan seperti padang terbuka. Bagaimanakah hal ini dipahami?

 

Penglihatan pada bagian ini membicarakan kota Yerusalem namun dengan kondisi waktu yang berbeda. Ayat 1-2 memberikan penguatan untuk pembangunan ulang kota Yerusalem di Palestina pada zaman Zakharia yaitu Yerusalem lama. Namun pada ayat 3-4 membicarakan tentang Yerusalem baru yakni Yerusalem di masa kerajaan 1000 tahun, ketika kota ini tidak akan bertembok lagi dan penuh sesak dengan orang banyak. Jadi ada dua Yerusalem yang disebutkan secara bersamaan dalam perikop ini.

 

Itulah sebabnya dalam ayat 5 bacaan kita menegaskan bahwa TUHAN, Allah Israel sendirilah yang akan mejadi Tembok Berapi yang mengelilingi dan memagari Yerusalem. Walaupun janji ini berbicara tentang Yerusalem baru, namun juga memberikan makna yang penting bahwa Israel di masa Zakharia pun akan menjadi tempat kediaman umat yang dilindungi oleh TUHAN bagaikan tembok berapi itu.

 

Relevansi dan Aplikasi

Berdasarkan kisah yang ada dalam bacaan kita ini, maka ada beberapa hal pokok yang dapat kita relevansikan dalam hidup beriman kita, yakni:

1.     Setiap hal yang kita alami dan jalani dalam hidup ini telah disiapkan dan direncanakan oleh TUHAN. Entah hal itu kelihatannya baik maupun kelihatannya buruk. Pemulihan pasti terjadi. Pada ayat 1-2 janji TUHAN akan memulihkan umat TUHAN melalui pembangunan kota dan tembok Yerusalem setelah mereka selesai menjalani penghukuman akibat dosa dan kejahatan mereka. Dengan ini pun kita harus mengimani bahwa TUHAN maha pengampun dan tidak selamanya menghukum umatNya. Ia akan memulihkan setiap pribadi yang mengalami kegagalan hidup karena dosa dan kesalahan. Sudah pasti, dibalik murka TUHAN akan ada pengampunan dari TUHAN.

 

2.     Jika di kota-kota besar di Indonesia mengalami masalah dengan padatnya penduduk, maka pada penglihatan ke tiga Zakharia, kita diperhadapkan pada sesuatu hal yang berbeda. Zakharia melihat dalam penglihatannya ada seorang pemuda  berlari untuk mengukur panjang dan lebarnya kota Yerusalem dengan menggunakan tali pengukur, tetapi kemudian dihentikan oleh seorang malaikat yang mengatakan bahwa Yeruselem akan menjadi seperti padang yang terbuka. Perkataan malaikat ini berarti Yerusalem yang akan dibangun kembali bukanlah sebuah kota yang sempit dan terbatas seperti kota Yerusalem sebelumnya, melainkan sebuah kota yang besar dan megah yang mampu menampung berapapun banyaknya manusia (lih zak 2: 4). Dan kota itu di jaga oleh Allah sendiri sehingga menjadi sebuah kota yang benar-benar aman dari segala musuh-musuh dan Allah akan dimuliakan di dalam kota tersebut (Zak 2:5).

 

Di bagian lainnya nast ini mengingatkan kita pada penglihatan Yohanes di kitab Wahyu tentang Yerusalem Baru sebagai kota kudus…”kota itu penuh dengan kemulian Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah….”(Why 21:11). Dan sesuatu hal yang menarik tentang kota Yerusalem Baru bahwa tidak ada Bait Suci di dalamnya, sebab Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa adalah Bait Suci-Nya (lih. Why 21:22) orang-orang dapat langsung menyembah dan memuliakan-Nya (bnd Zak 2:5). Mereka yang akan tinggal di kota tersebut adalah orang-orang percaya dan yang telah melakukan firman-Nya. Istilah lain untuk mereka yang tinggal di Yerusalem Baru adalah para mempelai-Nya atau anak-anak Allah, yang berarti mereka yang benar-benar memiliki hubungan yang sangat dekat yang dapat menjadi keluarga Allah. Jika keadaannya seperti itu, siapakan di antara kita yang tidak menghendaki kota yang seperti ini? Siapakah yang tidak ingin akan adanya suatu jaminan kesejahteraan dan keamanan? Sebuah kota yang indah, sebuah kota idaman!? Semua manusia pasti mengingininya. Kiranya kita kelak pun akan Yerusalem Baru itu apabila hidup kita berkenan kepadanya selalu. Amin.

Pdt. I Nyoman Djepun

Thursday, March 2, 2023

EFESUS 2:4-10

 

EFESUS 2:4-10
ANUGERAH YANG LUAR BIASA
 
 
PENGANTAR

Surat kepada jemaat di Efesus ini ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar tahun 60-61 M. Surat ini dikirim Paulus ke Efesus melalui seorang yang bernama Tikhikus (6:21,22) yang juga adalah orang yang sama menyampaikan surat kepada jemaat Kolose. Hal ini terlihat dengan jelas pada kesamaan atau kemiripan redaksional penutup kedua surat ini yakni pada Kol.4:7 dan Ef.6:21-22.
 
Pada saat itu Efesus dan masyarakatnya dari sisi keagamaan masih sangat dipengaruhi pada penyembahan terhadap dewi Artemis. Penyembahan terhadap dewi ini menjadi hal pokok dan utama bukan saja karena ia dianggap sebagai demi kesuburan dan kemakmuran, namun juga karena di beberapa tempat pada budaya Yunani Kuno, dewi Artemis dipandang sebagai Soteira (penyelamat) dan Agrotera (pemburu) dan merupakan dewi pemimpin para penjaga dari segala hal yang ada di alam liar seperti pohon dan sungai. Bagi Efesus, dewi Artemis sangat dipuja karena ia dianggap menjamin keselamatan dan kehidupan mereka.
 
Itulah sebabnya isi surat Efesus yang dituliskan Paulus ini berintikan ajaran tentang bagaimana memperoleh keselamatan yang sejati dalam diri orang percaya. Hal ini dengan sengaja dutulis untuk mematahkan pemahaman keselamatan yang muncul diberbagai budaya dan bangsa termasuk Efesus.
 
TELAAH PERIKOP
Bacaan kita saat ini merupakan bagian dari satu perikop (ay.1-10) yang berbicara tentang keselamatan oleh karena Kasih karunia Allah. Paulus memulai dengan siapa jemaat Efesus dan siapa dirinya ketika belum mengecap kasih Kristus. Paulus menyebut bahwa Efesus dan dirinya terkategori “mati” karena perbuatan dosa dan pelanggaran kepada Allah (ay.1-2). Label yang tepat bagi mereka yang berbuat dosa adalah “orang-orang yang dimurkai” karena hidup dalam hawa nafsu daging dan pikiran yang jahat (ay.3). Tetapi status itu berubah oleh karena Kasih Allah yang besar dan penuh rahmat, yang mengubah “status mati” menjadi hidup bersama Kristus karena kematian dan kebangkitan-Nya (ay.4-7). Keselamatan kemudian menjadi milik kita. Selanjutnya, bagaimana memandang keselamatan tersebut? Ayat 8-10 memberikan beberapa jawaban yang harus dilihat secara iman.
 
1.     Keselamatan adalah Pemberian Allah (ay.8)
Bagaimana sesungguhnya keselamatan itu diperoleh? Secara tegas, Paulus menyatakan bahwa keselamatan itu bukan hasil usaha manusia. Sebaliknya itu merupakan pemberian Allah karena Kasih KaruniaNya. Terdapat dua kata kunci mengenai keselamatan itu, yakni Kasih Karunia dan Pemberian Allah. Terkesan bahwa dua istilah ini mirip. Tapi benarkah demikian? Mari lihat penjelasan berikut:
 
a.  Tentang Kasih Karunia.
Kasih Karunia berasal dari kata χάρις (kharis) yang berarti “anugerah Allah” dan atau juga bermakna pemberian cuma-cuma dari Allah tanpa usaha dari pihak manusia. Istilah ini sepadan dengan istilah PL yakni Bah. Ibrani: חָנַן (Khanan) yang berarti sama dengan istilah karunia dengan penekanan khusus bahwa pemberian itu diberikan oleh sesorang yang kedudukannya lebih tinggi yang sebenarnya tidak layak diterima bawahannya karena terlalu berharga, misalnya Kejadian 6:8; Kejadian 6:7; Keluaran 33:17.
 
Dengan demikian, Kasih Karunia bukan hanya dipandang sebagai pemberian gratis atau cuma-Cuma, melainkan sesuatu yang sebenarnya tidak layak kita terima namun denga rela dan tulus diberikan oleh Allah. Dengan kata lain, keselamatan itu disebut sebagai bentuk kasih karunia Allah, sebab sesungguhnya kita tidak layak untuk diselamatkan.
 
b.  Tentang Pemberian Allah.
Istilah Pemberian Allah yang dipakai Paulus dalam surat ini berasal dari istilah PB atau bahasa Yunani: δῶρον (doron) yang berarti hadiah, dan atau sesuatu yang sudah terhidang di depan mata tanpa perlu diusahakan. Hal ini bermakna bahwa keselamatan disebut pemberian Allah, karena proses hadirnya pemberian itu, dan bagaimana hingga hadir tidak ada campur tangan manusia. Pihak penerima hanya “terima bersih” tanpa ribet atau repot.
 
2.     Bagaimana menyikapi pemberian itu (ay.9)
Tidak tepat jika seseorang tidak mengusakan sesuatu dari suatu hasil kerja, kemudian menyombongkan dan memamerkan bahkan mengkalim hal itu sebagai usahanya. Demikian juga dengan keselamatan. Produk ini murni karya kasih karunia Allah, dan manusia menerimanya sebagai hadian alias pemberian “terima jadi” tanpa usaha.
 
Maka tidak tepat jika kemudian menyebut dengan bangga bahwa “karena saya lakukan hal baik, maka saya diselamatkan” dan atau bagian lain misalnya: merendahkan orang lain dan dengan lantang berkata: “kamilah yang paling benar, yang punya Sorga dan yang diselamatkan, tetapi kamu tidak. Langkah tepat menyikapi pemberian itu adalah dengan bersyukur.
 
3.     Apa yang harus dinampakkan sebagai penerima (ay.10
Bersyukur adalah cara yang tepat untuk merespon pemberian gratis yang besar jumlahnya itu. Namun, jika hanya bersyukur namun tetap berada di dalam dosa, itu namanya tidak tahu bersyukur. Orang yang bersyukur atas keselamatan yang ia terima, segera berubaya hidup dan melakukan berbagai pekerjaan baik (ay.10). Berbuat baik bukan supaya diselamatkan. Sebab perbuatan baik apapun tidak akan menyelamatkan siapapun.
 
Berbuat baik adalah cara kita menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah pribadi yang telah diselamatkan. Dengan berbuat baik, akan menjadi kesaksian bahwa karya keselamatn Allah telah kita kecap dalam hidup ini.
 
 
RELEVANSI DAN APLIKASI
 (silakan tambahkan aplikasi firman ini sesuai dengan tafsiran di atas yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari dan kebutuhan warga di tempat saudara melayani)
 
 
 
 
 

Wednesday, March 1, 2023

LUKAS 11:1-13

 Lukas 11:1-13
Pdt. Cindy Tumbelaka

Pengantar

Berbeda dengan Injil Matius, Lukas mencatat bahwa ajaran Yesus tentang hal berdoa disampaikankan ketika dalam suatu perjalanan, Yesus berhenti di suatu tempat untuk berdoa. Dari permintaan seorang murid Yesus ini, kita mendapat gambaran bahwa murid ini minta diajari berdoa karena ia melihat Yesus berdoa. Pada saat itu ada pemahaman yang berkembang, bahwa seorang guru umumnya akan mengajarkan muridnya berdoa, karena itulah murid tersebut menjadikan Yohanes sebagai acuan. Yesus tidak keberatan memenuhi permintaan salah seorang murid-Nya itu, bahkan, dalam doa yang diajarkan Yesus, kita seperti diajak memasuki suatu pemahaman yang kaya mengenai Kerajaan Allah.

 

Pemahaman Teks

Ay. 2

Sapaan ‘Bapa’ menjadi hal yang ‘mengangkat status’ pendengar (= murid-murid Yesus pada waktu itu) mengingat bahwa mereka adalah kelompok yang sedang dicari-cari kesalahannya (= ‘dikritisi’) oleh para pemuka agama pada waktu itu (Luk 5:21, 30). Sebagai manusia pada umumnya, sikap para pemuka agama itu dapat saja membuat murid-murid Yesus meragukan ‘status’ mereka di hadapan Allah. Itulah mengapa, ketika Yesus mengajarkan mereka untuk menyapa Allah dengan sebutan ‘Bapa’ dalam doa, mereka seperti disadarkan bahwa mereka tetap dianggap ‘anak’ oleh Tuhan, Allah yang mereka sembah. Sehubungan dengan itu, ungkapan “dikuduskanlah nama-Mu” menunjukkan bahwa sekalipun mereka ‘boleh’ memanggil

Tuhan sebagai ‘Bapa’ namun sapaan itu tidak mengurangi wibawa Allah di hadapan umat-Nya. Umat yang adalah anak-anak Allah tetap harus mengutamakan kekudusan nama TUHAN.

 Ay. 2

Orang pada umumnya berpikir bahwa hal Kerajaan Allah adalah sesuatu yang ilahi, yang akan ‘didatangi’ setelah kematian namun Yesus menghadirkan Kerajaan Allah justeru pada saat mereka masih hidup. Dampak psikologis dari ungkapan ini adalah murid-murid seperti dibawa kepada ‘nuansa’ yang lain yaitu nuansa ilahi ketika berdoa.

Ay.3

Umumnya orang berdoa karena ingin untuk meminta sesuatu. Yesus tidak menyalahi maksud itu; kita boleh meminta, tetapi sebatas pada apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Itu artinya dalam jumlah yang cukup, tidak kurang supaya kita tidak mengeluh tetapi tidak juga berlebihan supaya tidak pongah.

 Ay. 4

Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk minta ampun. Secara tidak langsung, Yesus memberi gambaran hubungan yang penuh pengampunan dengan Tuhan haruslah juga sejalan dengan hubungan kita dengan orang lain. Dalam doa, kita dapat menjalin hubungan yang akrab dengan Tuhan dan hubungan yang sama pun harus terjalin dengan sesama.

 Ay. 5-13

Yesus sedang meyakinkan murid-murid-Nya tentang bagaimana doa yang diajarkan-Nya itu pasti ‘dikabulkan’ oleh Allah.

 Ay. 5-10

Hal pengabulan doa: Yesus mengibaratkan orang yang didatangi sahabatnya untuk meminta roti, orang itu akan memberikannya karena ia tidak mau malu terhadap sahabatnya itu. Begitu juga Allah terhadap orang yang meminta kepada-Nya. Mekanismenya sangat wajar: bahwa orang yang meminta pasti akan menerima.

 Ay. 11-13

Yesus mengibaratkan seorang ayah hanya memberi yang baik kepada anak-anaknya. Sedangkan Allah lebih dari itu. Roh Kudus, pemberian Allah dapat dikatakan sebagai ‘pemberian serba guna’ bagi kita anak-anak-Nya.

 

Renungan dan Penerapan

Wajar jika kita baru mau melakukan sesuatu setelah diberi jaminan bahwa apa yang kita lakukan itu akan membawa hasil yang memuaskan atau yang menguntungkan. Demikian juga dengan berdoa. Banyak orang baru mau berdoa ketika dalam keadaan terdesak atau punya keinginan tertentu. Berdoa menjadi pilihan terakhir setelah kita kehabisan ide untuk berusaha. Bacaan ini membawa kita kepada sisi doa yang lain, bahwa doa bukan sekadar tentang ‘meminta’ melainkan:

 1.       Dalam nuansa doa, diperbolehkannya kita memanggil Allah dengan sebutan ‘Bapa’ bukan sekadar untuk ‘menaikkan status’ dari manusia berdosa menjadi anak Allah melainkan memperkenalkan kita kepada cara Allah memperlakukan kita yaitu bagaikan bapa kepada anaknya. Pemahaman ini akan menjadi hal yang sangat menguatkan bagi kita yang sehari-hari seringkali dipersalahkan orang, semua yang kita lakukan tidak ada yang benar, selalu salah di mata orang dan akhirnya menjadi bahan bulan-bulanan. Kita yang mengalami hal itu seringkali menjadi pribadi yang rendah diri, tidak percaya diri bahkan sulit menerima kebaikan orang lain. Kita bahkan menjadi cepat curiga terhadap perlakuan orang yang baik sekalipun. Kepada kita yang demikian, Yesus menyampaikan bahwa ada Allah yang ‘mengangkat’ kita sebagai anak-Nya. Dalam kekudusan-Nya dan demi pembenaran dalam Kristus, Allah tidak mempersalahkan kita karena itu datanglah kepada-Nya dalam doa. Hanya dalam (nuansa) doa kita dapat berdiri sebagaimana adanya di hadapan Allah.

2.       Kita diarahkan untuk merasakan bahwa kita ini sudah atau sedang berada di dalam Kerajaan Allah. Bagi kita yang percaya, dunia tempat kita hidup sehari-hari adalah Kerajaan Allah. Jika demikian maka kita seharusnya hidup berkecukupan dalam hal jasmani dan berkelimpahan dalam hal rohani. Inilah yang membuat kita tidak perlu meminta yang berlebihan kepada Bapa melainkan mulai berpikir bahwa di dalam Kerajaan Allah yang seharusnya terjadi adalah apa yang dikehendaki Allah bukan apa yang kita minta atau inginkan. Dalam hidup, kita mengalami banyak hal yang mengilhami kita untuk meminta ini itu kepada Tuhan tetapi dalam doa yang diajarkan Yesus, mari mulai meyakinkan diri bahwa semua yang kita butuh untuk mengadapi hidup sudah Tuhan sediakan tinggal kita bertaruh iman dengan selalu melafaskan: “jadilah kehendak-Mu …”

 3.    Menyadari diri sebagai pendosa yang memerlukan pengampunan, kita sering meminta pengampunan kepada Allah namun pelit dalam memberi ampunan kepada sesama. Secara sederhana, Yesus mengajarkan kita bahwa hubungan yang penuh ampun dari Bapa seharusnya terjadi juga antara kita dengan orang lain. Kita mendambakan suasana yang penuh kasih, penuh maklum, penuh pengertian dan akhirnya ampunan ketika berhubungan dengan Bapa lewat doa. Oleh karena itu ciptakanlah suasana yang sama ketika kita berhubungan dengan orang lain.

 

Meyakini adanya jawaban terhadap permohonan kita bahwa Allah akan memberi yang baik bagi anak yang meminta kepada-Nya. Namun ada kalanya tidak semua doa dijawab Tuhan sesuai permintaan atau harapan kita. Pertanyaannya: salah di mana? Umumnya, kesalahan terletak pada pemahaman kita tentang doa. Berdoa yang kita pahami adalah tindakan yang untuk ‘meminta dan mendapatkan’ padahal dalam bacaan ini, Yesus mengajak kita terlebih dahulu masuk ke dalam hubungan Bapa – anak, baru setelah itu kita akan mengetahui bagaimana sebenarnya cara atau pertimbangan Tuhan dalam menjawab doa.

Monday, March 21, 2022

PENDEWASAAN DAN PERTUMBUHAN IMAN

PENDEWASAAN DAN PERTUMBUHAN IMAN
MAZMUR 22:1-6

Oleh: Dkn. Tangi Simamora


Ibu/bapak dan saudara, pernahkah kita mengalami gejolak di dalam  iman saat keadaan yang kita hadapi begitu sangat sukar untuk dijelaskan. Namun saat kita mengetuk, pintu tidak dibukakan, saat kita meminta tidak diberikan bahkan saat kita mencari kita tidak mendapat apapun. Lalu bagaimana reaksi atau respon kita atas keadaan yang demikian ? masihkah kita tetap percaya kepada Allah ?

Nah melalui pembacaan kita pada hari ini, kita diajarkan melalui mazmur daud bagaimana sikap dan respon kita menghadapi situasi yang demikian.,

Ibu/bapak dan saudara, sebelum saya masuk ke dalam pasal ke 22, jika membandingkan dengan pasal-pasal sebelumnya, kita akan melihat perbedaan yang cukup mencolok. Di pasal-pasal sebelumnya kita melihat bahwa pemazmur atau Daud menuliskan mazmur tentang kemenangan, Daud menuliskan mazmur tentang berkat, Daud menulis mazmur tentang sukacita, tentang kegirangan senantiasa. Bahkan Daud menulis mazmur tentang Tuhan yang menjadi bukit batu, kubu pertahanan, gunung batu, kota benteng yang teguh dan seterusnya. Seolah olah memang hidup Daud luar biasa bersama dengan Tuhan.

Tetapi kalau ibu/bapak membandingkan di mazmur pasal yang ke 22 ini, maka ada perbedaan yang sangat kontras dari apa yang daud tuliskan sebelumnya. bagian pertama yang dapat kita pelajari…coba kita lihat di ayat 2-3 (baca ayat nya)..

Bapak/ibu dan saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ini berbicara mengenai seruan yang tidak dijawab oleh Tuhan. Seruan ini cukup familiar juga dengan kita karena Tuhan Yesus juga mengucapkannya hal yang sama.

Didalam ayat ini daud merasa bahwa Allah tidak memperhatikan dia, terutama tidak memperhatikan pergumulan berat yang sedang dia alamii…. Lebih lanjut di ayatnya yang ke-3, ada 2 kata yang cukup menarik. Siang dan malam daud berseru kepada Tuhan, tidak putus-putusnya atau senantiasa berseru kepada Tuhan atas pergumulan yang dia rasakan, atas masalah yang dia alami, atas tekanan yang dia alami, makanya dia berseru kepada Allah siang dan malam. Ini saya berandai-andai bapak/ibu kalau pada saat itu seruannya dijawab oleh Tuhan, bisa jadi tidak akan ada mazmur pasal ke 22 ini. Tetapi pada saat itu seruannya tidak/belum dijawab oleh Allah.

Bagian yang kedua ialah kita lihat di ayatnya yang ke 4 sampai ke 6 (baca ayat 4-6). Didalam bagian ini kita diajarkan bahwa ketika seruan daud yang tidak atau belum diajawab oleh Allah, daud tetap memposisikan Tuhan Allah sebagai sosok yang maha kudus, yang telah menyelamatkan bangsa Israel atau nenek moyang daud.  Bahwa sekalipun seruan daud, pergumulan daud tidak atau belum diajawab oleh Allah, daud percaya bahwa Allah itu kudus yang akan menggenapi janji janjiNya bagi daud yang juga umatNya.

Seperti itu Firman Tuhan diberitakan bagi kita.

Nah sekarang bapak/ibu yang dikasihi oleh Tuhan, seperti pembukaan yang telah saya sampaikan tadi…ketika ada masalah atau ada pergumulan yang kita hadapi,,

Hal pertama yang harus kita lakukan ialah berdoa kepada Allah. Berdoa kepada Tuhan. Sampaikanlah permasalahan kita, sampaikanlah pergumulan kita kepada Allah.

Ada yang menarik pada saat kita berdoa menyampaikan permasalahan dan pergumulan kita kepada Allah, secara manusiawi pastinya kita ingin mendapatkan jawaban dari Tuhan atas masalah masalah tersebut secara cepat atau instant.

Melalui pembacaan kita, kita harus paham bahwa jawaban Allah atas doa pegumulan kita, atas seruan kita merupakan sepenuhnya Hak dari Allah. Kita tidak boleh mendikte jawaban Allah atas doa kita dan seruan permohonan kita…

Allah bisa menjawab doa kita dengan Ya, Tidak ataupun belum dijawab. Artinya apa, kalau Allah menjawab doa kita ataupun belum dan tidak, kita tetap harus mengucap syukur...  jika doa kita dijawab ya oleh Allah pasti mengucap syukur bukanlah hal yang sulit.

seringkali banyak orang oleh karena doanya tidak dijawab oleh Tuhan  ataupun belum dijawab oleh Tuhan pergumulannya maka dia meninggalkan Tuhan, itu parahnya. Atau dia mengabaikan hal hal rohani, hal hal yang berkaitan dengan Tuhan karena dia kecewa, dia bosan berseru kepada Tuhan, dia sangat kesal karena tidak dijawab doanya oleh Tuhan.

kalau jawabannya belum atau tidak, kita tetap harus berdoa kepada Tuhan, bukan untuk menanyakan jawabannya apa kepada Allah, tetapi mintalah kepada Allah untuk memberi kita kekuatan atas pergumulan serta masalah yang kita hadapi…

hal yang kedua yang bisa kita ambil ialah ketika kita berdoa berseru kepada Tuhan atas permasalahan yang kita hadapi, jadikan doa permohonan kita ini menjadi sarana instrospeksi diri kita atas berkat dan anugerah Tuhan, atas perbuatan perbuatan ajaib Tuhan yang sudah lakukan dalam hidup kita. Tujuannya apa ???

Ketika kita  berhadapan dengan masalah, tantangan, berada dalam kesulitan, berada dalam penderitaan,, berdoalah kepada Tuhan dengan mengingat kembali anugerah serta perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam hidup Ibu/Bapak, saudara dan saya. Kalau kita baca mazmur pasal 22 ini di ayatnya ke 10-11, jelas tertulis bahwa sejak dalam kandungan pun pemeliharaan Tuhan sudah ada atas kita. Lebih lanjut diayatnya yang ke 5 dan ke 6, daud mengingat kembali anugerah dan penyertaan Tuhan atas nenek moyangnya atau bangsa Israel..

Kita mengingat bahwa Tuhan dulu menolong kita,  kita mengingat bagaimana Tuhan melepaskan kita, memulihkan keadaan kita, bahkan memberkati kita.. maka doa yang seperti inilah yang  akan memunculkan iman dan pengharapan bagi kita semua…

Sebab kalau dulu Allah sanggup menolong, maka dimasa sekarang Allah yang kita sembah di dalam Yesus Kristus tidak pernah berubah… dulu bisa, sekarang bisa,, dulu Kristus menolong, sekarang pun Tuhan menolong. Dulu Tuhan memelihara, hari ini pun kita percaya bahwa pemeliharaan Tuhan tidak pernah berubah. Bahkan tidak hanya sekedar memelihara dan membuat kita cukup, dia Tuhan.. yang juga rindu menyatakan kelimpahannya bagi kita.

Jadi ibu/bapak, kalau didalam doa kita mengingat perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam hidup kita, maka itu akan memunculkan iman dan pengharapan bagi kita kepada Tuhan atas permasalahan serta pergumulan yang kita hadapi…

Ibu/bapak dan saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,,sebagai penutup renungan pada hari ini, ketika kita diijinkan Tuhan mengalami hal-hal sulit dalam hidup kita, mengalami pergumulan serta permasalahan dalam hidup kita, jadikanlah hal tersebut sebagai proses pendewasaan iman dan pertumbuhan iman kita kepada Tuhan.  Jadi memang ada fase dalam hidup ini seolah olah Tuhan meninggalkan kita, seolah olah doa kita tidak didengar oleh Tuhan. Jadilah dewasa,, itu proses pertumbuhan rohani,, itu proses pendewasaan,, itu proses pertumbuhan iman,,

Iman tidak harus melihat,, iman artinya percaya bahkan tidak melihat. Kita percaya Dia tetap Bapa yang baik sekalipun hal yang buruk diijinkan terjadi pada hidup kita..  kita percaya bahwa Rancangan Tuhan adalah rancangan yang sempurna…

Sekalipun,, mungkin; rencana kita berantakan.. itu adalah iman..

Maka melalui perikop bacaan kita, kiranya dapat mendewasakan iman kita kepada Tuhan atas permasalahan dan pergumulan yang kita hadapi.

Tuhan yesus memberkati, Haleluya, Amin….

ALLAHKU MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU ?

 ALLAHKU MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU ?
MAZMUR 22:1-6

oleh: Pnt. Kartikaningtyas


Mazmur ini, yang paling banyak dikutip dalam Perjanjian Baru disebut "mazmur salib" karena begitu rinci melukiskan penderitaan berat Kristus di salib. Perhatikan setidak-tidaknya dua hal tentang mazmur ini:

1) Ini adalah seruan penderitaan dan kesedihan dari seorang penderita saleh yang belum dibebaskan dari pencobaan dan penderitaan. Dalam arti ini semua orang percaya yang menderita dapat menyatukan dirinya dengan kata-kata dalam doa ini.

2) Kata-kata dalam mazmur ini mengungkapkan suatu pengalaman yang jauh melebihi pengalaman manusia biasa. Dengan ilham Roh Kudus,

pemazmur menubuatkan penderitaan Yesus Kristus ketika disalib dan menunjuk kepada pembenaran diri-Nya tiga hari kemudian.

   ALLAHKU, ALLAHKU, MENGAPA ENGKAU MENINGGALKAN AKU?

Yesus mengucapkan seruan mengerikan ini di salib ketika kehadiran Bapa sorgawi-Nya yang memelihara dan melindungi ditarik ;  Yesus ditinggalkan oleh Allah karena Ia menderita sebagai pengganti orang berdosa, yaitu menjadi kutuk karena kita  Dengan mengutip ayat ini, Yesus juga mengacu kepada seluruh mazmur ini sebagai gambaran diri-Nya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan

Dalam perjalanan hidup ini adakalanya kita merasa bahwa Tuhan terasa jauh dan seolah olah meninggalkan kita sendirian.

Kita berseru seru kepadaNya meminta pertolongan ,tapi seolah olah seruan kita terhalau angin lalu.

Tuhan serasa diam saja,tak bergeming sedikitpun dan membiarkan kita begitu saja.demikian halnya dengan pemazmur yang kita baca ini.

Daud juga pernah mengalami dan merasakan hal yang sama,dimana Tuhan serasa berada jauh dari kehidupannya.

Dalam situasi seperti ini kita seringkali terjebak dalam pemikiran yang salah .saat semuanya seperti tidak ada harapan,kita berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada.kalau Tuhan itu ada pasti Dia akan menolong kita.namun apa buktinya? Tidak ada pertolongan dari Tuhan .ketika pertolongan dan mujizat yang kita harapkan sepertinya tidak terjadi,bukan berarti Tuhan itu tidak ada.

Tuhan itu ada dan tetap ada ! Karena “Dialah Allah yang hidup,yang kekal untuk selama-lamanya;pemerintahanNya tidak akan binasa dan kekuasaaNYa tidak akan berakir ,(Daniel 6:27).

Kita juga sering beranggapan bahwa Tuhan tidak pernah peduli atas hidup kita sehingga kita dibiarkan hidup menderita.pemazmur  juga jelas menyatakan bahwa Tuhan tidak terlelap dan tidak tertidur.”Tuhanlah penjagamu,Tuhanlah naunganmu disebelah tangan kananmu”(mazmur 121:5)

Kadang Tuhan mengijinkan hal itu terjadi untuk menguji kualitas iman kita,menguji ketekunan,menguji kesetiaan dan menguji kesabaran kita untuk menanti nantikan Tuhan bertindak,atau mungkin Tuhan sedang mempersiapkan berkat yang besar untuk kita,walaupun memang faktor terbesar yang menghalangi jawaban doa adalah dosa.

Jemaat yang terkasih

Masalah utama yang sering kali kita hadapi adalah ketidaksabaran menantikan waktu Tuhan.

Untuk itu sebagaimana pemazmur juga kita bisa mengatasi kegalauan pergumulan kalau kita berani bersadar kepada Allah,Renungkanlah karya Allah pada masa lalu yang saat ini kita juga masuk dalam Pra Paskah dimana kita mengingat kembali karya agungNya untuk menebus Kita dari cengkeraman Dosa.

Selama kaki kita masih menginjak bumi, kehidupan kita tidak akan pernah luput dari masalah atau pergumulan hidup.  Setiap manusia tanpa terkecuali pasti menghadapi masalah, sebab masalah dapat menyerang siapa saja.  Begitu juga dalam perjalanan kekristenan kita, Tuhan tidak pernah berjanji bahwa setelah mengikut Dia kita akan terbebas dari masalah.  Tertulis:  "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;"  (Mazmur 34:20).  Tuhan berjanji bahwa di dalam Dia selalu ada pertolongan dan jalan keluar.  Melalui kuasa Roh KudusNya Tuhan akan menopang, menguatkan dan menyertai kita.

     Seringkali ketika sedang dalam masalah dan kesesakan banyak dari kita yang mudah tersulut emosinya, kecewa dan bersungut-sungut;  apalagi jika doa kita belum beroleh jawaban dari Tuhan, kita langsung berkata seperti di Alkitab,  "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang."  (Mazmur 22:2-3).  Keluh kesah adalah hal yang manusiawi, tapi kalau hal itu kita lakukan terus-menerus setiap kali menghadapi masalah, hal itu akan menjadi penghambat iman kita dan menjadi penghalang bagi kita untuk mengalami mujizat dari Tuhan.  Justru saat dalam masalah inilah kesempatan bagi kita untuk mengaplikasikan iman kita sehingga iman kita benar-benar hidup.  Karena itu kita harus bisa menguasai diri, jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi yang ada.  Ada tertulis:  "Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota."  (Amsal 16:32).  Penguasaan diri dan ketenangan adalah cara menghadapi masalah, kita disebut sebagai orang yang melebihi pahlawan.

     Serahkan setiap permasalahan hidup ini kepada Tuhan, cepat atau lambat pertolonganNya pasti dinyatakan.

Tuhan menguatkan dan memberkati  Amin.

AKU BERSERU ENGKAU TIDAK MENJAWAB

AKU BERSERU ENGKAU TIDAK MENJAWAB
MAZMUR 22:1-6


Oleh: Pnt. Wagito Purwono

Pengertian secara umum Mazmur 22 yang kita baca ini adalah mengenai seseorang yang menjerit atau berseru kepada Allah agar Allah menolongnya dari  ejekan dan siksaan musuh musuhnya. Kendati demikian pemazmur tetap percaya bahwa Allah akan menolongnya .kalau dilihat dari ayat 1 ! Pemimpin biduan.menurut lagu:Rusa dikala Fajar ,mazmur Daud . ,jelas pemazmur ini adalah Daud. Sebagai penjelasan,Pemimpin Biduan.menurut lagu: ini adalah petunjuk untuk menggunakan Mazmur Mazmur ,sedangkan Rusa dikala Fajar  ini adalah nama suatu lagu atau nada yang dipakai untuk mengiringi atau memberi ketukan dalam mengkidungkan Mazmur  yaitu mazmur Daud ini.

Jemaat yang dikasihi Tuhan …Meskipun Daud seorang yang beriman kepada Allah,dirinya tidak luput dari kesukaran dan kesesakan dalam beban hidupnya.bahkan dirasakannya Tuhan seperti membisu saja mendengar seruaanya minta tolong. Maka dibibirnya terucap “mengapa Engkau meninggalkan Aku”?Aku berseru…Engkau tidak menjawab ,dan seterusnya . Seruan senada terdengar juga dari bibir Tuhan Yesus kala di atas kayu salib “Allahku,Allahku,mengapa Engkau meninggalkan aku. Itu bukan tanda tak beriman ,namun sebaliknya itu karena Iman kepada Allah, yang layaknya tangis seorang bayi demi mencari sandaran aman didada ibunya.

Jemaat yang terkasih  Ketika Allah Nampak diam

 seruan Tuhan Yesus di kayu salib dan seruan Daud  dikala terhimpit ,mengarahkan pikiran pada kodrat sang kalik sebagai penguasa yang punya wewenang untuk mengatur Dunia dan isinya..mengapa demikian

Tuhan Yesus disaat waktunya terpisah dari keilahiannya menjadi manusia untuk menderita  dan turun kedunia orang mati ,untuk membayar dosa manusia, dan pada hari ketiga kembali dalam wujud Illahinya.    Bedanya,

Buah dari perenungan Daud mengajarkan untuk menengadahkan iman ke Tahtanya yang kudus yaitu Allah ,dan mengingat kembali bagaimana Allah yang tidak pernah meninggalkan Umatnya pada masa lampau bagaimana mungkin IA akan meninggalkan umatnya saat ini

Jemaat Tuhan ,melihat dari dua peristiwa ini pikiran kita diarahkan  kepada Allah ,Allah sang pencipta,Allah yang empunya otoritas penuh dan Allah yang tidak bisa diselami dan dipahami oleh manusia.

Sebagai pendukung bahwa Allah tidak bisa dipahami dan deselami oleh manusia (yes 55:8-9) Sebab rancangan-KU bukanlah rancanganmu,dan jalanmu bukanlah jalan-KU demikian Firman TUHAN .Seperti tingginya langit dari bumi,demikianlah tingginya jalanKU dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

(yeremia 29 :11-14)menjelaskan “ Sebab aku ini mengetahui rancangan rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu ,demikianlah Firman Tuhan Yaitu racangann damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan ,untuk memberikan kepadamu  hari depan yang penuh harapan  ,ini Rahasia Allah.

Jemaat yang terkasihDaud yang mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Sampai-sampai ia merasa Allah telah meninggalkannya  Tidak ada seorang pun yang menolongnya. Sendiri dalam penderitaan telah melahirkan kekecewaan yang sangat dalam bagi Daud. Namun keadaan itu tidaklah menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan.

Kepercayaan Daud tetap full kepada Tuhan meski ia mengalami penindasan dan penderitaan yang mengancam hidupnya saat itu. Kepercayaan inilah yang membawa suatu pengharapan bahwa Tuhan pasti menolong. Melalui berbagai pengalaman hidupnya, Daud sungguh mengenal Tuhan dengan baik dan bahkan ia yakin Tuhan-lah yang telah melindunginya sejak dari kandungan ibunya.

Jemaat yang terkasih  …Kita tentu pernah dan bahkan sering mengalami masa penderitaan yang membuat kita merasa seolah tidak ada lagi pertolongan; yang selanjutnya membuat kita hilang harapan dan putus asa. Bahkan kita merasa bahwa Tuhan tidak pedulikan  kita atau Tuhan telah meninggalkan kita.  Bukankah dalam kondisi yang demikian  pasti akan sulit bagi kita untuk tetap percaya bahwa Tuhan-lah yang sanggup memberikan harapan? bisa saja orang percaya jatuh kedalam jurang keputusasaan dan sebagainya. Ketika derita dan kesukaran  melanda  secara terus menerus terjadi ,contoh akibat dari situasi dan kondisi saat ini menomena  yang cukup menyita perhatian yang luar biasa ,sehingga melumpuhkan aktivitas yang ada  hingga menghimpit beban hidup .ini merupakan hal yang dasyat sekali yang cukup berat untuk delalui ,kehilangan keluarga,kehilangan pekerjaan ,kehilangan kebebasan , harapan dan lain sebagainya, maka seolah olah Tuhan meninggalkan kita ? Aku berseru … Engkau tidak menjawab

Bagaimana untuk menyikapi hal ini ? Pemazmur memberikan kunci agar kita tetap sabar pada situasi sulit,yaitu mengingat kembali kebaikan Tuhan didalam hidup ini ,ini akan membangkitkan iman kita,sebab Dia tidak pernah berubah. Kita lihat (Maz 77:12,13,15)   Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan Tuhan,ya,aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-MU dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban;Engkau telah menyatakan kuasa-Mu diantara bangsa bangsa . Pertolongan Tuhan itu selalu tepat pada waktunya ,yaitu waktu Tuhan,jangan pernah kita menjauh dari Nya.

(yes 59:1-2)Sesungguhnya,tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan,dan pendengaranNya tidak kurang tajam untuk mendengar;tetapi yang merupakan pemisah atara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu,dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu,sehingga ia tidak mendengar,ialah segala dosamu.  Meski mujizat yang kita harapkan belum terjadi dan doa-doa kita belum terjawab,jangan pernah meninggalkan Tuhan.tetaplah setia dan percaya kepadaNya (amsl 3 :3-6)“janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau !Kalungkanlah itu pada lehermu,tuliskanlah itu pada loh hatimu,maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu,dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.akuilah Dia dalam segala lakumu,maka Ia akan meluruskan jalanmu .

Jemaat yang terkasih  … kiranya kesaksian Daud ini dapat menolong kita agar kita mau menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan percaya bahwa Dia yang telah memelihara hidup kita .Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:8. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal; namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian.’’Mari dalam masa-masa sukar masa masa sulit sekalipun, tetaplah percaya dan berserah penuh kepada Tuhan Yesus,Tuhan Yesus adalah alamat yang tak pernah salah bagi segala doa, dan permohonan maka hidup kita akan aman dalam lindungan-Nya!...  Amin

Saturday, October 24, 2020

Hagai 1:12-14

Hagai 1:12-14 
MENDENGARKAN SUARA TUHAN 

Pengantar 
Apa yang dicatat Hagai adalah peristiwa ketika orang Israel sudah kembali dari pem-buangan. Ketika orang Israel, khususnya orang Yehuda sedang membangun kembali Bait Suci di Yerusalem, mereka mendapat perlawanan dari penduduk sekitar sehingga pekerjaan membangun Bait Suci menjadi terhambat (Ezr 4:1-4). Akhirnya, pekerjaan membangun Bait Suci itu terhenti sampai Darius, raja Persia berkuasa (Ezr 4:24). 

Rupanya, selama pembangunan kembali Bait Allah terhenti, … orang Israel sendiri pun seperti terlena dengan terhentinya pembangunan itu (ay. 2: Bangsa ini berkata: ”Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!"). Sepertinya orang Israel sengaja menunda atau setidaknya memanfaatkan keadaan yang (semula) tidak kon-dusif sebagai alasan untuk tidak melanjutnya pembangunan kembali Bait Suci. Tidak hanya itu, selagi mereka berhenti membangun kembali Bait Allah, orang Israel itu pun menyibukan diri dengan membangun rumah mereka sendiri-sendiri (ay.4). Inilah yang membuat TUHAN menegur mereka dengan cukup keras melalui nabi Hagai: masakan mereka sudah mendiami rumah mereka sendiri (dari papan) sementara Rumah TUHAN, yaitu Bait Allah dibiarkan me-reka masih dalam bentuk reruntuhan (ay. 4). 

Oleh karena keadaan ini, TUHAN menyadarkan orang Israel akan apa yang sebenarnya mereka alami saat itu (Perhatikanlah keadaanmu!), yaitu: mereka menabur banyak (sehubungan dengan pekerjaan mereka sebagai petani) tetapi hasil yang dibawa pulang sedikit; mereka makan tetapi tidak kunjung merasa kenyang; mere-ka minum tetapi tidak pernah merasa dipuaskan; mereka berpakaian tetapi tidak pernah cu-kup untuk menghangatkan badan; mereka menabung upah dari kerja tetapi pundi-pundinya berlobang (ay. 6); mereka mengharapkan banyak tetapi mendapat sedikit (ay, 9); Itulah se-babnya mereka mengalami kekeringan sehingga tidak ada tanaman yang menghasilkan (ay. 10-11). Dengan kata lain, kekurangan yang mereka alami selama ini bukan karena mereka kurang giat bekerja atau berusaha tetapi karena mereka mengabaikan pembangunan kem-bali Bait Allah. 

Pemahaman Teks 
Ay. 12 Lalu Zerubabel bin Sealtiel dan Yosua bin Yozadak, imam besar, dan selebihnya dari bangsa itu mendengarkan suara TUHAN, Allah mereka, dan juga perkataan nabi Hagai, … lalu takutlah bangsa itu kepada TUHAN. Ay. 13 Firman TUHAN kepada mereka melalui Hagai: "Aku ini menyertai kamu, …."  
Ay. 14 TUHAN menggerakkan semangat Zerubabel bin Sealtiel, bupati Yehuda, dan semangat Yosua bin Yozadak, imam besar, dan semangat selebihnya dari bangsa itu, untuk melanjutkan pembangunan rumah TUHAN semesta alam, Allah mereka.

Renungan dan Penerapan 
Jika penghentian pembangunan bait Allah yang didahului oleh berbagai teror terhadap orang Israel adalah peristiwa yang cukup traumatis namun ternyata tidak cukup membuat trauma orang Israel dalam mendirikan bangunan di daerah itu. Apakah karena yang dibangun adalah rumah pribadi, bukan tempat ibadah untuk umum? Apa yang membuat orang Israel menunda atau menghentikan sementara pembangunan kembali Bait Suci adalah alasan umum yang juga sering kita alami yaitu masyarakat sekitar yang tidak kondusif. 

Dalam bergereja, penolakan bahkan perlawanan dari masyara-kat sekitar bukanlah hal baru. Dalam situasi seperti itu, gereja lebih memilih untuk berhati-hati daripada terus melanjutkan kegiatan maupun pembangunan. Gereja umumnya akan menunda atau menghentikan sementara kegiatan maupun pembangunan yang sedang berlangsung demi keselamatan bersama. Akan tetapi, apakah ini kelebihan atau keburukan manusia yaitu dalam keadaan terjepit pun selalu dapat celah untuk menguntungkan diri sendiri. Warga jemaat pun memanfaatkan situasi ini untuk tidak berbuat apa-apa di gereja. Kita pun selalu berhasil menemukan alasan untuk tidak mengadakan kegiatan atau pembangunan apa-apa di gereja, misalnya: keselamatan kita berkegiatan atau membangun gereja tidak terjamin (jika diserbu massa, aparat pun belum tentu bisa diharapkan menolong); tidak ada dana; tidak ada sumber daya insani yang mumpuni; tidak ada/ cukup waktu; tidak ada fasili-tas, sarana dan prasarana yang mendukung, dll. 

Sejarah Israel memperlihatkan bahwa ketika kita memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan seperti itu, maka apapun yang kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari selalu terasa ‘kurang’ (bekerja keras namun hasil yang dibawa pulang sedikit, makan – minum tidak kunjung merasa kenyang, menabung/ berhemat tetapi tetap saja tidak cukup, dll). Akan te-tapi, sekalipun TUHAN ‘menghukum’ kita dengan cara yang demikian, Ia tetap memperde-ngarkan suara kepada umat-Nya. 

Yang menarik untuk disimak tentang firman TUHAN ini adalah hanya terdiri atas empat kata, tidak lebih, yaitu “Aku ini menyertai kamu … (ay. 13).” TUHAN tidak menyampaikan kata-kata kemarahan yang panjang, TUHAN pun tidak menasihati umat-Nya. Ketika menurut kita, masalah kita adalah masalah yang besar dan berkepanjangan, TUHAN tidak membahas dengan umat-Nya tentang masalah yang mereka hadapi, pun tidak memberi jalan keluar yang praktis, yaitu apa yang harus mereka lakukan. TUHAN hanya berkata “Aku ini menyertai kamu … (ay. 13).” Selanjutnya, kitab Hagai mencatat bahwa TUHAN menggerakkan semangat. 

Ini menandakan bahwa firman TUHAN yang hanya terdiri atas empat kata itu diikuti oleh tindakan menggerakkan semangat. Ini berarti ketika TUHAN menyatakan penyertaan-Nya, ada semacam daya atau kekuatan, semangat atau spirit yang mampu membangkitkan semangat juang orang yang percaya kepada-Nya. Dalam menghadapi hidup dengan segala tantangan dan perjuangannya, yang kita butuhkan hanyalah penyertaan TUHAN (tidak perlu meminta ini-itu seolah TUHAN tidak tahu apa yang kita perlukan). 

Jika pengaduan atau bahkan pembelaan diri kita yang panjang lebar kepada TUHAN tentang masalah dan kesusahan hidup yang sedang kita hadapi hanya akan dibalas dengan empat kata yang sangat kuat itu, maka lebih baik, kita pun tidak perlu banyak bicara tetapi kerjakan saja tugas tanggung jawab kita. Apapun masalah yang kita hadapi, penyertaan TUHAN itu cukup menjamin keselamatan kita dan menjawab apa yang kita butuhkan.

Wednesday, March 11, 2020

Bilangan 4:34-37

SUATU KEHORMATAN BEKERJA DI RUMAH TUHAN
Bahan Khotbah Ibadah Keluarga
18 Maret 2020

Oleh: Pdt. Cindy Tumbelaka, M.Th
(dengan "sedikit" tambahan dan penyesuaian)

Pengantar dan Pemahaman Teks
            Kehat adalah salah satu dari anak anak Lewi (selain Gerson dan Merari, 3:17). Tidak seperti suku-suku Israel lainnya, bani Lewi, termasuk Kehat, yang dicatat adalah semua laki-laki yang berumur satu bulan ke atas (3:14).  Perbedaan ini karena kepentingan pencatatan yang berbeda. Jika suku-suku lainnya dicatat untuk menghitung kekuatan pasukan, suku Lewi dicatat untuk menghitung jumlah orang yang kena wajib tugas berhubung dengan pekerjaan jabatan di Kemah Pertemuan (4:35, 37). Berdasarkan kepentingan ini maka yang didata adalah orang-orang (laki-laki maupun perempuan) yang berumur 30 sampai 50 tahun (4:35).

Renungan dan Penerapan
Melakukan pekerjaan jabatan di Kemah Pertemuan pada zaman itu sama dengan menjadi pekerja di gereja pada zaman ini. Perhatikan ketentuannya:
1.      Keturunannya dikhususkan TUHAN
Keturunan Kehat, yang adalah keturunan Lewi, dicatat sejak berumur 1 bulan. Hal ini sepertinya dibuat berbeda dengan ketentuan pengudusan semua anak laki-laki sulung (bdk. Luk 2:21-24).  Ini berarti, yang dihitung dan dikuduskan sebagai keturunan pejabat Kemah Pertemuan adalah semua orang, sulung maupun bukan, laki-laki maupun perempuan.

Pada zaman sekarang, orang Kristen tidak lagi berpegang pada ketentuan seperti ini, yaitu jika orang tuanya adalah pejabat gereja maka seluruh keluarga dan keturunannya pun mewarisi atau terikat dengan jabatan itu. Akan tetapi bukan berarti semangat melayani hanya milik anggota keluarga yang memiliki jabatan gereja. Semangat pelayanan harus dimiliki oleh seluruh anggota keluarga dan diwarisi kepada keturunan-keturunan berikut. 

Walaupun sekeluarga terpanggil untuk ikut melayani namun hal semangat ini tidak selalu diterima baik oleh jemaat. Kendalanya adalah orang akan melihat kiprah keluarga dalam pelayanan seperti cara ‘menguasai’ pekerjaan di rumah Tuhan. Jika kita kembali ke Kitab Bilangan, TUHAN sendiri yang menentukan bahwa pekerjaan di rumah ibadah harus dikerjakan oleh keluarga (bukan hanya perorangan) yang ditentukan TUHAN (bukan dipilih jemaat). Akan tetapi, pertimbangan jemaat untuk tidak ‘mendominasi’ pelayanan gereja juga harus dipertim-bangkan. Karena itu, gereja harus bijak mewadahi semangat pelayanan sekeluarga untuk da-pat menopang pelayanan pejabat gereja di keluarga itu. 

2.      Umur pejabat di Rumah Tuhan ditentukan TUHAN
Jika umur orang yang mau melayani ditentukan TUHAN, artinya sebelum batas umur terbawah (30 tahun), itu berarti para kaum lewi sudah harus dipersiapkan sedemikian rupa supaya ketika umur 30 tahun, ia siap melakukan pekerjaan yang sudah turun temurun dilakukan. Proses ini mengingatkan kita pada kemampuan untuk bukan saja melihat potensi tetapi juga meng-kondisikan segala sesuatu supaya tersedia potensi atau Sumber Daya Insani.

Pada masa kini, orang yang berumur 30 tahun termasuk dalam kelompok dewasa.  Di beberapa gereja, jabatan dalam pelayanan juga dapat dipercayakan kepada orang yang umurnya lebih muda, yaitu satu tahun setelah peneguhan sidi reguler (18 tahun).  Pada umur 18 tahun, seorang telah dianggap sudah cukup dewasa secara iman (sidi) untuk melayani, entah sebagai sebagai pelayan PA PT, pengurus pelkat, sebagai diaken maupun maupun penatua. Tetapi persoalan di sini bukan soal umur, melainkan menyiapkan kader pemimpin yang melayani sebagaimana sejak dini (umur sebulan), para keturuna kaum Lewi mulai di data.

Batas umur yang ditetapkan oleh Allah untuk melayani di Kemah Pertemuan adalah 50 tahun.  Pada masa kini, masih banyak orang yang berumur 50 tahun dianggap sebagai yang masih produktif sehingga masih dipercayakan tugas pelayanan.  Pada sisi lain, pemerintah pun menentukan masa usia produktif dibatasi oleh pensiun pada umur + 56 tahun, sedangkan pada bidang pekerjaan profesional tertentu bisa mencapai 70 tahun. Yang pasti, tentu ada pertimbangan mengapa orang yang wajib bertugas di Kemah Pertemuan dibatasi hanya sampai umur 50 tahun.

Perlunya ada pertimbangan dan evaluasi tentang faktor usia, karena hal inipun penting dari segi kemampuan fisik ketika melayani. Dengan kata lain, pembatasan umur bukan soal “saya masih rindu melayani tetapi sudah dibatasi”, melainkan soal kemampuan fisik, dan mental ketika memberi diri kepada Tuhan agar dapat maksimal melayaniNya. Di sisi lain, pembatasan usia oleh TUHAN pada bacaan kita ini, sudah pasti berhubungan dengan kaderisasi. Bahwa generasi tua perlu memberi ruang pada generasi selanjutnya untuk dipercayakan pekerjaan mulia itu.

Gereja bukan saja hanya menyiapkan kader ke depan untuk melayani TUHAN, tetapi menciptakan atmosfir positif terhadap proses suksesi atau pergantian jabatan dalam pelayanan. Hal ini penting supaya generasi terdahulu tidak merasa dibuang, dan generasi selanjutnya tidak merasa diabaikan.

Penutup
Bagi orang Israel, setiap penentuan Tuhan dalam hidup adalah suatu kehormatan, apakah sebagai pejuang, pekerja maupun sebagai pejabat rumah ibadah.  Kehormatan itu jelas bukan berdasarkan apa yang dikerjakan tetapi karena Tuhan sendiri yang menentukan kita untuk melakukan pekerjaan-Nya. Walaupun tidak umum, umur seseorang juga termasuk dalam pertimbangan Tuhan menentukan pekerjaan yang tepat untuk kita lakukan. Sebenarnya, untuk melakukan pekerjaan di rumah Tuhan, banyak orang yang lebih muda dari umur 30 tahun maupun lebih tua dari 50 tahun, masih mampu melakukan berbagai macam pelayanan.  Dengan alasan ini, kita tidak lagi menganggap batasan usia 30 sampai 50 tahun sebagai ukuran mati. Kita pun ‘tanpa merasa bersalah,’ bahkan dengan senang hati berkiprah sejak muda maupun ketika sudah berumur. 

Akhirnya, yang menentukan umur berapa seharusnya kita mulai ataupun mengakhiri pelayanan adalah realita.  Kita harus jujur mengakui dan mengukur sejauh mana kedewasaan dan tanggung jawab kita dapat memberi sumbangsih pada pelayanan gereja sehingga umur tidak terlalu menjadi masalah,asalkan terpenuh kriteria yakni mampu dan tersedia ruang kaderisasi.